PENGANTAR REDAKSI
NAMA Wan Azizah Wan Ismail semakin berkibar
di era reformasi Malaysia,
tatkala Minggu 4 April 1999 ia
dikukuhkan sebagai Presiden Partai Keadilan Nasional. Mungkin dialah perempuan
pertama yang memimpin sebuah partai politik di Malaysia. Tampilnya Wan Azizah
mirip dengan tampilnya Corazon Aquino di Filipina dan Aung San Suu Kyi di
Myanmar. Ia memang mengaku banyak belajar dari Cory dan Suu Kyi.
Suami Wan Azizah, mantan Deputi PM Malaysia
Anwar Ibrahim (52), tanggal 14 April 1999 akan divonis maksimal 14 tahun
penjara, jika terbukti bersalah atas empat tuduhan korupsi. Pengadilan Anwar
berlangsung lebih dari lima
bulan. Setiap hari Wan Azizah mendampingi suaminya di pengadilan disertai Nurul Izzah,
sang putri sulung yang diakuinya sebagai teman seperjuangan.
Wan Azizah lahir 3 Desember 1952 di Rumah
Sakit Kandang Kerbau, Singapura. Tokoh yang biasa dipanggil Datin ini menempuh
pendidikan Sekolah Covenant Alor Star dari kelas satu sampai lima. Tahun 1970-1971 masuk College Tunku
Kursiah Seremban. Belajar di Universiti Malaya dijalaninya selama tiga bulan,
sebelum kemudian pindah ke Royal College of Surgeons, Dublin (Irlandia) dari
tahun 1972-1978, dan lulus sebagai dokter spesialis mata. Selesai studi ia
bekerja di Rumah Sakit
Besar Kuala Lumpur, lalu ke Rumah
Sakit Universitas, Petaling Jaya sampai tahun 1993.
Ia membangun rumah tangga bersama Anwar
tahun 1980 sebelum menjadi seorang tokoh di Organisasi Nasional Melayu Bersatu
(UMNO). Wan Azizah mengakui, pernikahannya dengan Anwar Ibrahim adalah
pernikahan dengan pejuang. Oleh sebab itu, sekarang ia akan melanjutkan
perjuangan suaminya menegakkan keadilan di Malaysia.
Pasangan Anwar Wan Azizah dikaruniai lima perempuan dan seorang
laki-laki. Mereka itu Nurul Izzah (18), Nurul Nuha (16), Muhammad Ihsan (13),
Nurul Imam (11), Nurul Hana (10), dan Nurul Ilham (7).
Keberanian Wan Azizah makin nyata setelah
ia dengan lantang menantang PM Mahathir Mohamad-yang pekan lalu dirawat di
rumah sakit jantung-untuk bertanding dalam pemilu mendatang di Kubang Pasu,
Kedah. Namun Mahathir yang telah berkuasa selama 18 tahun membalas dengan
mengatakan tak mungkin dikalahkan Wan Azizah.
Menariknya sosok Wan Azizah,
membuat pengamat politik Moh Sayuti Omar menulis biografinya berjudul Cinta dan
Perjuangan: Nonaku Azizah (1999).
MENGAPA keadilan menjadi tema utama
perjuangan reformasi?
Sebab kita menyaksikan dengan nyata, keadilan
telah dilanggar dengan apa yang berlaku bukan saja kepada suami saya. Tetapi
mungkin kasusnya sekarang adalah benar terhadap peristiwa dan tragedi yang
menimpa Pak Anwar. Selain itu, kalau kita ungkapkan sejarah terjadinya ISA
(Internal Security Act - UU Keamanan Dalam Negeri) atau penangkapan di bawah
ISA, itu menjadi satu alat pemerintah untuk menutup suara-suara yang menentang,
dan sekarang selalu digunakan secara sewenang-wenang. Siapa saja boleh ditahan
di bawah ISA.
Ini menyebabkan orang-orang yang menyokong
reformasi ini menuntut sebuah partai keadilan, di mana tujuan utamanya untuk
mencapai keadilan, Insya Allah sebaik mungkin, dalam sistem pemerintahan. Bukan
saja keadilan versi sistem perundangan, tetapi juga keadilan pembagian kekayaan,
keadilan dari segi bagaimana kekuasaan dilaksanakan, seperti sistem kepolisian
dan melalui keadilan di bidang media massa,
di mana keadilan itu diberikan dalam liputan kepada siapa saja asal tidak
mengganggu ketenteraman dan menghasut.
Pihak berkuasa mengatakan keadilan sudah
terwujud di Malaysia,
bagaimana pendapat Datin?
Kalau sudah terwujud, tidak akan timbul
reaksi dari massa,
dari segenap lapisan mayarakat, dari segenap kaum dan bangsa. Jadi kalau
dikatakan sudah terwujud, kita terang-terang melihat dalam sistem yang ada
sekarang-yang dikatakan keadilan terwujud-kenapa Pak Anwar dilakukan begitu,
kenapa Lim Guan Eng (tokoh Partai Aksi Demokrasi/DAP yang ditahan dengan
tuduhan