Berikut beberapa informasi yang Anda perlukan. Sebagian mungkin tidak tepat namun
mudah-mudahan ada manfaatnya:
Sample Psikotest Online
Bahasa Indonesia:
http://bursa-kerja.ptkpt.net/_karir.php?_karir=persiapan-psikotes
Berbahasa Inggris:
http://www.psychtests.com/tests/alltests.html#exclusive
http://www.2h.com/index.html
http://www.iqtestforfree.com/
http://www.highiqsociety.org/iq_tests/
Soal-soal Psikotest menyangkut:
1. Menghitung angka
2. Deret angka
3. Deret gambar
4. Permainan kata
5. Menghitung 2 angka berdekatan dari bawah ke atas (atau sebaliknya);
jumlahnya bisa ratusan angka, Anda harus belajar cepat menghitungnya.
6. Wartegg test (melengkapi 8 buah gambar, ini paling sulit, keterangan di bawah),
7. Menggambar orang
8. Menggambar pohon berdaun dan berbuah
9. EPPS, pilih di antara 2 pilihan yg mana paling mewakili diri sendiri.
10. Tes Sifat-sifat pribadi (positif dan negatif)
Saya kutipkan dari seseorang yang sudah mengikuti psikotes namun sama dengan
pengalaman saya waktu psikotes dulu sama seperti yang pernah penulis tempuh ketika mengikuti psikotest dari jam 0800 sampai 17.00.
1. Ada deret-deret angka kebawah di selembar kertas besar lalu kita diminta
menulis jumlah antara dua angka dan kalau jumlahnya puluhan yang ditulis
cuma belakangnnya saja, lalu untuk hitung setiap barisnya kita diberi waktu
2. Lalu ada deret-deret angka kek deret aritmatik, mis:
2 3 5 ... 12 nah angka yang dititik-titik itu apa (lihat latihan psikotes bahasa
Indonesia, atau beli buku tes IQ)
3. Anda juga akan dihadapkan pada soal matematika dengan kalimat. Perlu
konsentrasi penuh dan latihan dari buku IQ.
4. Tes IQ dengan gambar kotak, kubus dan berbagai gambar lainnya. Bisa
anda pelajarai di buku tes IQ.
5. Tes 8 kotak. Di dalamnya ada garis/lingkaran/titik/kotak di tiap kotaknya,
kita diminta melanjutkan gambar dari pola yang dikasi itu, kira-kira apa
gambarnya nanti dan diberi judulnya.
Ini pengalaman yang baru memecahkan teka-teki 8 gambar:
- gambar pertama bisa dengan menggambar pagar, dan diberi tanda minus, mungkin
akan dideskripsikan sebagai orang yg tidak suka dikekang, dibatasi, dsb
- gambar kedua saya menggambar jendela (beserta rumah), dan juga diberi
tanda minus, mgkn ini bisa dideskripsikan sbg org yg tidak suka hanya
melihat, tetapi juga harus ikut terlibat dalam suatu pekerjaan
- gambar ketiga dan keempat berturut2 saya menggambar mata dan alis mata
+ mata dan diberi tanda plus, mgkn nanti akan dideskripsikan sebagai org yg
memiliki visi dan pandangan yg jauh
- gambar kelima saya menggambar pelangi (beserta matahari) dan diberi
tanda plus, mgkn nanti akan dideskripsikan sebagai org yg optimis dan ceria
- gambar keenam saya menggambar jari telunjuk, dan diberi tanda plus, saya
krg begitu tau maknanya, apakah ini berarti saya suka menunjuk org, seperti
memerintah org?
- gambar ketujuh saya menggambar panah, dan diberi tanda plus, mgkn ini
maknanya goal oriented dan siap utk menghadapi hal2 baru
- gambar terakhir saya menggambar mobil dan diberi tanda plus, mgkn ini
menggambarkan siap utk berpergian jauh (jauh dr keluarga)
6. Diminta menggambar orang yang kita kagumi. Sebaiknya menggambar
orang yang aktif , sedang ada kegiatan, jangan statis.
7. Tes Menggambar pohon. Sebaiknya pohon besar ada batang, daun bunga
atau buah. Misalnya pohon mangga dengan akar dan buahnya.
mungkin dari gambar itu akan dianalisa seperti ini,
- bila gambarnya sampai mendetail, sampai keliatan daun-daunnya, mungkin orang
tersebut akan diinterpretasi sebagai orang yang perfeksionis, mendetail, dan
practical thinking tetapi lamban
- bila gambarnya tidak mendetail, mungking akan diinterpretasi sebagai orangg yang lebih
abstarct thinking, lebih progresif, tidak terlalu menyukai detail
8. Tes karangan, terserah dan bebas. Latihan menulis karangan saja dan
pengalaman kita.
9. Tes Kepribadian. Perlu latihan dan memikirkan apa yang diinginkan
pemberi tes. Misalnya: Saya a) cerdas b) licik c) pendiam
10. Tes Kepribadian. Misalnya: "Saya adalah seorang : "
a) menuruti apa kata bos/ asal bos senang
b) menuruti kemauan sendiri
11. Psikotest itu pada umumnya akan menguji kecerdasan dan kepribadian
seseorang melalui:- linguistik (tes permainan kata2)
- logis matematis (hitung-hitungan
- spatial visual (mencocokin gambar)
-dan juga memori
Perlu juga dijelaskan bahwa dalam mengerjakan semua soal berada dalam
tekanan, jadi kita harus berlatih dan tetap konsentrasi.
Semoga bermanfaat dan sukses
Friday, December 28, 2007
Monday, October 22, 2007
Jakob Oetama: Perusahaan Ini Diberkati Tuhan
Rabu, 21 Januari 2004
Oleh : Henni T. Soelaeman
Sosoknya dikenal santun, bersahaja, dan pemalu. Ia mengangankan kemakmuran bagi Indonesia mini yang bernama Kelompok Kompas Gramedia. Bagaimana ia memimpin lebih dari 10 ribu karyawannya?
Pada penghujung Januari 2001, matahari baru sepenggalah, seorang karyawan Kelompok Kompas Gramedia (KKG) bergegas memasuki lift. Ketika angka enam menyala dan pintu lift terbuka, perasaan sukacita masih menyergapnya. "Gile, gue mau ngomong apa, ya," batinnya seraya terus melangkah menyusuri koridor sebelum akhirnya masuk satu ruangan. Ia masih tak percaya saat sekretaris Jakob Oetama menelefonnya. "Dipanggil Bapak." Selama lebih dari lima tahun bekerja sebagai karyawan KKG, baru pertama kali ini ia menjejakkan kaki di ruangan itu dan bertemu dengan Jakob Oetama, berdua saja di ruang kerja Presiden Direktur dan Chief Executive Officer KKG.
"Terima kasih atas bantuan yang Bapak berikan." Kalimat itu langsung meluncur dari mulut si karyawan itu begitu berhadapan dengan Jakob. Pada hari sebelumnya, atasannya memberikan titipan bantuan dari Jakob atas musibah yang menimpa keluarganya. "Saya ini seorang ayah yang memiliki banyak anak. Kamu layaknya seorang anak yang kalau punya masalah atau persoalan datang ke bapaknya." Kalimat yang disampaikan Jakob itu sampai saat ini masih tersimpan di memorinya.
Sepenggal kenangan juga disimpan August Parengkuan, wartawan senior Kompas dan Presiden Direktur PT Duta Visual Nusantara Tivi (TV7). Ketika berada di Australia untuk tugas jurnalistik, Jakob Oetama menelefon istrinya. "Ia menanyakan kabar keluarga, termasuk anak-anak, selama saya pergi. Bagaimana saya tidak terharu," kenang August. Menurut dia, bukan hanya ia saja yang mendapatkan perhatian khusus. Karyawan lain pun memperoleh perlakuan yang sama dari Jakob. Bos KKG itu sering jalan-jalan mendatangi unit lain. Sapaan, semisal selamat pagi, apa kabar, meluncur dari bibir Jakob saat berpapasan dengan karyawan KKG, entah itu office boy, staf, sampai manajemen puncak. Terkadang Jakob sekadar tersenyum atau menepuk bahu atau punggung karyawan yang ditemuinya. Tengah malam menjelang dini hari, meski tidak serutin dulu, Jakob menyambangi percetakan. "Bayangkan, CEO yang memimpin 10 ribu karyawan bersikap seperti itu," ujar August.
August juga merekam kenangan lain. Saat Jakob masih menjadi komandan Kompas, sering tiba-tiba saja ia muncul di ruang redaksi. "Sedang mengerjakan apa? Ada kesulitan atau tidak? Sudah makan?" Begitu J.O. -- panggilan akrab Jakob -- menyapa anak buahnya yang berkutat dengan deadline. Pada hari tertentu, ruang redaksi Kompas "pecah" oleh jeritan kaget seorang rekan karena mendapatkan kartu ucapan selamat ulang tahun di mejanya dari J.O. "Sekarang jarang, ya, karyawannya sudah ribuan," aku Jakob.
Jakob dikenal luas sebagai orang bersahaja. "J.O. ditawari fasilitas mobil Mercedes Benz, namun ia menolaknya," cerita August. August, yang menambahkan, sebenarnya J.O juga pemalu. Ia sering terlihat berdiri sendirian di pojok saat menghadiri pesta. Ia juga memilih datang sendiri, tanpa sang istri. Selain pelahap buku dan jogging setiap pagi, tak banyak karyawan yang tahu kehidupan pribadi Jakob.
Memanusiakan manusia, begitulah filosofi J.O. "Saya sosok yang I do care," ungkap J.O. Ia tak pernah memandang level karyawan. Siapa pun disapanya. Siapa pun dia dijenguknya kalau mendapatkan musibah, semisal keluarganya sakit atau meninggal. Saat sopir kantor di kampung sakit, J.O., seperti diceritakan August, menengok ke rumahnya. "Ibaratnya kami bekerja di sini diuwongke," kata August. Tapi, beberapa tahun terakhir ini, karena faktor usia yang sudah merambat tua, J.O. mengaku tak selalu menyambangi langsung ke rumah karyawan yang tertimpa musibah. "Sudah tak sekuat dulu dan karyawannya makin banyak," tuturnya.
Perhatian dan kepedulian Jakob setali tiga uang dengan perilakunya yang santun, bahkan kerap dinilai oleh karyawannya kelewat santun. Sebagai orang Jawa, Jakob dipandang sangat njawani. Di lingkungan KKG, Jakob dikenal sebagai pribadi yang menjaga perilaku. "Ia takut menginjak kaki orang lain, takut menyinggung orang lain," ungkap seorang karyawan. Bahkan, menurut Vaksiandra, Redaktur Pelaksana majalah Hai, "Kultur yang dibangun di KKG juga kultur Jawa, sangat kulonuwun, ewuh pakewuh," katanya. Di matanya, pribadi Jakob yang terlalu njawani dengan sikap rendah hati membuat sosoknya sebagai pemimpin tidak tampak jelas. "Kalau ingin melihat sosok sebenarnya J.O., lihat saja bagaimana bahasa Kompas. J.O. itu tidak meledak-ledak dalam menyampaikan kritik, bahasanya halus padahal nyelekit bagi yang memahami makna yang tersirat di balik kalimat itu," ujar August.
Perilakunya yang santun dan ewuh pakewuh tak jarang justru menjadi bumerang bagi perusahaan. Saat Jakarta-Jakarta, Tiara, dan Raket harus ditutup, Jakob tak mengambil langkah pemutusan hubungan kerja (PHK). Karyawannya disalurkan ke unit bisnis lain atau ke media lain di bawah payung KKG. Padahal, SDM di unit tersebut sejatinya sudah pas. "Akhirnya, ya dijejal-jejali dan buntutnya menjadi tidak produktif," tutur karyawan yang tak mau diungkap jati dirinya itu. Dalam perjalanannya, PHK akhirnya diberlakukan bagi karyawan Raket. Itu pun berkat desakan karyawan. Imbalan pesangon yang sangat besar -- untuk ukuran media baru dan tengah collaps -- lantas diberikan Jakob.
Kepedulian dan perhatian J.O. kepada karyawan yang terpancar dari prinsip I do care tersebut diterapkan sebagai falsafah manajemen di lingkungan perusahaan. Dalam memberdayakan karyawannya, J.O menerapkan falsafah We do care. Manajemen, menurut dia, wajib seoptimal mungkin menerapkan falsafah We do care sebagai wujud kewajiban perusahaan atas hak karyawan.
Sebagai wujud falsafah ini, ia mengaku selalu berupaya peduli atas segala kebutuhan karyawannya. "Kita harus tahu apa yang diinginkan oleh karyawan. Dengan kepedulian, berarti kita menghargai keberadaan mereka. Jangan hanya memperlakukan mereka sebagai mesin penghasil uang," katanya. Tak heran, Jakob begitu memperhatikan kesejahteraan karyawan. "Imbalan yang pas sesuai dengan beban kerjanya akan membuat karyawan lebih termotivasi bekerja dengan lebih baik," jelasnya. Meski begitu, ia menganggap sistem penggajian di KKG belum sempurna.
Menciptakan perusahaan yang adil, makmur, dan merata bagi seluruh karyawan --"Itu cita-cita J.O.," ungkap August. Menurut dia, J.O. sangat peduli atas masalah hak karyawan, seperti gaji dan tunjangan supaya karyawan KKG hidup lebih layak. Saking pedulinya, khususnya di level bawah atau staf, J.O. lebih dulu membuatkan perumahan bagi karyawan level bawah. Sementara itu, karyawan di level manajemen menengah atas belakangan. "Ha..ha..kita pernah iri atas kebijakan itu. Kok, kita dapat rumahnya belakangan?" cerita August.
Bagi Jakob, menyejahterakan karyawan itu kewajiban perusahaan. "Mereka aset, ya harus mendapatkan hak-haknya dengan baik," katanya. Menurut dia, dengan tingkat kesejahteraan yang baik, karyawan pun akan termotivasi memberikan yang terbaik bagi perusahaan. Mereka juga menjadi loyal. Secara jujur, ia bangga bahwa turn over karyawan di perusahaannya relatif kecil. "Di bawah 5%," tambahnya. Kata seorang karyawan yang tak mau diungkap jati dirinya, "Jakob tahu sekali bagaimana membuat karyawan betah bekerja di sini."
Ibarat pisau bermata dua, sikap We do care perusahaan bukannya tak menerbitkan riak. Ia tidak menampik bahwa upaya selalu memenuhi kebutuhan karyawannya agar sejahtera menciptakan pegawai yang cenderung terlena dengan segala kemapanan yang diperoleh karena bekerja di KKG dan tidak didapatkan di tempat lain. Buntutnya berkembang istilah rajin malas sama saja alias RMS. Pasalnya, sistem penggajian dan pemberian fasilitas KKG sangat jelas. Parameternya ialah lama bekerja, bukan pada performa karyawan. Prestasi karyawan lebih untuk mendongkrak posisi. Misalnya, tahun ke berapa mendapatkan fasilitas pinjaman rumah, kendaraan, atau yang lain, jelas tertuang. Artinya, rajin atau malas, fasilitas dan tunjangan tetap diberikan.
"Namun kami saat ini sudah menerapkan pemberdayaan SDM melalui sistem penilaian karya," kata Jakob. Dengan sistem ini, diharapkan karyawan lebih termotivasi menunjukkan kinerjanya. "Supaya juga tidak ada istilah RMS itu," ungkap J.O. Penilaian karya ini dievaluasi setiap enam bulan dan dipantau terus-menerus oleh pihak SDM.
Ruang seluas 30-an meter persegi di lantai 6 Gedung KKG, Jalan Palmerah Selatan, berhawa sedikit panas, sepertinya pendingin ruangan tidak berfungsi dengan baik. CEO KKG, Jakob Oetama, menerima tim SWA. "Saya hanya punya waktu sampai pukul 11.15 ya, karena ada janji bertemu orang," kata J.O. Di dinding ruang bercat putih itu, waktu menunjukkan pukul 10 lewat 5 menit. Jakob terlihat santai dengan kemeja biru muda dipadu celana biru tua lengkap dengan dasi bermotif garis bintik-bintik dan tanda pengenal melekat di dada kirinya. Ballpoint Montblanc terselip di saku kemejanya.
Kami dari SWA duduk di sofa berwarna krem. Lemari berisi buku koleksi Jakob berderet rapi sepanjang lebih dari lima meter. "Bagaimana perasaan Bapak terpilih menjadi The Best CEO?" SWA memulai perbincangan. Jakob tak langsung menjawab. Sejurus ia diam lantas menyungging senyum. "Itulah, saya pakewuh," katanya. Ia mengaku surprise sekaligus heran karena terpilih sebagai The Best CEO 2003. "Semestinya orang lain saja yang lebih muda usia yang meraih ini. Saya sudah tua lho, 72 tahun," tambahnya. Wajah sepuh-nya memang tergurat jelas pada garis mukanya. Rambutnya yang dibiarkan agak gondrong menyembulkan gumpalan uban.
"Kalau boleh saya menilai diri saya sendiri, saya itu orangnya ngemong. Mungkin karyawan suka kepada saya karena sikap ngemong ibarat bapak kepada anaknya," papar J.O. mengomentari bahwa terpilihnya ia sebagai The Best CEO karena penilaian pegawainya juga. "Sebenarnya, saya tidak sehebat seperti yang dibicarakan karyawan saya. Sebetulnya saya biasa-biasa saja," katanya.
Selama memimpin KKG, ia menegaskan falsafah leadership yang dianutnya ialah falsafah ngemong. Arti ngemong baginya itu menggerakkan, mengajak, memotivasi, menyemangati, menjelaskan, dan bagaimana melakukan komunikasi. Di matanya, kunci keberhasilannya ialah berkomunikasi dengan seluruh karyawan dari semua level. "Komunikasi itu sangat penting," katanya. Bentuk komunikasi sederhana yang dianutnya ialah sekadar menyapa karyawan: apa kabar? selamat pagi!
Komunikasi tersebut dijabarkan juga lewat forum karyawan di setiap unit usaha. Secara berkala, ia mengadakan pertemuan dengan direktur seluruh unit bisnis. Pertemuan resmi ia dengan seluruh karyawan KKG dilakukan setiap acara syukuran tahunan yang jatuh pada Januari. Menurut dia, acara tersebut sangat ditunggu-tunggu seluruh karyawan KKG. "Karena pada acara itu Bapak mengumumkan kenaikan gaji. Tahun ini, berapa persen?" timpal SWA. "Kok tahu?? tanyanya, keningnya mengerenyit. Tanpa menunggu jawaban SWA, ia menambahkan, "Ya, itu sebenarnya yang ditunggu-tunggu karyawan," katanya menyungging senyum. Untuk mengomunikasikan visi, misi, dan garis besar kebijakan perusahaan kepada seluruh karyawan, J.O. menjelaskan bahwa KKG memiliki pedoman baku perusahaan, yang seluruh karyawan wajib mematuhinya. Ini termasuk melalui sharing knowledge dan experience dengan pegawai yang dilakukan lewat pertemuan rutin, baik langsung di depan karyawan, lewat forum karyawan, atau acara lain.
Guna mempercepat pencapaian visi dan misi, J.O, menekankan kerja sama tim. Tim kerja yang solid dan baik memudahkan dan mempercepat pencapaian visi dan misi yang ingin dicapai perusahaan. Ia melihat dirinya sebagai sosok team builder. Baginya, sosok pemimpin itu harus mampu menjadi team builder. Sebagai pemimpin, J.O. mengakui dirinya bukanlah orang yang menguasai banyak hal. "Saya harus tahu diri bahwa saya tidak menguasai semua hal atau banyak hal," ucapnya. Ia lebih senang membangun tim yang terdiri atas beberapa orang yang memiliki kelebihan masing-masing dengan pembagian kerja dan tanggung jawab kerja yang jelas. "Seluruh anggota tim bertanggung jawab baik atas kesuksesan maupun kegagalan," jelasnya.
Adanya tim kerja membuat dirinya bisa lebih memobilisasi karyawannya dengan segala kelebihan di bidangnya. Ia sadar bahwa perusahaan ini memiliki keragaman keahlian. Perusahaan ini memerlukan keahlian di berbagai bidang agar bisa tetap jalan. Bermacam keahlian itu dijadikan satu dalam forum atau tim, baik di tingkat corporate management maupun di setiap unit usaha.
Dengan beragam SDM yang memiliki beragam keahlian, latar belakang, dan budaya, J.O. memilih melakukan pendekatan kultural. Melalui pendekatan ini, ia berusaha memahami dan mengerti bagaimana sifat, karakter, dan perilaku karyawannya yang datang dari latar belakang yang berbeda-beda. Meskipun berbeda, J.O. menginginkan ada kultur yang berlaku umum bagi seluruh karyawan di dalam ruang lingkup KKG. Salah satu kultur di KKG ialah budaya kerja tim yang harus terus-menerus dibina dan dibangun. Lewat tim, berarti ada komitmen bersama yang patut disepakati bersama." Dengan adanya tim kerja, tujuan akan lebih cepat tercapai sehingga waktu dapat dimanfaatkan secara optimal dan efisien," tegasnya.
Sebagai pucuk kepemimpinan yang menaungi kemajemukan, ia berupaya seadil mungkin memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh karyawan untuk maju dalam konteks demi kemajuan perusahaan. Ia mengibaratkan KKG sebagai Indonesia mini. "Beragam suku, budaya, agama, etnis, ada di sini. Ini menjadi sumber kekuatan perusahaan," katanya. Ia ingin menciptakan Indonesia mini yang makmur, kaya, dan adil di dalam lingkup perusahaan. "Sejak mendirikan perusahaan ini, saya sudah mencanangkan akan membawa perusahaan ini sebagai Indonesia mini," jelasnya.
Sebagai komandan, J.O. berupaya menyelaraskan penerapan sistem manajemen bisnis yang baku dengan suasana kekeluargaan. "Sejak awal, saya ingin perusahaan ini sebagai keluarga kedua bagi karyawan karena mau tidak mau sebagian besar waktu karyawan itu dihabiskan di kantor," tuturnya. Menurut dia, kelugasan sikap, ketelitian, kedetilan, dan ketepatan waktu, serta perhitungan eksak sangat diperlukan dalam bisnis. Toh, bisnis yang bernuansa kekeluargaan juga bukanlah hal yang jelek. Dalam pandangannya, suasana kekeluargaan dan keharmonisan penting bagi kemajuan bisnis. "Kita harus bisa menyeimbangkan antara kepentingan manajemen bisnis dengan asas kekeluargaan," tegasnya. Caranya? "Bersama almarhum P.K. Ojong, sejak awal berusaha betul menerapkan dan menjalankan Good Corporate Governance (GCG)," katanya. GCG, menurut dia, diperlukan untuk menyeimbangkan antara kepentingan bisnis yang sakelijk dengan bentuk manajemen kekeluargaan. Jurus yang dilakukannya ialah membuat sistem kontrol yang jelas, baku, dan hitam putih. Rambunya jelas dan transparan. Sebagai pemimpin tertinggi, ia selalu menjaga agar tidak ada kebocoran dalam hal keuangan perusahaan. "Ini saya perhatikan betul mengingat pundi-pundi keuangan itu demi kemakmuran bersama," ujar Jakob yang memercayakan pengelolaan keuangan kepada pihak yang profesional dan ahli. Dikatakan August, dalam menjalankan bisnis, J.O sangat konservatif. "J.O. sangat berhati-hati mengeluarkan setiap sen uang perusahaan," paparnya.
Sebagai pelaku bisnis, ia berpikir bahwa dirinya juga memiliki tanggung jawab sosial dan berkontribusi penting pada kemajuan sosial bangsa. Ia setuju bahwa pelaku bisnis wajib diberi tanggung jawab sosial. Ia melihat pada iklim ekonomi pasar yang berlaku saat ini, pelaku bisnis harus diperlakukan secara proporsional karena kehadirannya diperlukan untuk menggerakkan roda ekonomi sektor riil. Dalam membangun SDM, hal mendasar ialah pemilihan karakter, yang diutamakan sejak awal perekrutan karyawan. Fleksibel, luwes, berpikiran terbuka, dinamis, berani menerima kritik, asertif, jujur, peduli orang lain, bisa saling memberi dan menerima serta teratur --itulah kriteria SDM yang menjadi parameter KKG. "Karakter karyawan yang tidak malas, tepat waktu, jujur, tidak manipulatif itulah karakter yang saya sukai," ujar Jakob.
Untuk menciptakan SDM yang berintegritas, kompeten, dan accountable, J.O. berusaha menjalankan nilai-nilai yang disepakati bersama sehingga dirinya dapat menjadi sosok yang patut disegani dan dihormati oleh karyawannya. Sebagai pemimpin, ia mengaku berusaha untuk selalu sejujur dan selurus mungkin dalam menjalankan bisnisnya. Baginya, hal ini patut dijalankan agar menjadi contoh yang baik bagi anak buahnya. "Masa kita bicara A tetapi sikap kita B? Wah, nggak boleh begitu jadi pemimpin," ujarnya. Memberikan contoh yang akhirnya menjadi panutan, begitulah yang dilakukan Jakob. "Saya selalu berusaha memberikan contoh, dalam hal ketepatan waktu, misalnya," katanya.
Yanti, sekretarisnya, memuji J.O. sebagai sosok yang memiliki disiplin waktu tinggi. Ia pernah menanyakan pada Big Boss-nya mengapa selalu tepat waktu? "Nanti jadwal orang juga bisa berantakan hanya gara-gara menunggu saya," ujarnya mengutip jawaban Jakob. Bahkan, J.O. mengatakan ketepatan waktunya itu sebagai salah satu wujud penghargaan dirinya terhadap hasil kerja keras sekretarisnya yang sudah mengatur jadwal sedemikian rupa.
Tak ada gading yang tak retak, sebagai pemimpin, Jakob mengaku memiliki kekurangan. Ia menyadari kadang dirinya dilihat sebagai sosok yang sangat penuh pertimbangan dalam mengambil keputusan sehingga terlihat lambat dalam mengambil keputusan di mata anak buah. August menjelaskan, kelemahan J.O. lebih pada cara dan bagaimana J.O. mengambil keputusan. "Bagi orang yang berkarakter agresif, J.O. dianggap lamban. Semua hal dipikirkan masak-masak. J.O. itu paling tidak bisa diburu-buru dan didesak-desak dalam mengambil keputusan. J.O. sangat tidak menyukai pendesakan. J.O. akan melihat dari segala sisi ketika akan mengambil keputusan. J.O akan menanyakan berbagai macam pendapat dari banyak pihak," papar August.
August mencontohkan ketika J.O. mengambil langkah investasi di bisnis televisi. Sebelum lahir TV7, J.O. melemparkan ide ini kepada top management. Ia sharing argumen dan knowledge tentang rencana merambah bisnis tv. Tidak hanya dengan top management, J.O. jalan-jalan keliling perusahaannya dan menanyakan pendapat karyawan yang ditemuinya tentang idenya tersebut. "Jadi, realisasi ide itu ialah buah pikiran bersama. Nggak heran kalau ia lama mengambil keputusan," terang August.
J.O. sangat mengakui keterbatasan dirinya. Meski ujungnya ia yang tetap memegang dan mengetuk palu dalam memutuskan sesuatu. "Saya bukanlah orang yang bisa semua hal. Saya butuh orang untuk mendampingi saya menjalankan bisnis ini, termasuk konsultan, sebelum saya mengambil keputusan bisnis," tegas Jakob. Sebagai pelaku bisnis, ia memercayakan dan mendelegasikan tugas kepada para profesionalnya. J.O terbuka terhadap saran dan pendapat para profesionalnya. Itu tak hanya di ruang rapat. Misalnya ada rencana bisnis tertentu, kepada karyawan yang ditemuinya ketika ia naik lift atau berpapasan dengannya tanpa memandang levelnya, J.O. selalu berusaha mengumpulkan pendapat. "Inilah mengapa J.O dikenal dengan gaya management by walking arround. Ia tidak bersikap mentang-mentang sebagai presdir," jelas August.
Tak hanya terbuka pada kritik. Jakob dikenal fleksibel dalam mengantisipasi perkembangan zaman, termasuk bisnis. "Strategi bisnisnya jauh ke depan," kata Vaksiandra. Dia punya pengalaman ketika Kompas membuat sisipan Muda yang menggandeng Hai dan Kawanku. Jakob menilai sisipan itu secara bisnis ke depannya akan menguntungkan karena punya daya jual tinggi.
Diakui Jakob, sistem di KKG akan terus-menerus dibangun dan disesuaikan dengan perkembangan zaman yang mengacu pada visi dan misi perusahaan. "Kalau bersikap kaku, waduh, bagaimana perusahaan ini berkembang. Generasi saya dengan generasi sekarang itu sangat jauh berbeda. Anak muda lebih dinamis, agresif, terbuka, dan asertif," katanya.
Anak muda pula memang yang dipilih Jakob menggantikan posisinya sebagai Pemred Kompas. Suryopratomo, kelahiran 1961, didapuknya menjadi orang nomor satu di jajaran redaksi Kompas. "Para redaktur senior sudah mendekati masa pensiun dan mereka juga telah mendapatkan pekerjaan lain yang tidak kalah beratnya dari tugas pemred," ungkap Jakob ketika ditanya mengapa bukan August Parengkuan atau Ninok Leksono yang tampil.
Alih generasi mulai dilakukan. Siapa calon penggantinya? Boleh jadi saat ini ia tengah mengelus-elus jagonya. Dan, bisa saja pilihan orang yang menggantikannya akan banyak mengejutkan. Seperti ketika ia memilih Suryapratomo. "Saya sangat berhati-hati dalam memilih pengganti saya. Yang jelas nota bene berasal dari dalam KKG sendiri," ucapnya.
Itu bukan berarti ia tak membuka diri bagi profesional di luar KKG. Untuk posisi tertentu di level supervisor dan manajer, KKG membuka diri untuk mencari pemimpin yang berasal dari profesional karier dari luar, bukan dari dalam. Langkah ini ditempuh untuk menjawab tuntutan dunia bisnis yang bergerak cepat dan dinamis. Hal ini dilakukan agar KKG lebih dinamis, agresif, dan inovatif. Secara jujur ia mengakui bahwa para profesional dari luar KKG lebih asertif, dinamis, percaya diri, dan aktif mencari terobosan dalam pengembangan bisnis. Kelebihan itu dipadukan dengan kemampuan SDM KKG dari dalam yang lebih paham dan mengerti bagaimana dan siapa itu KKG. Ia telah memutuskan mem-blending-kan SDM profesional dari luar dan dalam. Namun, untuk level direksi, ia masih menyiapkan dari orang dalam.
Dalam mempersiapkan penggantinya, ia menganut paham lokomotif yang tetap menggandeng gerbongnya. Ia masih bisa menggandeng calon penggantinya sebelum ia benar-benar turun atau pensiun agar bisa mengawasi jalannya perusahaan dan bagaimana calon penggantinya itu memimpin. "Pelan-pelan saya akan melepas gerbong itu," ujarnya.
Ia menegaskan dan menyarankan, ada cara yang mudah jika ingin menjadi pemimpin yang sukses di KKG. "Caranya gampang. Jangan lihat ke atas tetapi lihatlah ke bawah, samping kiri dan kanan supaya peduli pada apa yang terjadi di sekitar kita," ungkapnya. Ia mengaku tidak pernah membayangkan bahwa Kompas dan KKG akan menjadi besar seperti sekarang ini.
Bagi Jakob, keberhasilannya sebagai pemimpin sejatinya harus dilihat dari bagaimana kondisi perusahaan (KKG) setelah ia undur diri dari manajemen. Apakah KKG tetap jalan atau tidak? Jika KKG tetap berjalan dan berkembang, ia menganggap dirinya telah berhasil memimpin. Jika tidak, berarti ia telah gagal memimpin. Ia merasa sukses kalau berhasil mengantarkan penggantinya bisa tetap mempertahankan bisnis ini berjalan terus. "Jika hancur, ia sering kali akan merasa berdosa karena menyangkut hidup karyawannya," ujar August mengutip perkataan Jakob Oetama yang kerap dikatakan kepadanya.
Di mata August, bisa saja seorang CEO diganti atau tergantikan. Tetapi, sosok pemimpin yang sangat kebapakan seperti Jakob Oetama jarang sekali ditemui. Jika terjadi alih generasi dari kepemimpinan J.O. kepada penerusnya, August berpendapat bahwa sesungguhnya KKG kehilangan sosok bapak selayaknya anak yang kehilangan ayahnya. "Siapa pun penggantinya, sosok ayah yang ada di J.O. tidak dapat tergantikan. Kelebihan dan kelemahan J.O. bisa diterima dengan baik karena J.O. itu seorang ayah," kata August. Tanpa bermaksud mendahului Sang Khalik, August mengungkapkan saat ini karyawan sangat khawatir akan kondisi kesehatan J.O. mengingat usianya yang semakin tua.
Jakob Oetama lahir di Borobudur, 27 September 1931. Selepas menamatkan SMA Seminari di Yogyakarta, anak pensiunan guru di Sleman ini mengikuti jejak sang ayah, menjadi guru. Ia pernah mengajar di SMP Mardiyuwana, Cipanas, Jawa Barat, dan SMP Van Lith Jakarta. Di sela mengajar, ia menyisakan waktu menjadi redaktur mingguan Penabur. Selain mengantungi ijazah B1 Ilmu Sejarah, Jakob tercatat sebagai alumni Perguruan Tinggi Publisistik Jakarta (1959) dan Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (1961).
"Saya mencintai profesi guru," kata Jakob saat akan diabadikan kamera di depan meja kerjanya. "Mengapa kemudian memilih menjadi wartawan?" tanya SWA. "Saya tidak akan seperti ini kalau tetap menjadi guru," ungkap Jakob. Bukan dalam konteks materi. Kompas tak hanya surat kabar yang saat ini bertiras lebih dari 500 ribu eksemplar. Ia menawarkan sejumlah soal dan menggelindingkan opini publik. Kontribusi pemikiran J.O. di Kompas masih dominan. Ia masih menjadi think thank Kompas. Pengaruh kuat Jakob terlihat dari pameo: Jakob Oetama adalah Kompas dan Kompas adalah Jakob Oetama. "Pengidentikan itu wajar. Saya salah satu perintis kelahiran Kompas dan masih berkontribusi besar pada kemajuan Kompas dan KKG," kata Jakob.
Jakob sendiri lebih senang menyebut diri wartawan ketimbang pelaku bisnis. "Jabatan sebagai CEO sebagai co-incident," katanya. Ketika pertama kali usaha ini dirintis, J.O. lebih disiapkan sebagai pemimpin redaksi sementara P.K Ojong sebagai pemimpin perusahaan. Wafatnya P.K. Ojong pada 1980-an membuat ia harus segera mengambil alih tampuk kepemimpinan perusahaan.
Sebagai pengusaha, Jakob sukses mengerek KKG menjadi kerajaan bisnis pers terbesar di Indonesia. Memang tidak semua media di bawah KKG menghasilkan pundi-pundi uang berlimpah. Tulang punggung KKG di luar penerbitan buku ialah Kompas. Meski ia menolak disebut kapitalis, bisnisnya terus merambah berbagai lini. Penerbitan pers, jaringan toko buku Gramedia, hotel (Grahawita Santika), penyiaran radio (Radio Sonora), kertas tisu (PT Graha Kerindo). Total ada 42 anak perusahaan yang bernaung di bawah payung KKG. Total omset KKG pada 2001 saja diperkirakan mencapai lebih dari Rp 1,05 triliun.
Keberhasilan KKG diakuinya juga berkat andil dan kerja keras seluruh karyawan. "Tuhan juga memberkati perusahaan ini," tegasnya. Sekarang ini, yang selalu menghantuinya justru bagaimana bisnis ini tetap berjalan setelah ia tidak ada. "Pertanyaan apakah bisnis ini tetap ada atau tidak setelah saya tidak ada, itu yang selalu ada di benak saya," katanya. Ia mengakui hal ini menjadi concern-nya mengingat usianya yang sudah tidak muda lagi. Ia merasa sudah saatnya turun tahta. "Anak saya tidak ada yang tertarik terhadap bisnis media. Satu anak saya terjun mengurusi hotel," kata Jakob yang memiliki lima anak.
Jakob menanggalkan kartu pengenal di dadanya sesuai dengan permintaan fotografer. "Saya sering dibilang teman lupa asal," ujar Jakob sembari membagikan kartu namanya kepada tim SWA. Pukul 11.05, Yanti, sekretaris Jakob, melongok ke ruang kerja Jakob. "Bapak ada janji lain, harus pergi," katanya.
Kami beriringan menyusuri koridor dan memasuki lift. Jakob tersenyum kepada satpam yang memencetkan tombol lift. Di dalam lift, ia membuka notes kecil dari saku celananya. "Jam 12 siang di Grand Hyatt." Pintu lift terbuka di angka 3, seorang wanita muda masuk. "Siang Pak," sapanya. "Mau ke mana?? Jakob mendekati wanita muda yang rupanya wartawan Kompas. "Ke gereja? Ada acara apa?" tanya Jakob. Lift terbuka, wanita itu bergegas keluar, "Duluan, ya Pak." Jakob melangkah pelan, agak tertatih ke luar lift. "Dia ahli Amerika Latin," katanya. Kami menyesuaikan langkah kami supaya tetap seiring.
Di lobi, Jakob bersua dengan Julius Pour dan mantan Wakil Pemimpin Umum Kompas, A. Roesilah Kasiyanto. Jakob menjabat erat Roesilah dan saling bertukar berita. Tak lama itu. Di depan lobi, mobil pribadinya, BMW seri 5 warna hitam, telah menunggu yang akan membawanya ke Grand Hyatt bertemu Adam Schwartz, penulis buku Nation in Waiting.
Reportase: Tutut HandayaniRiset: Vika Octavia
Sumber Swa
Oleh : Henni T. Soelaeman
Sosoknya dikenal santun, bersahaja, dan pemalu. Ia mengangankan kemakmuran bagi Indonesia mini yang bernama Kelompok Kompas Gramedia. Bagaimana ia memimpin lebih dari 10 ribu karyawannya?
Pada penghujung Januari 2001, matahari baru sepenggalah, seorang karyawan Kelompok Kompas Gramedia (KKG) bergegas memasuki lift. Ketika angka enam menyala dan pintu lift terbuka, perasaan sukacita masih menyergapnya. "Gile, gue mau ngomong apa, ya," batinnya seraya terus melangkah menyusuri koridor sebelum akhirnya masuk satu ruangan. Ia masih tak percaya saat sekretaris Jakob Oetama menelefonnya. "Dipanggil Bapak." Selama lebih dari lima tahun bekerja sebagai karyawan KKG, baru pertama kali ini ia menjejakkan kaki di ruangan itu dan bertemu dengan Jakob Oetama, berdua saja di ruang kerja Presiden Direktur dan Chief Executive Officer KKG.
"Terima kasih atas bantuan yang Bapak berikan." Kalimat itu langsung meluncur dari mulut si karyawan itu begitu berhadapan dengan Jakob. Pada hari sebelumnya, atasannya memberikan titipan bantuan dari Jakob atas musibah yang menimpa keluarganya. "Saya ini seorang ayah yang memiliki banyak anak. Kamu layaknya seorang anak yang kalau punya masalah atau persoalan datang ke bapaknya." Kalimat yang disampaikan Jakob itu sampai saat ini masih tersimpan di memorinya.
Sepenggal kenangan juga disimpan August Parengkuan, wartawan senior Kompas dan Presiden Direktur PT Duta Visual Nusantara Tivi (TV7). Ketika berada di Australia untuk tugas jurnalistik, Jakob Oetama menelefon istrinya. "Ia menanyakan kabar keluarga, termasuk anak-anak, selama saya pergi. Bagaimana saya tidak terharu," kenang August. Menurut dia, bukan hanya ia saja yang mendapatkan perhatian khusus. Karyawan lain pun memperoleh perlakuan yang sama dari Jakob. Bos KKG itu sering jalan-jalan mendatangi unit lain. Sapaan, semisal selamat pagi, apa kabar, meluncur dari bibir Jakob saat berpapasan dengan karyawan KKG, entah itu office boy, staf, sampai manajemen puncak. Terkadang Jakob sekadar tersenyum atau menepuk bahu atau punggung karyawan yang ditemuinya. Tengah malam menjelang dini hari, meski tidak serutin dulu, Jakob menyambangi percetakan. "Bayangkan, CEO yang memimpin 10 ribu karyawan bersikap seperti itu," ujar August.
August juga merekam kenangan lain. Saat Jakob masih menjadi komandan Kompas, sering tiba-tiba saja ia muncul di ruang redaksi. "Sedang mengerjakan apa? Ada kesulitan atau tidak? Sudah makan?" Begitu J.O. -- panggilan akrab Jakob -- menyapa anak buahnya yang berkutat dengan deadline. Pada hari tertentu, ruang redaksi Kompas "pecah" oleh jeritan kaget seorang rekan karena mendapatkan kartu ucapan selamat ulang tahun di mejanya dari J.O. "Sekarang jarang, ya, karyawannya sudah ribuan," aku Jakob.
Jakob dikenal luas sebagai orang bersahaja. "J.O. ditawari fasilitas mobil Mercedes Benz, namun ia menolaknya," cerita August. August, yang menambahkan, sebenarnya J.O juga pemalu. Ia sering terlihat berdiri sendirian di pojok saat menghadiri pesta. Ia juga memilih datang sendiri, tanpa sang istri. Selain pelahap buku dan jogging setiap pagi, tak banyak karyawan yang tahu kehidupan pribadi Jakob.
Memanusiakan manusia, begitulah filosofi J.O. "Saya sosok yang I do care," ungkap J.O. Ia tak pernah memandang level karyawan. Siapa pun disapanya. Siapa pun dia dijenguknya kalau mendapatkan musibah, semisal keluarganya sakit atau meninggal. Saat sopir kantor di kampung sakit, J.O., seperti diceritakan August, menengok ke rumahnya. "Ibaratnya kami bekerja di sini diuwongke," kata August. Tapi, beberapa tahun terakhir ini, karena faktor usia yang sudah merambat tua, J.O. mengaku tak selalu menyambangi langsung ke rumah karyawan yang tertimpa musibah. "Sudah tak sekuat dulu dan karyawannya makin banyak," tuturnya.
Perhatian dan kepedulian Jakob setali tiga uang dengan perilakunya yang santun, bahkan kerap dinilai oleh karyawannya kelewat santun. Sebagai orang Jawa, Jakob dipandang sangat njawani. Di lingkungan KKG, Jakob dikenal sebagai pribadi yang menjaga perilaku. "Ia takut menginjak kaki orang lain, takut menyinggung orang lain," ungkap seorang karyawan. Bahkan, menurut Vaksiandra, Redaktur Pelaksana majalah Hai, "Kultur yang dibangun di KKG juga kultur Jawa, sangat kulonuwun, ewuh pakewuh," katanya. Di matanya, pribadi Jakob yang terlalu njawani dengan sikap rendah hati membuat sosoknya sebagai pemimpin tidak tampak jelas. "Kalau ingin melihat sosok sebenarnya J.O., lihat saja bagaimana bahasa Kompas. J.O. itu tidak meledak-ledak dalam menyampaikan kritik, bahasanya halus padahal nyelekit bagi yang memahami makna yang tersirat di balik kalimat itu," ujar August.
Perilakunya yang santun dan ewuh pakewuh tak jarang justru menjadi bumerang bagi perusahaan. Saat Jakarta-Jakarta, Tiara, dan Raket harus ditutup, Jakob tak mengambil langkah pemutusan hubungan kerja (PHK). Karyawannya disalurkan ke unit bisnis lain atau ke media lain di bawah payung KKG. Padahal, SDM di unit tersebut sejatinya sudah pas. "Akhirnya, ya dijejal-jejali dan buntutnya menjadi tidak produktif," tutur karyawan yang tak mau diungkap jati dirinya itu. Dalam perjalanannya, PHK akhirnya diberlakukan bagi karyawan Raket. Itu pun berkat desakan karyawan. Imbalan pesangon yang sangat besar -- untuk ukuran media baru dan tengah collaps -- lantas diberikan Jakob.
Kepedulian dan perhatian J.O. kepada karyawan yang terpancar dari prinsip I do care tersebut diterapkan sebagai falsafah manajemen di lingkungan perusahaan. Dalam memberdayakan karyawannya, J.O menerapkan falsafah We do care. Manajemen, menurut dia, wajib seoptimal mungkin menerapkan falsafah We do care sebagai wujud kewajiban perusahaan atas hak karyawan.
Sebagai wujud falsafah ini, ia mengaku selalu berupaya peduli atas segala kebutuhan karyawannya. "Kita harus tahu apa yang diinginkan oleh karyawan. Dengan kepedulian, berarti kita menghargai keberadaan mereka. Jangan hanya memperlakukan mereka sebagai mesin penghasil uang," katanya. Tak heran, Jakob begitu memperhatikan kesejahteraan karyawan. "Imbalan yang pas sesuai dengan beban kerjanya akan membuat karyawan lebih termotivasi bekerja dengan lebih baik," jelasnya. Meski begitu, ia menganggap sistem penggajian di KKG belum sempurna.
Menciptakan perusahaan yang adil, makmur, dan merata bagi seluruh karyawan --"Itu cita-cita J.O.," ungkap August. Menurut dia, J.O. sangat peduli atas masalah hak karyawan, seperti gaji dan tunjangan supaya karyawan KKG hidup lebih layak. Saking pedulinya, khususnya di level bawah atau staf, J.O. lebih dulu membuatkan perumahan bagi karyawan level bawah. Sementara itu, karyawan di level manajemen menengah atas belakangan. "Ha..ha..kita pernah iri atas kebijakan itu. Kok, kita dapat rumahnya belakangan?" cerita August.
Bagi Jakob, menyejahterakan karyawan itu kewajiban perusahaan. "Mereka aset, ya harus mendapatkan hak-haknya dengan baik," katanya. Menurut dia, dengan tingkat kesejahteraan yang baik, karyawan pun akan termotivasi memberikan yang terbaik bagi perusahaan. Mereka juga menjadi loyal. Secara jujur, ia bangga bahwa turn over karyawan di perusahaannya relatif kecil. "Di bawah 5%," tambahnya. Kata seorang karyawan yang tak mau diungkap jati dirinya, "Jakob tahu sekali bagaimana membuat karyawan betah bekerja di sini."
Ibarat pisau bermata dua, sikap We do care perusahaan bukannya tak menerbitkan riak. Ia tidak menampik bahwa upaya selalu memenuhi kebutuhan karyawannya agar sejahtera menciptakan pegawai yang cenderung terlena dengan segala kemapanan yang diperoleh karena bekerja di KKG dan tidak didapatkan di tempat lain. Buntutnya berkembang istilah rajin malas sama saja alias RMS. Pasalnya, sistem penggajian dan pemberian fasilitas KKG sangat jelas. Parameternya ialah lama bekerja, bukan pada performa karyawan. Prestasi karyawan lebih untuk mendongkrak posisi. Misalnya, tahun ke berapa mendapatkan fasilitas pinjaman rumah, kendaraan, atau yang lain, jelas tertuang. Artinya, rajin atau malas, fasilitas dan tunjangan tetap diberikan.
"Namun kami saat ini sudah menerapkan pemberdayaan SDM melalui sistem penilaian karya," kata Jakob. Dengan sistem ini, diharapkan karyawan lebih termotivasi menunjukkan kinerjanya. "Supaya juga tidak ada istilah RMS itu," ungkap J.O. Penilaian karya ini dievaluasi setiap enam bulan dan dipantau terus-menerus oleh pihak SDM.
Ruang seluas 30-an meter persegi di lantai 6 Gedung KKG, Jalan Palmerah Selatan, berhawa sedikit panas, sepertinya pendingin ruangan tidak berfungsi dengan baik. CEO KKG, Jakob Oetama, menerima tim SWA. "Saya hanya punya waktu sampai pukul 11.15 ya, karena ada janji bertemu orang," kata J.O. Di dinding ruang bercat putih itu, waktu menunjukkan pukul 10 lewat 5 menit. Jakob terlihat santai dengan kemeja biru muda dipadu celana biru tua lengkap dengan dasi bermotif garis bintik-bintik dan tanda pengenal melekat di dada kirinya. Ballpoint Montblanc terselip di saku kemejanya.
Kami dari SWA duduk di sofa berwarna krem. Lemari berisi buku koleksi Jakob berderet rapi sepanjang lebih dari lima meter. "Bagaimana perasaan Bapak terpilih menjadi The Best CEO?" SWA memulai perbincangan. Jakob tak langsung menjawab. Sejurus ia diam lantas menyungging senyum. "Itulah, saya pakewuh," katanya. Ia mengaku surprise sekaligus heran karena terpilih sebagai The Best CEO 2003. "Semestinya orang lain saja yang lebih muda usia yang meraih ini. Saya sudah tua lho, 72 tahun," tambahnya. Wajah sepuh-nya memang tergurat jelas pada garis mukanya. Rambutnya yang dibiarkan agak gondrong menyembulkan gumpalan uban.
"Kalau boleh saya menilai diri saya sendiri, saya itu orangnya ngemong. Mungkin karyawan suka kepada saya karena sikap ngemong ibarat bapak kepada anaknya," papar J.O. mengomentari bahwa terpilihnya ia sebagai The Best CEO karena penilaian pegawainya juga. "Sebenarnya, saya tidak sehebat seperti yang dibicarakan karyawan saya. Sebetulnya saya biasa-biasa saja," katanya.
Selama memimpin KKG, ia menegaskan falsafah leadership yang dianutnya ialah falsafah ngemong. Arti ngemong baginya itu menggerakkan, mengajak, memotivasi, menyemangati, menjelaskan, dan bagaimana melakukan komunikasi. Di matanya, kunci keberhasilannya ialah berkomunikasi dengan seluruh karyawan dari semua level. "Komunikasi itu sangat penting," katanya. Bentuk komunikasi sederhana yang dianutnya ialah sekadar menyapa karyawan: apa kabar? selamat pagi!
Komunikasi tersebut dijabarkan juga lewat forum karyawan di setiap unit usaha. Secara berkala, ia mengadakan pertemuan dengan direktur seluruh unit bisnis. Pertemuan resmi ia dengan seluruh karyawan KKG dilakukan setiap acara syukuran tahunan yang jatuh pada Januari. Menurut dia, acara tersebut sangat ditunggu-tunggu seluruh karyawan KKG. "Karena pada acara itu Bapak mengumumkan kenaikan gaji. Tahun ini, berapa persen?" timpal SWA. "Kok tahu?? tanyanya, keningnya mengerenyit. Tanpa menunggu jawaban SWA, ia menambahkan, "Ya, itu sebenarnya yang ditunggu-tunggu karyawan," katanya menyungging senyum. Untuk mengomunikasikan visi, misi, dan garis besar kebijakan perusahaan kepada seluruh karyawan, J.O. menjelaskan bahwa KKG memiliki pedoman baku perusahaan, yang seluruh karyawan wajib mematuhinya. Ini termasuk melalui sharing knowledge dan experience dengan pegawai yang dilakukan lewat pertemuan rutin, baik langsung di depan karyawan, lewat forum karyawan, atau acara lain.
Guna mempercepat pencapaian visi dan misi, J.O, menekankan kerja sama tim. Tim kerja yang solid dan baik memudahkan dan mempercepat pencapaian visi dan misi yang ingin dicapai perusahaan. Ia melihat dirinya sebagai sosok team builder. Baginya, sosok pemimpin itu harus mampu menjadi team builder. Sebagai pemimpin, J.O. mengakui dirinya bukanlah orang yang menguasai banyak hal. "Saya harus tahu diri bahwa saya tidak menguasai semua hal atau banyak hal," ucapnya. Ia lebih senang membangun tim yang terdiri atas beberapa orang yang memiliki kelebihan masing-masing dengan pembagian kerja dan tanggung jawab kerja yang jelas. "Seluruh anggota tim bertanggung jawab baik atas kesuksesan maupun kegagalan," jelasnya.
Adanya tim kerja membuat dirinya bisa lebih memobilisasi karyawannya dengan segala kelebihan di bidangnya. Ia sadar bahwa perusahaan ini memiliki keragaman keahlian. Perusahaan ini memerlukan keahlian di berbagai bidang agar bisa tetap jalan. Bermacam keahlian itu dijadikan satu dalam forum atau tim, baik di tingkat corporate management maupun di setiap unit usaha.
Dengan beragam SDM yang memiliki beragam keahlian, latar belakang, dan budaya, J.O. memilih melakukan pendekatan kultural. Melalui pendekatan ini, ia berusaha memahami dan mengerti bagaimana sifat, karakter, dan perilaku karyawannya yang datang dari latar belakang yang berbeda-beda. Meskipun berbeda, J.O. menginginkan ada kultur yang berlaku umum bagi seluruh karyawan di dalam ruang lingkup KKG. Salah satu kultur di KKG ialah budaya kerja tim yang harus terus-menerus dibina dan dibangun. Lewat tim, berarti ada komitmen bersama yang patut disepakati bersama." Dengan adanya tim kerja, tujuan akan lebih cepat tercapai sehingga waktu dapat dimanfaatkan secara optimal dan efisien," tegasnya.
Sebagai pucuk kepemimpinan yang menaungi kemajemukan, ia berupaya seadil mungkin memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh karyawan untuk maju dalam konteks demi kemajuan perusahaan. Ia mengibaratkan KKG sebagai Indonesia mini. "Beragam suku, budaya, agama, etnis, ada di sini. Ini menjadi sumber kekuatan perusahaan," katanya. Ia ingin menciptakan Indonesia mini yang makmur, kaya, dan adil di dalam lingkup perusahaan. "Sejak mendirikan perusahaan ini, saya sudah mencanangkan akan membawa perusahaan ini sebagai Indonesia mini," jelasnya.
Sebagai komandan, J.O. berupaya menyelaraskan penerapan sistem manajemen bisnis yang baku dengan suasana kekeluargaan. "Sejak awal, saya ingin perusahaan ini sebagai keluarga kedua bagi karyawan karena mau tidak mau sebagian besar waktu karyawan itu dihabiskan di kantor," tuturnya. Menurut dia, kelugasan sikap, ketelitian, kedetilan, dan ketepatan waktu, serta perhitungan eksak sangat diperlukan dalam bisnis. Toh, bisnis yang bernuansa kekeluargaan juga bukanlah hal yang jelek. Dalam pandangannya, suasana kekeluargaan dan keharmonisan penting bagi kemajuan bisnis. "Kita harus bisa menyeimbangkan antara kepentingan manajemen bisnis dengan asas kekeluargaan," tegasnya. Caranya? "Bersama almarhum P.K. Ojong, sejak awal berusaha betul menerapkan dan menjalankan Good Corporate Governance (GCG)," katanya. GCG, menurut dia, diperlukan untuk menyeimbangkan antara kepentingan bisnis yang sakelijk dengan bentuk manajemen kekeluargaan. Jurus yang dilakukannya ialah membuat sistem kontrol yang jelas, baku, dan hitam putih. Rambunya jelas dan transparan. Sebagai pemimpin tertinggi, ia selalu menjaga agar tidak ada kebocoran dalam hal keuangan perusahaan. "Ini saya perhatikan betul mengingat pundi-pundi keuangan itu demi kemakmuran bersama," ujar Jakob yang memercayakan pengelolaan keuangan kepada pihak yang profesional dan ahli. Dikatakan August, dalam menjalankan bisnis, J.O sangat konservatif. "J.O. sangat berhati-hati mengeluarkan setiap sen uang perusahaan," paparnya.
Sebagai pelaku bisnis, ia berpikir bahwa dirinya juga memiliki tanggung jawab sosial dan berkontribusi penting pada kemajuan sosial bangsa. Ia setuju bahwa pelaku bisnis wajib diberi tanggung jawab sosial. Ia melihat pada iklim ekonomi pasar yang berlaku saat ini, pelaku bisnis harus diperlakukan secara proporsional karena kehadirannya diperlukan untuk menggerakkan roda ekonomi sektor riil. Dalam membangun SDM, hal mendasar ialah pemilihan karakter, yang diutamakan sejak awal perekrutan karyawan. Fleksibel, luwes, berpikiran terbuka, dinamis, berani menerima kritik, asertif, jujur, peduli orang lain, bisa saling memberi dan menerima serta teratur --itulah kriteria SDM yang menjadi parameter KKG. "Karakter karyawan yang tidak malas, tepat waktu, jujur, tidak manipulatif itulah karakter yang saya sukai," ujar Jakob.
Untuk menciptakan SDM yang berintegritas, kompeten, dan accountable, J.O. berusaha menjalankan nilai-nilai yang disepakati bersama sehingga dirinya dapat menjadi sosok yang patut disegani dan dihormati oleh karyawannya. Sebagai pemimpin, ia mengaku berusaha untuk selalu sejujur dan selurus mungkin dalam menjalankan bisnisnya. Baginya, hal ini patut dijalankan agar menjadi contoh yang baik bagi anak buahnya. "Masa kita bicara A tetapi sikap kita B? Wah, nggak boleh begitu jadi pemimpin," ujarnya. Memberikan contoh yang akhirnya menjadi panutan, begitulah yang dilakukan Jakob. "Saya selalu berusaha memberikan contoh, dalam hal ketepatan waktu, misalnya," katanya.
Yanti, sekretarisnya, memuji J.O. sebagai sosok yang memiliki disiplin waktu tinggi. Ia pernah menanyakan pada Big Boss-nya mengapa selalu tepat waktu? "Nanti jadwal orang juga bisa berantakan hanya gara-gara menunggu saya," ujarnya mengutip jawaban Jakob. Bahkan, J.O. mengatakan ketepatan waktunya itu sebagai salah satu wujud penghargaan dirinya terhadap hasil kerja keras sekretarisnya yang sudah mengatur jadwal sedemikian rupa.
Tak ada gading yang tak retak, sebagai pemimpin, Jakob mengaku memiliki kekurangan. Ia menyadari kadang dirinya dilihat sebagai sosok yang sangat penuh pertimbangan dalam mengambil keputusan sehingga terlihat lambat dalam mengambil keputusan di mata anak buah. August menjelaskan, kelemahan J.O. lebih pada cara dan bagaimana J.O. mengambil keputusan. "Bagi orang yang berkarakter agresif, J.O. dianggap lamban. Semua hal dipikirkan masak-masak. J.O. itu paling tidak bisa diburu-buru dan didesak-desak dalam mengambil keputusan. J.O. sangat tidak menyukai pendesakan. J.O. akan melihat dari segala sisi ketika akan mengambil keputusan. J.O akan menanyakan berbagai macam pendapat dari banyak pihak," papar August.
August mencontohkan ketika J.O. mengambil langkah investasi di bisnis televisi. Sebelum lahir TV7, J.O. melemparkan ide ini kepada top management. Ia sharing argumen dan knowledge tentang rencana merambah bisnis tv. Tidak hanya dengan top management, J.O. jalan-jalan keliling perusahaannya dan menanyakan pendapat karyawan yang ditemuinya tentang idenya tersebut. "Jadi, realisasi ide itu ialah buah pikiran bersama. Nggak heran kalau ia lama mengambil keputusan," terang August.
J.O. sangat mengakui keterbatasan dirinya. Meski ujungnya ia yang tetap memegang dan mengetuk palu dalam memutuskan sesuatu. "Saya bukanlah orang yang bisa semua hal. Saya butuh orang untuk mendampingi saya menjalankan bisnis ini, termasuk konsultan, sebelum saya mengambil keputusan bisnis," tegas Jakob. Sebagai pelaku bisnis, ia memercayakan dan mendelegasikan tugas kepada para profesionalnya. J.O terbuka terhadap saran dan pendapat para profesionalnya. Itu tak hanya di ruang rapat. Misalnya ada rencana bisnis tertentu, kepada karyawan yang ditemuinya ketika ia naik lift atau berpapasan dengannya tanpa memandang levelnya, J.O. selalu berusaha mengumpulkan pendapat. "Inilah mengapa J.O dikenal dengan gaya management by walking arround. Ia tidak bersikap mentang-mentang sebagai presdir," jelas August.
Tak hanya terbuka pada kritik. Jakob dikenal fleksibel dalam mengantisipasi perkembangan zaman, termasuk bisnis. "Strategi bisnisnya jauh ke depan," kata Vaksiandra. Dia punya pengalaman ketika Kompas membuat sisipan Muda yang menggandeng Hai dan Kawanku. Jakob menilai sisipan itu secara bisnis ke depannya akan menguntungkan karena punya daya jual tinggi.
Diakui Jakob, sistem di KKG akan terus-menerus dibangun dan disesuaikan dengan perkembangan zaman yang mengacu pada visi dan misi perusahaan. "Kalau bersikap kaku, waduh, bagaimana perusahaan ini berkembang. Generasi saya dengan generasi sekarang itu sangat jauh berbeda. Anak muda lebih dinamis, agresif, terbuka, dan asertif," katanya.
Anak muda pula memang yang dipilih Jakob menggantikan posisinya sebagai Pemred Kompas. Suryopratomo, kelahiran 1961, didapuknya menjadi orang nomor satu di jajaran redaksi Kompas. "Para redaktur senior sudah mendekati masa pensiun dan mereka juga telah mendapatkan pekerjaan lain yang tidak kalah beratnya dari tugas pemred," ungkap Jakob ketika ditanya mengapa bukan August Parengkuan atau Ninok Leksono yang tampil.
Alih generasi mulai dilakukan. Siapa calon penggantinya? Boleh jadi saat ini ia tengah mengelus-elus jagonya. Dan, bisa saja pilihan orang yang menggantikannya akan banyak mengejutkan. Seperti ketika ia memilih Suryapratomo. "Saya sangat berhati-hati dalam memilih pengganti saya. Yang jelas nota bene berasal dari dalam KKG sendiri," ucapnya.
Itu bukan berarti ia tak membuka diri bagi profesional di luar KKG. Untuk posisi tertentu di level supervisor dan manajer, KKG membuka diri untuk mencari pemimpin yang berasal dari profesional karier dari luar, bukan dari dalam. Langkah ini ditempuh untuk menjawab tuntutan dunia bisnis yang bergerak cepat dan dinamis. Hal ini dilakukan agar KKG lebih dinamis, agresif, dan inovatif. Secara jujur ia mengakui bahwa para profesional dari luar KKG lebih asertif, dinamis, percaya diri, dan aktif mencari terobosan dalam pengembangan bisnis. Kelebihan itu dipadukan dengan kemampuan SDM KKG dari dalam yang lebih paham dan mengerti bagaimana dan siapa itu KKG. Ia telah memutuskan mem-blending-kan SDM profesional dari luar dan dalam. Namun, untuk level direksi, ia masih menyiapkan dari orang dalam.
Dalam mempersiapkan penggantinya, ia menganut paham lokomotif yang tetap menggandeng gerbongnya. Ia masih bisa menggandeng calon penggantinya sebelum ia benar-benar turun atau pensiun agar bisa mengawasi jalannya perusahaan dan bagaimana calon penggantinya itu memimpin. "Pelan-pelan saya akan melepas gerbong itu," ujarnya.
Ia menegaskan dan menyarankan, ada cara yang mudah jika ingin menjadi pemimpin yang sukses di KKG. "Caranya gampang. Jangan lihat ke atas tetapi lihatlah ke bawah, samping kiri dan kanan supaya peduli pada apa yang terjadi di sekitar kita," ungkapnya. Ia mengaku tidak pernah membayangkan bahwa Kompas dan KKG akan menjadi besar seperti sekarang ini.
Bagi Jakob, keberhasilannya sebagai pemimpin sejatinya harus dilihat dari bagaimana kondisi perusahaan (KKG) setelah ia undur diri dari manajemen. Apakah KKG tetap jalan atau tidak? Jika KKG tetap berjalan dan berkembang, ia menganggap dirinya telah berhasil memimpin. Jika tidak, berarti ia telah gagal memimpin. Ia merasa sukses kalau berhasil mengantarkan penggantinya bisa tetap mempertahankan bisnis ini berjalan terus. "Jika hancur, ia sering kali akan merasa berdosa karena menyangkut hidup karyawannya," ujar August mengutip perkataan Jakob Oetama yang kerap dikatakan kepadanya.
Di mata August, bisa saja seorang CEO diganti atau tergantikan. Tetapi, sosok pemimpin yang sangat kebapakan seperti Jakob Oetama jarang sekali ditemui. Jika terjadi alih generasi dari kepemimpinan J.O. kepada penerusnya, August berpendapat bahwa sesungguhnya KKG kehilangan sosok bapak selayaknya anak yang kehilangan ayahnya. "Siapa pun penggantinya, sosok ayah yang ada di J.O. tidak dapat tergantikan. Kelebihan dan kelemahan J.O. bisa diterima dengan baik karena J.O. itu seorang ayah," kata August. Tanpa bermaksud mendahului Sang Khalik, August mengungkapkan saat ini karyawan sangat khawatir akan kondisi kesehatan J.O. mengingat usianya yang semakin tua.
Jakob Oetama lahir di Borobudur, 27 September 1931. Selepas menamatkan SMA Seminari di Yogyakarta, anak pensiunan guru di Sleman ini mengikuti jejak sang ayah, menjadi guru. Ia pernah mengajar di SMP Mardiyuwana, Cipanas, Jawa Barat, dan SMP Van Lith Jakarta. Di sela mengajar, ia menyisakan waktu menjadi redaktur mingguan Penabur. Selain mengantungi ijazah B1 Ilmu Sejarah, Jakob tercatat sebagai alumni Perguruan Tinggi Publisistik Jakarta (1959) dan Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (1961).
"Saya mencintai profesi guru," kata Jakob saat akan diabadikan kamera di depan meja kerjanya. "Mengapa kemudian memilih menjadi wartawan?" tanya SWA. "Saya tidak akan seperti ini kalau tetap menjadi guru," ungkap Jakob. Bukan dalam konteks materi. Kompas tak hanya surat kabar yang saat ini bertiras lebih dari 500 ribu eksemplar. Ia menawarkan sejumlah soal dan menggelindingkan opini publik. Kontribusi pemikiran J.O. di Kompas masih dominan. Ia masih menjadi think thank Kompas. Pengaruh kuat Jakob terlihat dari pameo: Jakob Oetama adalah Kompas dan Kompas adalah Jakob Oetama. "Pengidentikan itu wajar. Saya salah satu perintis kelahiran Kompas dan masih berkontribusi besar pada kemajuan Kompas dan KKG," kata Jakob.
Jakob sendiri lebih senang menyebut diri wartawan ketimbang pelaku bisnis. "Jabatan sebagai CEO sebagai co-incident," katanya. Ketika pertama kali usaha ini dirintis, J.O. lebih disiapkan sebagai pemimpin redaksi sementara P.K Ojong sebagai pemimpin perusahaan. Wafatnya P.K. Ojong pada 1980-an membuat ia harus segera mengambil alih tampuk kepemimpinan perusahaan.
Sebagai pengusaha, Jakob sukses mengerek KKG menjadi kerajaan bisnis pers terbesar di Indonesia. Memang tidak semua media di bawah KKG menghasilkan pundi-pundi uang berlimpah. Tulang punggung KKG di luar penerbitan buku ialah Kompas. Meski ia menolak disebut kapitalis, bisnisnya terus merambah berbagai lini. Penerbitan pers, jaringan toko buku Gramedia, hotel (Grahawita Santika), penyiaran radio (Radio Sonora), kertas tisu (PT Graha Kerindo). Total ada 42 anak perusahaan yang bernaung di bawah payung KKG. Total omset KKG pada 2001 saja diperkirakan mencapai lebih dari Rp 1,05 triliun.
Keberhasilan KKG diakuinya juga berkat andil dan kerja keras seluruh karyawan. "Tuhan juga memberkati perusahaan ini," tegasnya. Sekarang ini, yang selalu menghantuinya justru bagaimana bisnis ini tetap berjalan setelah ia tidak ada. "Pertanyaan apakah bisnis ini tetap ada atau tidak setelah saya tidak ada, itu yang selalu ada di benak saya," katanya. Ia mengakui hal ini menjadi concern-nya mengingat usianya yang sudah tidak muda lagi. Ia merasa sudah saatnya turun tahta. "Anak saya tidak ada yang tertarik terhadap bisnis media. Satu anak saya terjun mengurusi hotel," kata Jakob yang memiliki lima anak.
Jakob menanggalkan kartu pengenal di dadanya sesuai dengan permintaan fotografer. "Saya sering dibilang teman lupa asal," ujar Jakob sembari membagikan kartu namanya kepada tim SWA. Pukul 11.05, Yanti, sekretaris Jakob, melongok ke ruang kerja Jakob. "Bapak ada janji lain, harus pergi," katanya.
Kami beriringan menyusuri koridor dan memasuki lift. Jakob tersenyum kepada satpam yang memencetkan tombol lift. Di dalam lift, ia membuka notes kecil dari saku celananya. "Jam 12 siang di Grand Hyatt." Pintu lift terbuka di angka 3, seorang wanita muda masuk. "Siang Pak," sapanya. "Mau ke mana?? Jakob mendekati wanita muda yang rupanya wartawan Kompas. "Ke gereja? Ada acara apa?" tanya Jakob. Lift terbuka, wanita itu bergegas keluar, "Duluan, ya Pak." Jakob melangkah pelan, agak tertatih ke luar lift. "Dia ahli Amerika Latin," katanya. Kami menyesuaikan langkah kami supaya tetap seiring.
Di lobi, Jakob bersua dengan Julius Pour dan mantan Wakil Pemimpin Umum Kompas, A. Roesilah Kasiyanto. Jakob menjabat erat Roesilah dan saling bertukar berita. Tak lama itu. Di depan lobi, mobil pribadinya, BMW seri 5 warna hitam, telah menunggu yang akan membawanya ke Grand Hyatt bertemu Adam Schwartz, penulis buku Nation in Waiting.
Reportase: Tutut HandayaniRiset: Vika Octavia
Sumber Swa
Sunday, July 08, 2007
Radio masih relevan
Mungkin sebagian diantara Anda masih menganggap radio tidak relevan. Anggapan ini keliru. Di Rusia setelah reformasi muncul 10.000 stadion radio. Di Indonesia booming news radio tak tertahankan lagi disamping radio hibura.
BBC World Service merilis informasi terbaru bahwa jumlah pendengarnya di seluruh dunia lebih dari 150 juta orang ! Ini berarti radio masih relevan.
Kehadiran internet menambah relevansi radio. Anda bisa mendengar radio dimanapun berada.
BBC World Service merilis informasi terbaru bahwa jumlah pendengarnya di seluruh dunia lebih dari 150 juta orang ! Ini berarti radio masih relevan.
Kehadiran internet menambah relevansi radio. Anda bisa mendengar radio dimanapun berada.
Sunday, June 17, 2007
Evolusi Teori Propaganda
Oleh Asep Setiawan
Pendahuluan
Jejak arkeologis dari peradaban kuno telah memperlihatkan peninggalan berharga seperti baju, istana, patung dan berbagai catatan tertulis. Sejumlah peninggalan tertulis seperti Analects karya Kong Hu Cu merupakan ringkasan prestasi penguasa yang digunakan untuk memobilisasi dukungan rakyat. Prestasi penguasa itu dipaparkan secara berlebihan sehingga muncul mitos dan berbagai kepercayaan di kalangan massa akan kehebatan dan keperkasaan para penguasa.
Kepercayaan yang hidup dalam masyarakat yang berasal dari kitab-kitab peninggalan lama menunjukkan teknik propaganda telah lama dipakai dalam berbagai peradaban. Penguasa merasa berkepentingan untuk membangun citra dirinya dihadapan rakyatnya. Bila citra agung telah ditetapkan dalam berbagai catatan yang boleh diketahui rakyat maka penghormatan dan otoritasnya dipercaya akan menguat.
Dalam berbagai penemuan sejarawan, terbukti bahwa tidak semua penguasa peradaban lama bebas dari bentuk-bentuk sifat jahat dan otoriter. Sifat diktatorial sering muncul dalam diri penguasa lama meskipun telah digambarkan sebagai penguasa yang adil dan jujur. Kontras antara sifat penguasa yang ternyata kejam dengan gambaran tertulis bahwa penguasa itu adil merupakan sebuah bukti bahwa para penguasa lama dan demikian juga terlihat dari penguasa modern ingin dilukiskan sebagai raja atau penguasa yang baik.
Artikel ini akan mengulas perkembangan teoritis tentang propaganda yang dimulai dari jaman Yunani.
Teori Lama
Studi secara sistematik yagn dilakukan di Barat terhadap teori-teori propaganda dimulai dengan perkembangan di Athena pada tahun 500 SM. Saat itu studi tentang propaganda disebut sebagai retorika yang berarti "teknik-teknik para orator".
Trik-trik menggunakan bahasa yang mantap diwarnai dengan humor, ditambah dengan argumen yang logis dipraktekan para pengacara, demagog dan politisi. Para guru etika seperti Isocrates, Plato dan Aristoteles menyimpulkan retorika sebagai :
1. Membuat argumen mereka dan para siswanya lebih persuasif.
2. Mendesain propaganda tandingan yang dilontarkan musuhnya
3. Mengajari siswanya bagaimana mendeteksi logika yang salah dan seruan emosional demagog.
Para pengkaji soal retorika juga telah mengkaji apa yang sekarang disebut sebagai masalah kredibilitas sumber. Misalnya apa yang dikatakan pembicara atau upaya meyakinkan bahwa ia menceritakan kebenaran dan berniat baik.
Di peradaban lain ternyata terdapat pula hal yang sama. Di India kuno, Budha dan di Cina kuno, Kong Hu Cu - seperti halnya Plao, menggunakan sesuatu yang dapat dipercaya, retorika "baik" dan bentuk yang "pantas" dalam menulis dan berbicara sebagai alat untuk membujuk manusia.
Menjelang tahun 400 SM di India, Kautilya seorang Brahmana yang diduga menteri besar dalam Kekaisaran Candragupta Maurya menulis Arthashastra (Prinsip-prinsip Politik), sebuah bukun nasihat bagi para penguasa yang sering dibandingkan dengan Republic karya Plato dan The Prince karya Machiavelli.
Kautilya membahas penggunaan perang psikologis baik yang tebuka maupun rahasia dalam upaya mengganggu militer musuh dan merebut ibu kota. Ia menulis bahwa propagandis raja harus menyatakan bahwa ia bisa mempraktekan sihir, Dewa dan orang-orang bijaksana di pihaknya dan bahwa semua orang mendukung tujuan perangnya yang akan meraih manfaat. Dalam cara-cara rahasia, agen-agen propagandis harus menyusup ke kubu musuh untuk menyebarkan berita yang salah diantara rakyat di ibu kota, diantara kalangan pemimpin dan militer.
Nasihat yang sama juga dilontarkan oleh Sun Tzu dalam karyanya Ping-fa (The Art of War) yang menulis pada periode sama. "Semua perang", katanya. "berdasarkan pengelabuan. Oleh karena itu, ketika mampu menyerang, kita harus terlihat tidak berdaya, ketika kita menggunakan kekuatan, kita harus terlihat tidak aktif, ketika kita dekat, kita harus membuat percaya bahwa kita sangat jauh, ketika kita berada jauh, kita harus membuat mereka yakin kita dekat. Tahan musuh, munculkan kekakaucan dan serang mereka".
Teori Modern
Teori-teori modern tentang propaganda mulai muncul kembali setelah Revolusi Industri yang dimulai dengan pemanfaatan untuk meraih untung sebanyak-banyak dari produksi massal. Pada abad ke-20 para peneliti mulai mengadakan studi tentang motivasi pembeli dan responsnya terhadap berbagai penawaran, iklan dan teknik marketing lainnya.
Sejak 1930-an sudah ada "survai konsumen" seperti survai opini publik. Hampir setiap variabel yang mempengaruhi opini, keyakinan, sifat-sifat yang sugestif dan perilaku konsumen dari berbagai kelompok, sub kelompok dan budaya di beberapa negara besar telah diteliti.
Sebelumnya pada awal 1920-an, telah berkembang kesadaran diantara para pengkritik bahwa perpanjangan dari Pemilu dan daya beli yang meningkat sampai kepada masyarakat biasa telah dimanfaatkan oleh para demagog dan propagandis yang menggunakan mitos,cerita-cerita dan imbauan yang utopis.
Studi lebih lanjut pula muncul seperti ditulis ilmuwan Amerika Harold D Lasswell dalam karyanya Propaganda Techinuque in the World wAr. Buku ini melukiskan dan menganalisa propaganda secara besar-besaran yagn dilakukan negara yang bermusuhan pada Perang Dunia I. Kemudian muncul pula studi propaganda komunis dan berbagai bentuk komunikasi. Dalam beberapa tahun kemudian banyak ilmuwan sosial disamping sejarawan, wartawan dan psikolog yang melahirkan berbagai bentuk publikasi yang menganalisa propaganda militer, politik dan komersial. Pada Perang Dunia II dan Perang Dingin antara AS dan Uni Soviet, banyak peneliti dan penulis melakukan propaganda.
Penutup
Pada perjalanan sejarah teori-teori propaganda terlihat adanya satu benang merah tentang dasar-dasar yang menjadi teori propaganda. Di satu pihak ada kelompok yang berusaha membentuk pikiran massa demi keuntungan penguasa atau mereka yang memiliki akses terhadap kekuatan ekonomi dan militer. Merekalah yang merancang berbagai teori dan konsep untuk melakukan propaganda.
Di sisi lain terdapat obyek yang jadi sasaran dari propaganda. Mereka inilah yang merupakan kelinci percobaan berbagai teori lama maupun modern. Dalam alam modern maka teori propaganda digunakan baik di bidang militer, ekonomi maupun politik. Meskipun demikian banyak kritik dilontarkan terhadap kelompok yang memanfaatkan rendahnya pendidikan masyarakat demi keuntungan mereka yang berkuasa. ***
Pendahuluan
Jejak arkeologis dari peradaban kuno telah memperlihatkan peninggalan berharga seperti baju, istana, patung dan berbagai catatan tertulis. Sejumlah peninggalan tertulis seperti Analects karya Kong Hu Cu merupakan ringkasan prestasi penguasa yang digunakan untuk memobilisasi dukungan rakyat. Prestasi penguasa itu dipaparkan secara berlebihan sehingga muncul mitos dan berbagai kepercayaan di kalangan massa akan kehebatan dan keperkasaan para penguasa.
Kepercayaan yang hidup dalam masyarakat yang berasal dari kitab-kitab peninggalan lama menunjukkan teknik propaganda telah lama dipakai dalam berbagai peradaban. Penguasa merasa berkepentingan untuk membangun citra dirinya dihadapan rakyatnya. Bila citra agung telah ditetapkan dalam berbagai catatan yang boleh diketahui rakyat maka penghormatan dan otoritasnya dipercaya akan menguat.
Dalam berbagai penemuan sejarawan, terbukti bahwa tidak semua penguasa peradaban lama bebas dari bentuk-bentuk sifat jahat dan otoriter. Sifat diktatorial sering muncul dalam diri penguasa lama meskipun telah digambarkan sebagai penguasa yang adil dan jujur. Kontras antara sifat penguasa yang ternyata kejam dengan gambaran tertulis bahwa penguasa itu adil merupakan sebuah bukti bahwa para penguasa lama dan demikian juga terlihat dari penguasa modern ingin dilukiskan sebagai raja atau penguasa yang baik.
Artikel ini akan mengulas perkembangan teoritis tentang propaganda yang dimulai dari jaman Yunani.
Teori Lama
Studi secara sistematik yagn dilakukan di Barat terhadap teori-teori propaganda dimulai dengan perkembangan di Athena pada tahun 500 SM. Saat itu studi tentang propaganda disebut sebagai retorika yang berarti "teknik-teknik para orator".
Trik-trik menggunakan bahasa yang mantap diwarnai dengan humor, ditambah dengan argumen yang logis dipraktekan para pengacara, demagog dan politisi. Para guru etika seperti Isocrates, Plato dan Aristoteles menyimpulkan retorika sebagai :
1. Membuat argumen mereka dan para siswanya lebih persuasif.
2. Mendesain propaganda tandingan yang dilontarkan musuhnya
3. Mengajari siswanya bagaimana mendeteksi logika yang salah dan seruan emosional demagog.
Para pengkaji soal retorika juga telah mengkaji apa yang sekarang disebut sebagai masalah kredibilitas sumber. Misalnya apa yang dikatakan pembicara atau upaya meyakinkan bahwa ia menceritakan kebenaran dan berniat baik.
Di peradaban lain ternyata terdapat pula hal yang sama. Di India kuno, Budha dan di Cina kuno, Kong Hu Cu - seperti halnya Plao, menggunakan sesuatu yang dapat dipercaya, retorika "baik" dan bentuk yang "pantas" dalam menulis dan berbicara sebagai alat untuk membujuk manusia.
Menjelang tahun 400 SM di India, Kautilya seorang Brahmana yang diduga menteri besar dalam Kekaisaran Candragupta Maurya menulis Arthashastra (Prinsip-prinsip Politik), sebuah bukun nasihat bagi para penguasa yang sering dibandingkan dengan Republic karya Plato dan The Prince karya Machiavelli.
Kautilya membahas penggunaan perang psikologis baik yang tebuka maupun rahasia dalam upaya mengganggu militer musuh dan merebut ibu kota. Ia menulis bahwa propagandis raja harus menyatakan bahwa ia bisa mempraktekan sihir, Dewa dan orang-orang bijaksana di pihaknya dan bahwa semua orang mendukung tujuan perangnya yang akan meraih manfaat. Dalam cara-cara rahasia, agen-agen propagandis harus menyusup ke kubu musuh untuk menyebarkan berita yang salah diantara rakyat di ibu kota, diantara kalangan pemimpin dan militer.
Nasihat yang sama juga dilontarkan oleh Sun Tzu dalam karyanya Ping-fa (The Art of War) yang menulis pada periode sama. "Semua perang", katanya. "berdasarkan pengelabuan. Oleh karena itu, ketika mampu menyerang, kita harus terlihat tidak berdaya, ketika kita menggunakan kekuatan, kita harus terlihat tidak aktif, ketika kita dekat, kita harus membuat percaya bahwa kita sangat jauh, ketika kita berada jauh, kita harus membuat mereka yakin kita dekat. Tahan musuh, munculkan kekakaucan dan serang mereka".
Teori Modern
Teori-teori modern tentang propaganda mulai muncul kembali setelah Revolusi Industri yang dimulai dengan pemanfaatan untuk meraih untung sebanyak-banyak dari produksi massal. Pada abad ke-20 para peneliti mulai mengadakan studi tentang motivasi pembeli dan responsnya terhadap berbagai penawaran, iklan dan teknik marketing lainnya.
Sejak 1930-an sudah ada "survai konsumen" seperti survai opini publik. Hampir setiap variabel yang mempengaruhi opini, keyakinan, sifat-sifat yang sugestif dan perilaku konsumen dari berbagai kelompok, sub kelompok dan budaya di beberapa negara besar telah diteliti.
Sebelumnya pada awal 1920-an, telah berkembang kesadaran diantara para pengkritik bahwa perpanjangan dari Pemilu dan daya beli yang meningkat sampai kepada masyarakat biasa telah dimanfaatkan oleh para demagog dan propagandis yang menggunakan mitos,cerita-cerita dan imbauan yang utopis.
Studi lebih lanjut pula muncul seperti ditulis ilmuwan Amerika Harold D Lasswell dalam karyanya Propaganda Techinuque in the World wAr. Buku ini melukiskan dan menganalisa propaganda secara besar-besaran yagn dilakukan negara yang bermusuhan pada Perang Dunia I. Kemudian muncul pula studi propaganda komunis dan berbagai bentuk komunikasi. Dalam beberapa tahun kemudian banyak ilmuwan sosial disamping sejarawan, wartawan dan psikolog yang melahirkan berbagai bentuk publikasi yang menganalisa propaganda militer, politik dan komersial. Pada Perang Dunia II dan Perang Dingin antara AS dan Uni Soviet, banyak peneliti dan penulis melakukan propaganda.
Penutup
Pada perjalanan sejarah teori-teori propaganda terlihat adanya satu benang merah tentang dasar-dasar yang menjadi teori propaganda. Di satu pihak ada kelompok yang berusaha membentuk pikiran massa demi keuntungan penguasa atau mereka yang memiliki akses terhadap kekuatan ekonomi dan militer. Merekalah yang merancang berbagai teori dan konsep untuk melakukan propaganda.
Di sisi lain terdapat obyek yang jadi sasaran dari propaganda. Mereka inilah yang merupakan kelinci percobaan berbagai teori lama maupun modern. Dalam alam modern maka teori propaganda digunakan baik di bidang militer, ekonomi maupun politik. Meskipun demikian banyak kritik dilontarkan terhadap kelompok yang memanfaatkan rendahnya pendidikan masyarakat demi keuntungan mereka yang berkuasa. ***
Tuesday, January 09, 2007
Antisipasi liputan musibah AdamAir
Setelah lebih dari seminggu musibah yang dialami AdamAir No.Penerbangan KI 574 jurusan Surabaya - Manado tanggal 1 Januari 2007, berbagai spekulasi muncul. Mulai dari ledakan di udara sampai dengan terkena badai mendadak.
Tragedi AdamAir ini melibatkan lebih dari 100 penunpang dan awak pesawat. Setiap perkembangan diikuti oleh media massa dengan seksama.
Baru-baru ini saya menyaksikan siaran di Televisi Al Jazeera edisi Inggris wawancara pengamat penerbangan Dudi Sudibyo mengenai bagaimana kira-kira musibah ini terjadi dan apa yang terjadi dengan dunia penerbangan tiket murah. Di London diwawancara pula seorang editor majalah Flight mengenai apakah kotak hitam masih bisa ditemukan dan diambil informasinya sekalipun pesawat tenggelam atau terbakar.
Berbagai ide dan gagasan muncul mengenai bagaimana meliput peristiwa besar seperti ini. Bagi dunia jurnalistik ini adalah salah satu tantangan besar untuk mengungkap tuntas dari segala sudut musibah AdamAir. Tentu saja dengan catatan bukan mengeksploatasi penderitaan manusia tetapi juga menjadi pelajaran bagi masyarakat dan pengelola maskapai penerbangan betapa hal-hal remeh taruhannya nyawa jika berbicara soal penerbangan.
Dudi Sudibyo melukiskan beberapa kelemahan dalam perusahaan penerbangan murah ini. Sebagai contoh adalah pelatihan pilot. Tidak jarang terjadi bahwa pilot ini tidak menjalani tes secara penuh karena mahalnya biaya pelatihan. Disisi lain dalam pemeliharaan pesawat kadang terjadi kanibalisme dimana suku cadang diganti tidak dengan yang semestinya. Sebuah baterai pesawat yang harganya Rp 100 juta semestinya diganti, malah diambil dari pesawat lain yang nongkrong. Dari nilai rupiah membeli baterai seharga Rp 100 juta untuk penerbangan murah ratusan ribu rupiah per orang mungkin akan berpikir ulang guna membelinya.
Tantangan liputan
Sejumlah tantangan dalam peliputan bagi jurnalis kreatif sangatlah luas.
Pertama, unsur drama manusia. Inilah salah satu angle yang banyak dikembangkan media di dunia mengenai tragedi manusia. Sekali lagi bukan untuk membesarkan dan memanfaatkan penderitaan orang lain namun terdapat unsur pendidikan dan simpati agar mereka yang mengalami musibah ini diberi tempat yang semestinya. Mereka tidak dibiarkan begitu saja dengan permintaan maaf dan ganti rugi seadanya. Harus ada yang bertanggung jawab jika dalam kecelakaan ini ada unsur kelalaian. Drama manusia bagi para penumpang, bagi para awak pesawat adalah salah satu aspek yang biasanya terus diperdalam sejalan dengan semakin lamanya pesawat ini ditemukan.
Kedua, laporan investigasi. Setiap media massa biasanya akan berlomba menyajikan informasi terlengkap. Namun gagasan yang baik bila pesawat ini hilang tanpa rimba diperlukan investigasi mulai dari riwayat pesawat, pemeliharaan sampai dengan operasionalisasi pesawat. Apakah mungkin pernah terjadi peristiwa kerusakan mesin atau tidak kuat menghadapi badai berat ? Laporan investigasi akan memberikan kedalaman terhadap sebuah laporan harian.
Ketiga, antisipasi penemuan pesawat. Sejalan dengan keterlibatan dunia internasional dalam pencarian pesawat yang seperti ditelan samudra ini, maka laporan lengkap sebaiknya memang sudah disiapkan. Laporan antisipasi merupakan salah satu pilar dari liputan yang komprehensif. Rangkaian fakta dan data telah disimpan dengan rapih untuk dikeluarkan ketika peristiwa baru muncul. Beberapa media besar dunia biasanya telah menyiapkan hari yang ditunggu-tunggu ini. Ketika Afghanistan jatuh, wartawan BBC John Simpson telah siap dengan laporan terbaru dari medan tempur. Demikian juga ketika Saddam Hussein jatuh, sudah ada laporan pendukung yang akan menunjang breaking news ini. AdamAir adalah peristiwa besar nasional dan regional, terlalu kecil untuk diabaikan. Disinilah kepiawaian jurnalis dan timnya menyajikan berita, feature, analisis, diskusi dan antisipasi yang akan memperkaya skala liputan.
Tragedi AdamAir ini melibatkan lebih dari 100 penunpang dan awak pesawat. Setiap perkembangan diikuti oleh media massa dengan seksama.
Baru-baru ini saya menyaksikan siaran di Televisi Al Jazeera edisi Inggris wawancara pengamat penerbangan Dudi Sudibyo mengenai bagaimana kira-kira musibah ini terjadi dan apa yang terjadi dengan dunia penerbangan tiket murah. Di London diwawancara pula seorang editor majalah Flight mengenai apakah kotak hitam masih bisa ditemukan dan diambil informasinya sekalipun pesawat tenggelam atau terbakar.
Berbagai ide dan gagasan muncul mengenai bagaimana meliput peristiwa besar seperti ini. Bagi dunia jurnalistik ini adalah salah satu tantangan besar untuk mengungkap tuntas dari segala sudut musibah AdamAir. Tentu saja dengan catatan bukan mengeksploatasi penderitaan manusia tetapi juga menjadi pelajaran bagi masyarakat dan pengelola maskapai penerbangan betapa hal-hal remeh taruhannya nyawa jika berbicara soal penerbangan.
Dudi Sudibyo melukiskan beberapa kelemahan dalam perusahaan penerbangan murah ini. Sebagai contoh adalah pelatihan pilot. Tidak jarang terjadi bahwa pilot ini tidak menjalani tes secara penuh karena mahalnya biaya pelatihan. Disisi lain dalam pemeliharaan pesawat kadang terjadi kanibalisme dimana suku cadang diganti tidak dengan yang semestinya. Sebuah baterai pesawat yang harganya Rp 100 juta semestinya diganti, malah diambil dari pesawat lain yang nongkrong. Dari nilai rupiah membeli baterai seharga Rp 100 juta untuk penerbangan murah ratusan ribu rupiah per orang mungkin akan berpikir ulang guna membelinya.
Tantangan liputan
Sejumlah tantangan dalam peliputan bagi jurnalis kreatif sangatlah luas.
Pertama, unsur drama manusia. Inilah salah satu angle yang banyak dikembangkan media di dunia mengenai tragedi manusia. Sekali lagi bukan untuk membesarkan dan memanfaatkan penderitaan orang lain namun terdapat unsur pendidikan dan simpati agar mereka yang mengalami musibah ini diberi tempat yang semestinya. Mereka tidak dibiarkan begitu saja dengan permintaan maaf dan ganti rugi seadanya. Harus ada yang bertanggung jawab jika dalam kecelakaan ini ada unsur kelalaian. Drama manusia bagi para penumpang, bagi para awak pesawat adalah salah satu aspek yang biasanya terus diperdalam sejalan dengan semakin lamanya pesawat ini ditemukan.
Kedua, laporan investigasi. Setiap media massa biasanya akan berlomba menyajikan informasi terlengkap. Namun gagasan yang baik bila pesawat ini hilang tanpa rimba diperlukan investigasi mulai dari riwayat pesawat, pemeliharaan sampai dengan operasionalisasi pesawat. Apakah mungkin pernah terjadi peristiwa kerusakan mesin atau tidak kuat menghadapi badai berat ? Laporan investigasi akan memberikan kedalaman terhadap sebuah laporan harian.
Ketiga, antisipasi penemuan pesawat. Sejalan dengan keterlibatan dunia internasional dalam pencarian pesawat yang seperti ditelan samudra ini, maka laporan lengkap sebaiknya memang sudah disiapkan. Laporan antisipasi merupakan salah satu pilar dari liputan yang komprehensif. Rangkaian fakta dan data telah disimpan dengan rapih untuk dikeluarkan ketika peristiwa baru muncul. Beberapa media besar dunia biasanya telah menyiapkan hari yang ditunggu-tunggu ini. Ketika Afghanistan jatuh, wartawan BBC John Simpson telah siap dengan laporan terbaru dari medan tempur. Demikian juga ketika Saddam Hussein jatuh, sudah ada laporan pendukung yang akan menunjang breaking news ini. AdamAir adalah peristiwa besar nasional dan regional, terlalu kecil untuk diabaikan. Disinilah kepiawaian jurnalis dan timnya menyajikan berita, feature, analisis, diskusi dan antisipasi yang akan memperkaya skala liputan.
Saturday, January 06, 2007
Lowongan wartawan Januari 2007
Cita-cita menjadi wartawan ? Satu lowongan untuk Anda mungkin bisa sebagai kunci masuk ke dunia jurnalistik. Batas waktu penyerahan surat lamaran 12 Januari 2007.
PT REKA GAGAS CIPTA, perusahaan penerbitan buku, majalah , dan tabloid, membutuhkan wartawan dan penulis untuk penempatan di Jakarta.
Syarat-syaratnya :
A. WARTAWAN
1. Diutamakan yang cukup paham persoalan pendidikan dan sosial
di Indonesia.
2. Berwawasan luas serta menaruh minat terhadap persoalan
pendidikan dan sosial.
3. Pendidikan minimal S-1 semua jurusan.
4. Pengalaman tidak diutamakan. Lebih disukai yang punya latar
belakang aktivitas di pers kampus.
5. Usia maksimum 27 tahun.
6. Mampu berbahasa Inggris.
7. Siap bekerja dalam tekanan tinggi.
B. PENULIS
1. Diutamakan yang cukup paham persoalan pendidikan dan sosial
di Indonesia.
2. Berwawasan luas serta menaruh minat terhadap persoalan
pendidikan dan sosial.
3. Pendidikan minimal S-1 semua jurusan.
4. Pengalaman sebagai wartawan minimal dua tahun. Lebih disukai
yang punya pengalaman sebagai wartawan bidang pendidikan dan atawa
sosial.
5. Usia maksimum 30 tahun.
6. Mampu berbahasa Inggris.
7. Siap bekerja dalam tekanan tinggi.
Silakan kirim lamaran dilengkapi CV dan contoh tulisan (buat yang ada), paling lambat 12 Januari 2007. Surat lamaran ditujukan ke: Bagian HRD PT REKA GAGAS CIPTA
Email: rekacipta@rekacipta .com
Mereka yang diterima akan ditempatkan di Majalah Pena Pendidikan, Majalah Guru, Majalah Guru PNF, Majalah Setia Kawan, dan Majalah Entrepreneur.
Simak pula sejumlah tips bagaimana melamar ke media di
freejournalist.wordpress.com
PT REKA GAGAS CIPTA, perusahaan penerbitan buku, majalah , dan tabloid, membutuhkan wartawan dan penulis untuk penempatan di Jakarta.
Syarat-syaratnya :
A. WARTAWAN
1. Diutamakan yang cukup paham persoalan pendidikan dan sosial
di Indonesia.
2. Berwawasan luas serta menaruh minat terhadap persoalan
pendidikan dan sosial.
3. Pendidikan minimal S-1 semua jurusan.
4. Pengalaman tidak diutamakan. Lebih disukai yang punya latar
belakang aktivitas di pers kampus.
5. Usia maksimum 27 tahun.
6. Mampu berbahasa Inggris.
7. Siap bekerja dalam tekanan tinggi.
B. PENULIS
1. Diutamakan yang cukup paham persoalan pendidikan dan sosial
di Indonesia.
2. Berwawasan luas serta menaruh minat terhadap persoalan
pendidikan dan sosial.
3. Pendidikan minimal S-1 semua jurusan.
4. Pengalaman sebagai wartawan minimal dua tahun. Lebih disukai
yang punya pengalaman sebagai wartawan bidang pendidikan dan atawa
sosial.
5. Usia maksimum 30 tahun.
6. Mampu berbahasa Inggris.
7. Siap bekerja dalam tekanan tinggi.
Silakan kirim lamaran dilengkapi CV dan contoh tulisan (buat yang ada), paling lambat 12 Januari 2007. Surat lamaran ditujukan ke: Bagian HRD PT REKA GAGAS CIPTA
Email: rekacipta@rekacipta .com
Mereka yang diterima akan ditempatkan di Majalah Pena Pendidikan, Majalah Guru, Majalah Guru PNF, Majalah Setia Kawan, dan Majalah Entrepreneur.
Simak pula sejumlah tips bagaimana melamar ke media di
freejournalist.wordpress.com
Friday, January 05, 2007
Tips menulis di media massa
Anda sudah menulis artikel untuk kolom opini di surat kabar namun seringkali di tolak? Atau Anda baru akan memulai untuk mengirimkan artikel ke surat kabar atau majalah ? Tulisan berikut barangkali akan menjembatani beberapa kesulitan sehingga artikel Anda atau analisis Anda bisa sering dimuat.
Beberapa ciri dari harian dan majalah penting untuk diingat sehingga saat memulai menulis sudah terbayangkan siapa pembacanya dan bagaimana skope medianya.
Tips di bawah ini tentu tidaklah lengkap dan bukanlah aksioma yang harus diikuti. Namun tips ini sekedar rambu-rambu yang bisa memberikan sedikit panduan mengenai menulis di media massa.
1. Aktual
Surat kabar atau majalah mingguan memiliki ciri utama aktual. Harian seperti Kompas atau Republika sangat terikat dengan waktu. Harian mencerminkan berita dan informasi setiap hari. Berita hari ini akan menjadi basi pada keesokan harinya. Koran hari ini tidak akan menjadi panduan lagi pada keesokan harinya. Jadi artikel dan opini di dalamnya pun harus dan biasanya aktual dengan kejadian yang sedang muncul. Misalnya, artikel mengenai sistem pencarian pesawat hilang akan sangat bermanfaat sekarang untuk menjelaskan mengapa di abad satelit ini sebuah pesawat AdamAir dengan 100 penumpang lebih telah beberapa hari tidak terlacak. Dengan sendirinya sebuah tulisan yang aktual dan lagi hangat dibicarakan kans untuk dimuat akan semakin besar.
2. Ringkas dan Jelas
Selain aktual, sebuah artikel diharapkan oleh pembacanya ringkas dan jelas. Ringkas artinya pembahasannya mengenai sebuah topik dilakukan secara garis besar, tidak sampai detail. Rincian angka atau teori yang teknis tidak perlu dibahas apalagi kajian mengenai teori yang berbeda-beda. Cukup satu pendekatan dan terangkan. Jelas artinya tulisan itu mencerminkan judul. Tulisan di sebuah harian karena biasanya berlaku hanya 24 jam maka uraiannya perlu sebuah kejelasan. Misalnya, tulisan dengan topik skenario hilangnya AdamAir dijelaskan dengan meminjam perbincangan para pakar mulai skenario karena cuaca buruk, skenario ledakan bom dan skenario human error. Perbincangan mengenai topik akan menarim sepanjang pesawat masih belum ditemukan.
3. Paragraf yang jelas
Sebaiknya sebuah artikel menggunakan sub judul dengan paragraf yang jelas. Paragraf mencerminkan langkah-langkah untuk menjelaskan pendapat, atau argumentasi. Sub judul kecil akan sangat membantu pembaca merangkum dengan cepat. Perlu diingat bahwa artikel di media massa bukan uraian akademis maka dibayangkan pula pembacanya bisa menjangkau semua lapias. Editor rubrik artikel ini sadar akan bayangan mengenai pembacanya ketika menerima sebuah artikel. Tidak hanya paragraf itu menjelaskan pembukaan, batang tubuh tetapi juga kesimpulan.
4. Pikirkan panjang tulisan
Sebuah tulisan di surat kabar biasanya berkisar antara empat sampai lima setengah halaman A4 dengan format dua spasi. Empat halaman sudah dianggap cukup tetapi lebih dari enam halaman dianggap bisa terlalu panjang. Ketentuan ini tentu tidak kaku tergantung kondisi pembahasan artikelnya apakah memang sangat menarik perhatian pembaca.
5. Sertakan CV singkat
Sebuah keterangan mengenai siapa Anda akan sangat banyak membantu editor untuk memutuskan apakah artikel ini ditulis seorang awam atau seorang pakar atau peneliti. Seorang spesialis di bidang teknologi penerbangan akan sangat besar kans nya untuk dimuat jika menguraikan soal teknis mengenai hilangnya pesawat AdamAir di Sulawesi Barat. Atau seorang peneliti di sebuah universitas besar di luar negeri juga akan memberikan bobot tersendiri. Namun editor juga tidak tergantung nama besar Anda tetapi juga kualitas dan kuantitas tulisan. Seorang akademisi yang menulis membosankan tidak akan banyak memberi manfaat apalagi disertakan berbagai teori yang "berat".
6. Gaya tulisan enak dibaca
Gaya tulisan juga akan sangat mempengaruhi keputusan editor artikel. Sebuah tulisan yang diuraikan dengan gaya bahasa yang enak tetapi berbobot mungkin akan dipertimbangkan lebih lama. Untuk menemukan bagaimana gaya menulis Anda tentu dilalui dengan latihan. Meskipun gaya tulisan Anda misalnya masih kaku, asalkan cukup jelas dan ringkas, Artikel anda masih banyak peluangnya.
7 Format yang apik
Tulisan yang berbobot tidak hanya dalam uraian dan sudut pandangnya, tetapi juga dalam cara penyajiannya. Dengan digitalisasi hampir semua surat kabar dan majalah di Indonesia maka menulis dengan komputer merupakan sebuah kemestian. Tantangannya, seringkali error dalam menuliskan istilah atau tanda-tanda baca kerapkali terlewat. Biasakan dengan menulis yang apil sesuai tanda baca dan sesuai bunyi kata. Editor biasanya cepat mengetahui bagaimana tingkat kesungguhan Anda dalam menulis ketika melihat bentuk tulisan dan kesalahan gramatikal atau kesalahan pengetikan kata. Semakin banyak kesalahan menuliskan kata-kata akan semakin cepat disingkirkan dari urutan untuk dimuat.
Tips di atas tentu saja sekali lagi bukan sebuah "pakem" dimuat dan tidaknya sebuah tulisan. Adakalanya karena editor ingin sekali memuat sebuah topik yang lagi hangat dibahas dan sedikit pilihannya maka bisa jadi tulisan Anda pun lolos untuk dimuat meskipun editor harus kerja keras merombak dan mengeditnya.
Beberapa ciri dari harian dan majalah penting untuk diingat sehingga saat memulai menulis sudah terbayangkan siapa pembacanya dan bagaimana skope medianya.
Tips di bawah ini tentu tidaklah lengkap dan bukanlah aksioma yang harus diikuti. Namun tips ini sekedar rambu-rambu yang bisa memberikan sedikit panduan mengenai menulis di media massa.
1. Aktual
Surat kabar atau majalah mingguan memiliki ciri utama aktual. Harian seperti Kompas atau Republika sangat terikat dengan waktu. Harian mencerminkan berita dan informasi setiap hari. Berita hari ini akan menjadi basi pada keesokan harinya. Koran hari ini tidak akan menjadi panduan lagi pada keesokan harinya. Jadi artikel dan opini di dalamnya pun harus dan biasanya aktual dengan kejadian yang sedang muncul. Misalnya, artikel mengenai sistem pencarian pesawat hilang akan sangat bermanfaat sekarang untuk menjelaskan mengapa di abad satelit ini sebuah pesawat AdamAir dengan 100 penumpang lebih telah beberapa hari tidak terlacak. Dengan sendirinya sebuah tulisan yang aktual dan lagi hangat dibicarakan kans untuk dimuat akan semakin besar.
2. Ringkas dan Jelas
Selain aktual, sebuah artikel diharapkan oleh pembacanya ringkas dan jelas. Ringkas artinya pembahasannya mengenai sebuah topik dilakukan secara garis besar, tidak sampai detail. Rincian angka atau teori yang teknis tidak perlu dibahas apalagi kajian mengenai teori yang berbeda-beda. Cukup satu pendekatan dan terangkan. Jelas artinya tulisan itu mencerminkan judul. Tulisan di sebuah harian karena biasanya berlaku hanya 24 jam maka uraiannya perlu sebuah kejelasan. Misalnya, tulisan dengan topik skenario hilangnya AdamAir dijelaskan dengan meminjam perbincangan para pakar mulai skenario karena cuaca buruk, skenario ledakan bom dan skenario human error. Perbincangan mengenai topik akan menarim sepanjang pesawat masih belum ditemukan.
3. Paragraf yang jelas
Sebaiknya sebuah artikel menggunakan sub judul dengan paragraf yang jelas. Paragraf mencerminkan langkah-langkah untuk menjelaskan pendapat, atau argumentasi. Sub judul kecil akan sangat membantu pembaca merangkum dengan cepat. Perlu diingat bahwa artikel di media massa bukan uraian akademis maka dibayangkan pula pembacanya bisa menjangkau semua lapias. Editor rubrik artikel ini sadar akan bayangan mengenai pembacanya ketika menerima sebuah artikel. Tidak hanya paragraf itu menjelaskan pembukaan, batang tubuh tetapi juga kesimpulan.
4. Pikirkan panjang tulisan
Sebuah tulisan di surat kabar biasanya berkisar antara empat sampai lima setengah halaman A4 dengan format dua spasi. Empat halaman sudah dianggap cukup tetapi lebih dari enam halaman dianggap bisa terlalu panjang. Ketentuan ini tentu tidak kaku tergantung kondisi pembahasan artikelnya apakah memang sangat menarik perhatian pembaca.
5. Sertakan CV singkat
Sebuah keterangan mengenai siapa Anda akan sangat banyak membantu editor untuk memutuskan apakah artikel ini ditulis seorang awam atau seorang pakar atau peneliti. Seorang spesialis di bidang teknologi penerbangan akan sangat besar kans nya untuk dimuat jika menguraikan soal teknis mengenai hilangnya pesawat AdamAir di Sulawesi Barat. Atau seorang peneliti di sebuah universitas besar di luar negeri juga akan memberikan bobot tersendiri. Namun editor juga tidak tergantung nama besar Anda tetapi juga kualitas dan kuantitas tulisan. Seorang akademisi yang menulis membosankan tidak akan banyak memberi manfaat apalagi disertakan berbagai teori yang "berat".
6. Gaya tulisan enak dibaca
Gaya tulisan juga akan sangat mempengaruhi keputusan editor artikel. Sebuah tulisan yang diuraikan dengan gaya bahasa yang enak tetapi berbobot mungkin akan dipertimbangkan lebih lama. Untuk menemukan bagaimana gaya menulis Anda tentu dilalui dengan latihan. Meskipun gaya tulisan Anda misalnya masih kaku, asalkan cukup jelas dan ringkas, Artikel anda masih banyak peluangnya.
7 Format yang apik
Tulisan yang berbobot tidak hanya dalam uraian dan sudut pandangnya, tetapi juga dalam cara penyajiannya. Dengan digitalisasi hampir semua surat kabar dan majalah di Indonesia maka menulis dengan komputer merupakan sebuah kemestian. Tantangannya, seringkali error dalam menuliskan istilah atau tanda-tanda baca kerapkali terlewat. Biasakan dengan menulis yang apil sesuai tanda baca dan sesuai bunyi kata. Editor biasanya cepat mengetahui bagaimana tingkat kesungguhan Anda dalam menulis ketika melihat bentuk tulisan dan kesalahan gramatikal atau kesalahan pengetikan kata. Semakin banyak kesalahan menuliskan kata-kata akan semakin cepat disingkirkan dari urutan untuk dimuat.
Tips di atas tentu saja sekali lagi bukan sebuah "pakem" dimuat dan tidaknya sebuah tulisan. Adakalanya karena editor ingin sekali memuat sebuah topik yang lagi hangat dibahas dan sedikit pilihannya maka bisa jadi tulisan Anda pun lolos untuk dimuat meskipun editor harus kerja keras merombak dan mengeditnya.
Peluang di harian Bisnis Indonesia
Bagi Anda yang sedang berusaha memasuki karir di media cetak, terbuka peluang di surat kabar Bisnis Indonesia.
Syarat-syarat:
1. S1 eksakta atau ekonomi dari lembaga pendidikan negeri/swasta (peringkat A).
2. IPK minimal 2,75
3. Usia maksimum 27 tahun
4. Menyukai tantangan dan kerja di lapangan mencari berita (liputan).
5. Hobi menulis 6. Menguasai bahasa Inggris baik lisan maupun tulisan
7. Menguasai komputer
8. Bersedia tugas ke luar kota.
Peluang ini akan ditutup tanggal 15 Januari 2007.
Sumber: Karir.com
Peluang bagi wartawan Januari 2007
Sebuah perusahaan di Jakarta,TFE Spektrum yang bergerak di dunia periklanan membutuhkan penulis/wartawan.
Sayarat-syarat:
- Pria/Wanita
- S1, jurusan komunikasi
- Pengalaman min. 1 tahun di perusahaan Advertising sebagai Copy Writer
- Mampu berkomunikasi dengan baik - Mampu berbahasa Inggris dengan baik
- Dapat bekerja-sama dengan tim
- Teliti, memiliki komitmen tinggi dan siap bekerja sesuai deadline
Selengkapnya dapat Anda cek di http://karir.com/
Sayarat-syarat:
- Pria/Wanita
- S1, jurusan komunikasi
- Pengalaman min. 1 tahun di perusahaan Advertising sebagai Copy Writer
- Mampu berkomunikasi dengan baik - Mampu berbahasa Inggris dengan baik
- Dapat bekerja-sama dengan tim
- Teliti, memiliki komitmen tinggi dan siap bekerja sesuai deadline
Selengkapnya dapat Anda cek di http://karir.com/
Resolusi jurnalis tahun 2007
Apa saja yang perlu dipersiapkan bagi seorang jurnalis di tahun 2007 ? Adalah waktu yang tepat pekan ini untuk mengkalkulasikan apa saja yang pernah dicapai dan apa yang belum serta bagaimana meningkatkan kinerja profesionalnya.
Sebagian dari kalangan jurnalis mungkin sudah bekerja satu atau dua tahun sebagian lain mungkin lebih dari 5 tahun dan ada pula lebih dari 10 tahun. Untuk meningkatkan kemampuan secara terus menerus perlu ada persiapan khususnya di akhir tahun ini.
Beberapa tips mungkin bermanfaat bagi mereka yang sudah berkecimpung dalam peliputan, editorial atau memimpin tim kerja di media cetak atau elektronik.
1. Langkah yang baik untuk mencapai pengembangan diri adalah menuliskan minimal 10 hal yang Anda ingin capai dalam karir di bidang jurnalistik. Bagi seorang reporter mungkin ingin mengembangkan diri menjadi wakil editor atau langsung menjadi editor. Bagi editor mungkin berminat naik kedalam peran sebagai wakil redaktur pelaksana atau redaktur pelaksana. Prinsipnya apapun posisi kita seharusnya berkembang terus sesuai dengan kemajuan waktu. Pilih sepuluh hal yang kita akan capai misalnya: menyempurnakan teknik penulisan laporan, mendalami peliputan di lapangan, menggarap pelaporan investigatif, mengembangkan penulisan feature, memulai menulis mengenai analisis berita dsb.
2. Buatlah dari sepuluh hal sasaran itu menjadi program 12 bulan. Rincilah kedalam langkah-langkah setiap bulan, catat dalam rencana tahunan Anda dan kemudian dirinci lebih detil kedalam program mingguan. Jangan sungkan untuk menuliskannya supaya bisa dimodifikasi setiap waktu.
3. Di bidang pengembangan kemampuan, targetkan juga peningkatan kursus atau sekolah. Jika memiliki ijin, ikuti kursus spesialis di bidang bahasa, manajemen media atau teknik-teknik penulisan dan peliputan di lapangan dari wartwan senior. Dalam istilah manajer, jika seorang profesional tidak mendapatkan ilmu baru dalam 6 bulan berarti sudah mundur 6 bulan. Kursus bisa tertulis atau diambil di waktu libur. Yang jelas khususnya waktu untuk menambah spesialisasi, jangan biarkan waktu berlalu hanya di bidang tertent, misalnya liputan di DPR saja atau di Istana saja sampai bertahun-tahun.
4. Perluas jaringan Anda. Sudah menjadi semacam kebiasaan di sebagian kalangan profesional, networking adalah pilar kemajuan dalam karir.Carilah teman di dunia yang sama yakni di televisi, radio, surat kabar atau majalah baik dalam maupun luar negeri. Kalau ada wartawan asing datang ke Indonesia, waktunya untuk membuat perkenalan dan belajar dari langkah-langkah mereka. Berbagai kantor berita asing ada di Jakarta. Dengan sendirinya, kemampuan berbahasan harus senantiasa diasah.
Saya kira banyak hal yang bisa dikembangkan untuk tahun 2007. Banyak peluang di depan mata kita, dan segera raihlah. Jangan takut gagal. Gagal adalah sukses tertunda.
Thursday, January 04, 2007
Apa yang membuat Anda ingin jadi wartawan ? (2)
Seperti dijelaskan dalam posting terdahulu ada beberapa alasan secara pribadi yang dipandang karir di dunia jurnalistik menjanjikan masa depan seperti karir di profesi lainnya.
2. Alasan untuk terjun ke dunia jurnalistik adalah keinginan untuk keliling Indonesia dan kalau perlu dunia setidaknya di Asia Tenggara. Keinginan berkunjung ke negara lain merupakan salah satu pendorong untuk masuk ke media. Kita tahu bahwa sejumlah jurnalis yang handal dikirim medianya ke luar negeri untuk mengikuti berbagai peristiwa. Berkunjung ke berbagai kota di Indonesi apalagi berkunjung ke negara lain merupakan cita-cita yang besar. Sebagian orang mungkin berkunjung ke negara lain atas biaya sendiri, namun biasanya karena tugas liputan ke luar negeri seorang jurnalis jalan-jalan dengan gratis.
Seorang yang berjalan-jalan di Indonesia tentu wawasannya akan lebih luas dibandingkan mereka yang tinggal di satu kota. Jalan-jalan di muka akan membuat kita lebih bijaksana dalam mengkaji sesuatu dan pada saat yang sama mendapatkan informasi dan pengetahuan luas mengenai adat istiadat berbagai suku bangsa di satu negara. Di sisi lain, tugas liputan antar kota juga memberikan perspektif mengenai pembaca atau audiens.
Dapat dibayangkan kalau terjun ke dunia jurnalistik maka kesempatan keliling dunia pun terbuka. Saya dapat mengetahui berbagai adat istiadat di berbagai negara, saya dapat belajar bahasa asing dan juga berkenalan dengan berbagai kalangan di luar negeri. Ini kesempatan yang tidak akan banyak didapat dari jenis karir lainnya. Intensitas untuk kunjungan ke luar negeri pun akan tinggi sejalan dengan semakin baiknya kualitas liputan.
Setelah berkarir cukup lama baik Kompas maupun di BBC, maka jelas semua bayangan ketika akan masuk ke dunia jurnalistik ini sebagian sudah terwujud. Berbagai negara telah dikunjungi dan berbagai kota juga pernah disinggahi. Pengenalan terhadap berbagai bangsa bisa memberikan perspektif baru mengenai apa yang disebut Indonesia di mata internasional. Begitu kita keluar Indonesia kita segera dapat membandingkan seberapa majunya Indonesia dibandingkan negara tetangganya. Kita juga bisa sedikit tahu mengapa mata uang rupiah tidak laku di dunia, mengapa Indonesia tertinggal dibandingkan tetangganya dan bagaimana pula kira-kira kelemahan Indonesia yang harus diobati setidaknya melalui laporan jurnalistik.
3. Alasan ketiga masuk kedalam media antara lain keinginan bertemu dengan berbagai kalangan dalam masyarakat. Seorang wartawan akan bertemu dengan strata sosial paling rendah seperti pemulung atau pengemis dan di titik ekstrim lain akan bertemu dengan raja-raja, presiden atau perdana menteri. Sebuah anugrah bisa bertemu dengan seorang pengamen, pedagang asongan atau pemulung namun bisa menyampaika aspirasi mereka kedalam media. Saat yang sama kita bisa bertemu kalangan terkemuka di dalam masyarakat seperti pejabat tinggi, intelektual dan kalangan profesional lainnya untuk menjadi medium menyampaikan gagasan mereka.
Pertemuan dengan berbagai kalangan akan membuka wawasan lebih luas. Saya teringkat kemudian ketika mendapatkan kesempatan wawancara dengan sejumlah pakar di Indonesia mulai dari Juwono Sudarsono, Lie Tek Tjeng, Alfian, Nurcholis Majid, Frans Magnis Susoeno, Arbi Sanit, Ali Alatas sampai dengan Hasan Wirajuda dalam berbagai kesempatan. Saya merasakan terjadi lompatan besar dalam informasi dan pengetahuan yang diberikan oleh kalangan intelektual ini. Lompatan keilmuan ini sangatlah berharga dalam penulisan di belakang hari.
Dalam liputan juga bisa mendengarkan bagaimana Raja Norodom Sihanouk berbicara, bagaiman Sheikh Zayed dari Emirat Arab dan bagaimana pula Menteri Luar Negeri Amerika James Baker bahkan bagaimana bisa mendengarkan langsung Presiden Uni Soviet waktu itu Mikhail Gorbachev dalam liputan di Madrid, Spanyol. Atau ketika wawancara Mantan Deputi PM Malaysia Anwar Ibrahim serta pejuang demokrasi Aung San Suu Kyi memberikan perspektif baru tentang kehidupan mereka.
Pertemuan dengan tokoh Indonesia dan Dunia memberikan kesempatan untuk bertukar pandangan dan menyerap karakter mereka yang kuat. Inilah salah satu motivasi mengapa bergerak di dunia jurnalistik akan memperkaya wawasan dan sekaligus berkesempatan duduk bersama dengan penguasa dunia dan juga dengan anggota masyarakat biasa. (to be continued)
Apa yang membuat Anda ingin jadi wartawan ?
Pertanyaan ini mungkin lebih penting dari persoalan teknis yang dibahas dalam blog mengenai liputan. Wartawan adalah pekerjaan yang aneh.Ketika saya memasuki karir sebagai wartawan secara sadar melalui Kompas tahun 1988, potret karir ini tidaklah cemerlang. Suasana saat itu masih diliputi represi dan tekanan serta sensor.
Mungkin pandangan subyektif akan lebih bermakna kalau alasan ini dikemukakan dengan teori-teori tentang jurnalistik. Alasan ini akan diringkaskan dalam beberapa poin untuk nanti dielaborasi.
1.Pertama, barangkali pribadi saya terbawa oleh orang tua sebagai guru di sekolah menengah. Apalagi ibu yang guru bahasa Indonesia memiliki pengaruh besar.Bahasa Indonesia ternyata di kemudian hari sangat penting dalam karir di dunia jurnalistik. Salah satu kalimat yang sangat mempengaruhi saya adalah tulisan Bung Karno dalam buku di Bawah Bendera Revolusi bahwa kalau guru adalah memberikan pendidikan kepada satu kelas, maka wartawan adalah guru yang memberikan pendidikan kepada masyarakat, kepada bangsa. Kalimat Bung Karno ini sungguh indah dan memberikan pandangan kuat terhadap liputan di lapangan.Ya seorang jurnalis tidak lain adalah guru bagi masyarakatnya, guru di ruang terbuka bukan di kelas yang tertutup.Wartawan adalah kalangan intelektual yang memberikan wawasan dan pencerahan kepada masyarakat dengan menemukan berbagai masalah di lapangan.
Dia bekerja tidak hanya sekedar membuat berita atau ulasan. Dia bekerja karena sadar sebagai guru yang semestinya memberikan arah kepada kehidupan bangsanya. Kalau hanya sekedar kuli disket atau kuli tinta, maka pekerjaan wartawan adalah membosankan dan melelahkan. Namun terbukti pandangan yang lebih mendalam sebagai bagian dari kalangan intelektual yang terbukti di di seluruh dunia akan memberikan tekanan dan penghargaan atas profesi ini.
to be continued
Mungkin pandangan subyektif akan lebih bermakna kalau alasan ini dikemukakan dengan teori-teori tentang jurnalistik. Alasan ini akan diringkaskan dalam beberapa poin untuk nanti dielaborasi.
1.Pertama, barangkali pribadi saya terbawa oleh orang tua sebagai guru di sekolah menengah. Apalagi ibu yang guru bahasa Indonesia memiliki pengaruh besar.Bahasa Indonesia ternyata di kemudian hari sangat penting dalam karir di dunia jurnalistik. Salah satu kalimat yang sangat mempengaruhi saya adalah tulisan Bung Karno dalam buku di Bawah Bendera Revolusi bahwa kalau guru adalah memberikan pendidikan kepada satu kelas, maka wartawan adalah guru yang memberikan pendidikan kepada masyarakat, kepada bangsa. Kalimat Bung Karno ini sungguh indah dan memberikan pandangan kuat terhadap liputan di lapangan.Ya seorang jurnalis tidak lain adalah guru bagi masyarakatnya, guru di ruang terbuka bukan di kelas yang tertutup.Wartawan adalah kalangan intelektual yang memberikan wawasan dan pencerahan kepada masyarakat dengan menemukan berbagai masalah di lapangan.
Dia bekerja tidak hanya sekedar membuat berita atau ulasan. Dia bekerja karena sadar sebagai guru yang semestinya memberikan arah kepada kehidupan bangsanya. Kalau hanya sekedar kuli disket atau kuli tinta, maka pekerjaan wartawan adalah membosankan dan melelahkan. Namun terbukti pandangan yang lebih mendalam sebagai bagian dari kalangan intelektual yang terbukti di di seluruh dunia akan memberikan tekanan dan penghargaan atas profesi ini.
to be continued
Tips persiapan tes untuk wartawan
Salah satu hambatan untuk memasuki dunia jurnalistik meskipun memiliki kemampuan dan minat adalah gagal dalam tes. Ujian saringan seringkali lebih sulit daripada pekerjaan jurnalistiknya sendiri. Sebabnya, tes saringan untuk sebuah bidang kerja memiliki aturan sendiri. Mereka yang tersaring belum tentu yang terbaik. Sama halnya dengan mereka yang tersingkir dalam saringan bukan berarti mereka buruk kualifikasinya.
Namun jelas mereka yang mempersiapkan diri lebih baik akan mendapatkan hasil lebih optimis. Ada beberapa hal dalam tes kerja yang perlu diperhatikan.
1. Psikotes. Pintu masuk ke sebuah profesi tergantung dari para psikolog. Merekalah yang menentukan seseorang memiliki potensi berkembang atau tidak akan berkembang. Indikatornya dilihat dari ujian psikotes berupa uji intelegensia, emosi, kepribadian, kreatifitas dan berbagai aspek yang secara ilmiah hanya bisa diterima terutama oleh mereka dari bidang psikologi. Tentu saja Anda yang akan mengikuti ujian harus mengikuti alam pikiran psikolog mengenai seseorang yang akan menyumbang karya yang baik ke sebuah lembaga. Mempelajari cara-cara menjawab tugas psikotes merupakan langkah awal. Jangan lupa mencari berbagai tes psikologi di toko buku dan pelajarilah. Inilah salah satu persiapannya.
Lebih baik lagi kalau Anda bertanya kepada rekan atau ahli psikologi mengenai bagaimana sebaiknya menjawab pertanyaan. Bagaimana sebaiknya menjawab dan bagaiman jawabannya yang memuaskan psikolog adalah lebih penting daripada yang Anda sukai dalam tes pertanyaan. Seringkali kita terjebak mengikuti kata hati, bukan alam pikiran psikolog mengenai indikator bagaimana sifat seorang pekerja yang akan direkomendasikan untuk diwawancara dalam tahap berikutnya.
Meskipun demikian tentu saja tidak semua tes diawali dengan ujian kepribadian. Ada pula yang langsung saja kepada bidang profesinya. Namun tidak ada salahnya mempelajari beberapa bentuk pertanyaan psikotes. Diantara yang penting adalah permintaan Anda menggambar. Yang baik kata seorang psikolog adalah menggambar seorang manusia yang tampil dinamis seperti sedang bekerja atau beraktivitas. Jangan sekali-kali menggambar manusia atau benda apapun yang terlihat statis. Tafsir psikolog, mungkin benar atau tidak, Anda tergolong seorang yang statis, tidak kreatif dan tidak dinamis.
2. Tes bahasa. Bahasa Inggris biasanya disodorkan sebagai salah satu uji coba bagi Anda. Janganlah takut terlebih dahulu. Dan biasanya banyak orang yang sebal dengan ujian bahasa karena pengalaman buruk ketika sekolah. Sebaiknya sikap ini diubah. Sikap mengesampingkan bahasa yang baik adalah bagian sikap tidak profesional. Sikap mengabaikan bahasa terutama Inggris tentu merupakan pelarian yang tidak akan memberikan prospek kepada karir di bidang jurnalistik. Bukankah sebagian besar komunikasi di dunia ini dengan bahasa Inggris. Kuasailah ! Setidaknya secara pasif.
Tes tertulis bisa dicoba dengan berbagai bahan. Tes wawancara bisa dicoba dengan teman atau mengikuti percobaan di sebuah tempat kurus. Apapun bentuknya, tes bahasa adalah bagian penting.
3. Tes profesi. Bidang profesi Anda juga akan diuji apakah di bidang radio, surat kabar atau televisi. Jika Anda memasuki dunia radio, maka suara akan dites dengan membaca berita. Salah satu teknik persiapannya adalah rekamlah suara Anda ketika membaca berita. Ambillah dari televisi atau radio script berita kemudian bacalah seperti halnya penyiar yang Anda dengar.
Jika anda mau memasuki RRI atau VOA maka radio bersangkutan perlu di dengar dengan seksama, gaya pembicaraanya dan beberapa kebiasaan di dalamnya. Dengar lalu praktekan. Inilah bentuk persiapan yang tidak begitu sulit. Diperlukan sedikit kesabaran dengan kemampuan suara kita. Warna suara Anda mungkin khas jadi janganlah dihilangkan begitu saja.
4. Tes wawancara. Inilah bagian paling sulit. Banyak yang gagal gara-gara tidak lancar dalam menjawab atau kebablasan sehingga tidak mengundang simpatif pewawancara. Banyak tips dan teknik wawancara yang bisa dipelajari. Namun intinya, ketika wawancara Anda harus menunjukkan kemampuan menjual kemampuan dan layak diterima lembaga yang dituju karena memang tenaga Anda luar bisa bagusnya. Semangat menjawab dan semangat berdiskusi merupakan kiat penting untuk memberi kesan kesungguhan selain tentu pengetahuan mengenai lembaga yang dituju.
Jika Anda harus melakukan wawancara dalam bahasa Inggris, salah satu caranya adalah berlatih dengan teman atau rekan profesional. Buatlah latihan tanya jawab dengan kemungkinan pertanyaan yang akan diajukan misalnya, mengapa Anda berminat bergabung dengan kami ? Apa yang Anda bisa sumbangkan ? Berapa gaji yang Anda inginkan ? Berlatihlah, jangan sampai Anda membuat jawaban secara spontan tanpa persiapan. Kecuali Anda memang sering melakukan wawancara atau diwawancara, kemampuan ini perlu dipersiapkan dengan baik. Kesan pertama Anda dalam wawancara akan lebih menentukan ketimbang angka dalam ujian tertulis.
5. Tes kesehatan. Sebagai pamungkas tentu saja Anda akan diminta laporan kesehatan menyeluruh. Dimanapun sebuah lembaga tidak ingin merekrut orang sakit. Jadi jagalah kesehatan Anda.
Namun jelas mereka yang mempersiapkan diri lebih baik akan mendapatkan hasil lebih optimis. Ada beberapa hal dalam tes kerja yang perlu diperhatikan.
1. Psikotes. Pintu masuk ke sebuah profesi tergantung dari para psikolog. Merekalah yang menentukan seseorang memiliki potensi berkembang atau tidak akan berkembang. Indikatornya dilihat dari ujian psikotes berupa uji intelegensia, emosi, kepribadian, kreatifitas dan berbagai aspek yang secara ilmiah hanya bisa diterima terutama oleh mereka dari bidang psikologi. Tentu saja Anda yang akan mengikuti ujian harus mengikuti alam pikiran psikolog mengenai seseorang yang akan menyumbang karya yang baik ke sebuah lembaga. Mempelajari cara-cara menjawab tugas psikotes merupakan langkah awal. Jangan lupa mencari berbagai tes psikologi di toko buku dan pelajarilah. Inilah salah satu persiapannya.
Lebih baik lagi kalau Anda bertanya kepada rekan atau ahli psikologi mengenai bagaimana sebaiknya menjawab pertanyaan. Bagaimana sebaiknya menjawab dan bagaiman jawabannya yang memuaskan psikolog adalah lebih penting daripada yang Anda sukai dalam tes pertanyaan. Seringkali kita terjebak mengikuti kata hati, bukan alam pikiran psikolog mengenai indikator bagaimana sifat seorang pekerja yang akan direkomendasikan untuk diwawancara dalam tahap berikutnya.
Meskipun demikian tentu saja tidak semua tes diawali dengan ujian kepribadian. Ada pula yang langsung saja kepada bidang profesinya. Namun tidak ada salahnya mempelajari beberapa bentuk pertanyaan psikotes. Diantara yang penting adalah permintaan Anda menggambar. Yang baik kata seorang psikolog adalah menggambar seorang manusia yang tampil dinamis seperti sedang bekerja atau beraktivitas. Jangan sekali-kali menggambar manusia atau benda apapun yang terlihat statis. Tafsir psikolog, mungkin benar atau tidak, Anda tergolong seorang yang statis, tidak kreatif dan tidak dinamis.
2. Tes bahasa. Bahasa Inggris biasanya disodorkan sebagai salah satu uji coba bagi Anda. Janganlah takut terlebih dahulu. Dan biasanya banyak orang yang sebal dengan ujian bahasa karena pengalaman buruk ketika sekolah. Sebaiknya sikap ini diubah. Sikap mengesampingkan bahasa yang baik adalah bagian sikap tidak profesional. Sikap mengabaikan bahasa terutama Inggris tentu merupakan pelarian yang tidak akan memberikan prospek kepada karir di bidang jurnalistik. Bukankah sebagian besar komunikasi di dunia ini dengan bahasa Inggris. Kuasailah ! Setidaknya secara pasif.
Tes tertulis bisa dicoba dengan berbagai bahan. Tes wawancara bisa dicoba dengan teman atau mengikuti percobaan di sebuah tempat kurus. Apapun bentuknya, tes bahasa adalah bagian penting.
3. Tes profesi. Bidang profesi Anda juga akan diuji apakah di bidang radio, surat kabar atau televisi. Jika Anda memasuki dunia radio, maka suara akan dites dengan membaca berita. Salah satu teknik persiapannya adalah rekamlah suara Anda ketika membaca berita. Ambillah dari televisi atau radio script berita kemudian bacalah seperti halnya penyiar yang Anda dengar.
Jika anda mau memasuki RRI atau VOA maka radio bersangkutan perlu di dengar dengan seksama, gaya pembicaraanya dan beberapa kebiasaan di dalamnya. Dengar lalu praktekan. Inilah bentuk persiapan yang tidak begitu sulit. Diperlukan sedikit kesabaran dengan kemampuan suara kita. Warna suara Anda mungkin khas jadi janganlah dihilangkan begitu saja.
4. Tes wawancara. Inilah bagian paling sulit. Banyak yang gagal gara-gara tidak lancar dalam menjawab atau kebablasan sehingga tidak mengundang simpatif pewawancara. Banyak tips dan teknik wawancara yang bisa dipelajari. Namun intinya, ketika wawancara Anda harus menunjukkan kemampuan menjual kemampuan dan layak diterima lembaga yang dituju karena memang tenaga Anda luar bisa bagusnya. Semangat menjawab dan semangat berdiskusi merupakan kiat penting untuk memberi kesan kesungguhan selain tentu pengetahuan mengenai lembaga yang dituju.
Jika Anda harus melakukan wawancara dalam bahasa Inggris, salah satu caranya adalah berlatih dengan teman atau rekan profesional. Buatlah latihan tanya jawab dengan kemungkinan pertanyaan yang akan diajukan misalnya, mengapa Anda berminat bergabung dengan kami ? Apa yang Anda bisa sumbangkan ? Berapa gaji yang Anda inginkan ? Berlatihlah, jangan sampai Anda membuat jawaban secara spontan tanpa persiapan. Kecuali Anda memang sering melakukan wawancara atau diwawancara, kemampuan ini perlu dipersiapkan dengan baik. Kesan pertama Anda dalam wawancara akan lebih menentukan ketimbang angka dalam ujian tertulis.
5. Tes kesehatan. Sebagai pamungkas tentu saja Anda akan diminta laporan kesehatan menyeluruh. Dimanapun sebuah lembaga tidak ingin merekrut orang sakit. Jadi jagalah kesehatan Anda.
Sekolah jurnalistik di Internet mulai Januari 2007
Sebuah program oleh Matranet, Brainmatics, Pena Indonesia dengan dukungan Unesco menyelenggarakan Sekolah Jurnalistik Lewat Ruang Maya. Inilah kesempatan bagi Anda yang akan terjun ke dunia media baik cetak maupun elektronik. Anda yang memiliki cita-cita menjadi presenter di televisi bisa mendapatkan banyak manfaat mengikuti sebuah kursus ini.
Proses belajar akan dimulai bulan Januari 2007. Untuk menjadi siswa, silahkan daftar melalui.
Pendaftaran ditutup tanggal 15 Januari 2007. Persyaratan bagi calon siswa adalah :
* Bersedia mengikuti program ini hingga selesai
* Terbiasa menggunakan internet
* Bersedia mengakses internet setidaknya sehari satu jam
* Mampu membaca bahan-bahan berbahasa Inggris
* Memiliki kamera digital
* Tinggal di luar Jakarta
Segera daftarkan diri Anda ! Ingat batas waktu pendaftaran 15 Januari 2007.
Proses belajar akan dimulai bulan Januari 2007. Untuk menjadi siswa, silahkan daftar melalui
Pendaftaran ditutup tanggal 15 Januari 2007. Persyaratan bagi calon siswa adalah :
* Bersedia mengikuti program ini hingga selesai
* Terbiasa menggunakan internet
* Bersedia mengakses internet setidaknya sehari satu jam
* Mampu membaca bahan-bahan berbahasa Inggris
* Memiliki kamera digital
* Tinggal di luar Jakarta
Segera daftarkan diri Anda ! Ingat batas waktu pendaftaran 15 Januari 2007.
Wednesday, January 03, 2007
Karakteristik Berita
Oleh Asep Setiawan
Pendahuluan
Dunia jurnalistik mendapatkan momentum baru pada era reformasi di Indonesia saat ini. Ketika Orde Baru berkuasa, banyak fakta disembunyikan sehingga pers yang berperan sebagai penyambung lidah masyarakat tidak mendapatkan informasi yang akurat, benar dan lengkap. Kehidupan pers banyak dipengaruhi oleh kekuasaan pemerintah sehingga berkali-kali terjadi pembredelan koran atau majalah.
Pada saat era reformasi bergulir, peranan pers menjadi penting. Dunia jurnalistik hidup kembali. Demikian pula praktisi jurnalistik baik wartawan maupun unsur pendukungnya menghirup udara segar. Isyarat hidupnya kembali dunia kuli tinta (sekarang disebut kuli disket) ini terlihat dari banyaknya penerbitan yang muncul. Majalah, tabloid dan surat kabar baik harian maupun mingguan tumbuh bagaikan jamur.
Pada umumnya di bidang penerbitan surat kabar misalnya, terdapat empat bagian penting yakni bagian editorial, sirkulasi, periklanan dan percetakan. Kebutuhan akan barang dan jasa pendukung kehidupan jurnalistik ini menyebabkan bidang ini beralih menjadi sebuah industri. Hal itu disebabkan bidang persuratkabaran, televisi maupun radio membutuhkan berbagai peralatan yang mahal harganya dan juga kertas maupun mesin percetakan yang saat ini sudah sampai pada teknologi cetak jarak jauh.
Tulisan singkat ini akan menyinggung salah satu bagian penting dari dunia pers yakni seksi editorial yang tugasnya memproduksi dan menghasilan berita, features, analisa dan opini. Bagian pertama ini akan membahas karakteristik umum sebuah berita.
Definisi News
News (berita) mengandung kata new yang berarti baru. Secara singkat sebuah berita adalah sesuatu yang baru yang diketengahkan bagi khalayak pembaca atau pendengar. Dengan kata lain, news adalah apa yang surat kabar atau majalah cetak atau apa yang para penyiar beberkan.
Menurut Brian S Brook dkk (1985), berita terdiri dari unsur fakta. Namun tidak setiap fakta adalah berita. Berita biasanya menyangkut manusia tetapi tidak setiap orang bernilai berita. Berita, demikian Brian S Brook, adalah tentang apa yang terjadi di dunia namun hanya serpihan kecil fakta yang dilaporkan.
Kriteria Tradisional News
Berbagai pendapat dilontarkan untuk mengidentifikasi apa yang disebut berita. Sedikitnya ada tujuh poin kriteria yang disebut berita:
1. Audience.
Seperti halnya kepingan salju, tidak ada dua pendengar/pembaca yang benar-benar sama. Oleh karena itu sebuah berita mungkin lebih berarti bagi seseorang daripada yang lainnya. Oleh karena itu perlu dipikirkan ketika menulis siapa yang akan membaca atau mendengar apa yang kita tulis. Di sini seyogyanya penulis mempertimbangkan aspek kultural, sosial dan ekonomi sebuah masyarakat pembaca.
2. Impact
Seberapa banyak orang yang terpengaruh berita dan seberapa serius mereka terpengaruh akan menentukan pentingnya berita. Oleh sebab itulah akibat dari berita itulah yang mungkin bermanfaat.
3. Proximity
Biasanya sesuatu kejadian bisa menjadi berita lebih besar jika terjadi di seputar Anda daripada peristiwa yang jaraknya lebih dari 1000 km dari Anda sendiri.
4. Timeliness
Berita hari ini akan basi pada esok hari.Namun karena cepatnya pelaporan berita maka surat kabar dan majalah lebih mengkonsentrasikan mengenai berita bagaimana dan mengapa sesuatu terjadi dan kurang memberi tempat kepada apa yang telah terjadi.
5. Prominence
Nama tidak selalu mebuat berita. Pertunjukkan rodeo dan lomba memotong batang kayu mungkin kurang menarik perhatian orang. Namun jika Ronald Reagan melakukannya maka itu menjadi berita. Ia masih berusia 70 tahun dan menjadi presiden AS.
6. Unusualness
Hal tidak biasa membuat berita. Pada abad ke-19 ada ungkapan "anjing menggigit manusia bukan berita tetapi manusia menggigit anjing, itulah berita. Saat ini resep lama tersebut masih bertuah.
7. Conflict
Sebagian besar wartawan menghabiskan banyak waktu untuk meliput konflik apakah itu perang, pertarungan politisi, kejahatan atau olahraga. Konflik membuat berita menjadi menarik dan keingintahuan orang akan akhir cerita mendorong orang membaca atau mendengar berita.
Penutup
Dari paparan singkat tentang karakteristik yang membuat news itu maka nilai sebuah berita yang layak dibaca atau diketahui pembaca atau pendengar tergantung dari faktor-faktor tersebut. Untuk menentukan mana berita yang akan menjadi berita utama atau berita biasa tergantung pertimbangan aspek tersebut.
Daftar Pustaka
Brooks, S. Brian et.al, News Reporting and Writing. New York. St Martin's Press,
1985.
Hester, Albert L dan Wai Jan J To, Pedoman untuk Wartawan. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 1997
Graber, Doris A, Processing the News: How People Tame the Information Tide.
New York: Longman, 1988.
Djurnalistik dalam Praktek: Bagian I, Berita. Jakarta: Jajasan Kantor Berita
Nasional Antara, 1959.
Metzler, Ken, Newsgathering. Englewood Cliffs, N.J.: Prentice-Hall, 1986.
Pendahuluan
Dunia jurnalistik mendapatkan momentum baru pada era reformasi di Indonesia saat ini. Ketika Orde Baru berkuasa, banyak fakta disembunyikan sehingga pers yang berperan sebagai penyambung lidah masyarakat tidak mendapatkan informasi yang akurat, benar dan lengkap. Kehidupan pers banyak dipengaruhi oleh kekuasaan pemerintah sehingga berkali-kali terjadi pembredelan koran atau majalah.
Pada saat era reformasi bergulir, peranan pers menjadi penting. Dunia jurnalistik hidup kembali. Demikian pula praktisi jurnalistik baik wartawan maupun unsur pendukungnya menghirup udara segar. Isyarat hidupnya kembali dunia kuli tinta (sekarang disebut kuli disket) ini terlihat dari banyaknya penerbitan yang muncul. Majalah, tabloid dan surat kabar baik harian maupun mingguan tumbuh bagaikan jamur.
Pada umumnya di bidang penerbitan surat kabar misalnya, terdapat empat bagian penting yakni bagian editorial, sirkulasi, periklanan dan percetakan. Kebutuhan akan barang dan jasa pendukung kehidupan jurnalistik ini menyebabkan bidang ini beralih menjadi sebuah industri. Hal itu disebabkan bidang persuratkabaran, televisi maupun radio membutuhkan berbagai peralatan yang mahal harganya dan juga kertas maupun mesin percetakan yang saat ini sudah sampai pada teknologi cetak jarak jauh.
Tulisan singkat ini akan menyinggung salah satu bagian penting dari dunia pers yakni seksi editorial yang tugasnya memproduksi dan menghasilan berita, features, analisa dan opini. Bagian pertama ini akan membahas karakteristik umum sebuah berita.
Definisi News
News (berita) mengandung kata new yang berarti baru. Secara singkat sebuah berita adalah sesuatu yang baru yang diketengahkan bagi khalayak pembaca atau pendengar. Dengan kata lain, news adalah apa yang surat kabar atau majalah cetak atau apa yang para penyiar beberkan.
Menurut Brian S Brook dkk (1985), berita terdiri dari unsur fakta. Namun tidak setiap fakta adalah berita. Berita biasanya menyangkut manusia tetapi tidak setiap orang bernilai berita. Berita, demikian Brian S Brook, adalah tentang apa yang terjadi di dunia namun hanya serpihan kecil fakta yang dilaporkan.
Kriteria Tradisional News
Berbagai pendapat dilontarkan untuk mengidentifikasi apa yang disebut berita. Sedikitnya ada tujuh poin kriteria yang disebut berita:
1. Audience.
Seperti halnya kepingan salju, tidak ada dua pendengar/pembaca yang benar-benar sama. Oleh karena itu sebuah berita mungkin lebih berarti bagi seseorang daripada yang lainnya. Oleh karena itu perlu dipikirkan ketika menulis siapa yang akan membaca atau mendengar apa yang kita tulis. Di sini seyogyanya penulis mempertimbangkan aspek kultural, sosial dan ekonomi sebuah masyarakat pembaca.
2. Impact
Seberapa banyak orang yang terpengaruh berita dan seberapa serius mereka terpengaruh akan menentukan pentingnya berita. Oleh sebab itulah akibat dari berita itulah yang mungkin bermanfaat.
3. Proximity
Biasanya sesuatu kejadian bisa menjadi berita lebih besar jika terjadi di seputar Anda daripada peristiwa yang jaraknya lebih dari 1000 km dari Anda sendiri.
4. Timeliness
Berita hari ini akan basi pada esok hari.Namun karena cepatnya pelaporan berita maka surat kabar dan majalah lebih mengkonsentrasikan mengenai berita bagaimana dan mengapa sesuatu terjadi dan kurang memberi tempat kepada apa yang telah terjadi.
5. Prominence
Nama tidak selalu mebuat berita. Pertunjukkan rodeo dan lomba memotong batang kayu mungkin kurang menarik perhatian orang. Namun jika Ronald Reagan melakukannya maka itu menjadi berita. Ia masih berusia 70 tahun dan menjadi presiden AS.
6. Unusualness
Hal tidak biasa membuat berita. Pada abad ke-19 ada ungkapan "anjing menggigit manusia bukan berita tetapi manusia menggigit anjing, itulah berita. Saat ini resep lama tersebut masih bertuah.
7. Conflict
Sebagian besar wartawan menghabiskan banyak waktu untuk meliput konflik apakah itu perang, pertarungan politisi, kejahatan atau olahraga. Konflik membuat berita menjadi menarik dan keingintahuan orang akan akhir cerita mendorong orang membaca atau mendengar berita.
Penutup
Dari paparan singkat tentang karakteristik yang membuat news itu maka nilai sebuah berita yang layak dibaca atau diketahui pembaca atau pendengar tergantung dari faktor-faktor tersebut. Untuk menentukan mana berita yang akan menjadi berita utama atau berita biasa tergantung pertimbangan aspek tersebut.
Daftar Pustaka
Brooks, S. Brian et.al, News Reporting and Writing. New York. St Martin's Press,
1985.
Hester, Albert L dan Wai Jan J To, Pedoman untuk Wartawan. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 1997
Graber, Doris A, Processing the News: How People Tame the Information Tide.
New York: Longman, 1988.
Djurnalistik dalam Praktek: Bagian I, Berita. Jakarta: Jajasan Kantor Berita
Nasional Antara, 1959.
Metzler, Ken, Newsgathering. Englewood Cliffs, N.J.: Prentice-Hall, 1986.
Tuesday, January 02, 2007
Welcome to Journalist's Adventure
Welcome to Journalist's Adventure. This webpage is mirror of www.freejournalist.wordpress.com.
I hope this site will be useful particularly for newcomer who wish to involve in journalist career and junior journalist.
New other Indonesian language sites is www.journalist-adventure.com.
Enjoy
Anda bisa melihat situs ini juga di www.journalist-adventure.com dan www.freejournalist.wordpress.com.
I hope this site will be useful particularly for newcomer who wish to involve in journalist career and junior journalist.
New other Indonesian language sites is www.journalist-adventure.com.
Enjoy
Anda bisa melihat situs ini juga di www.journalist-adventure.com dan www.freejournalist.wordpress.com.
Subscribe to:
Posts (Atom)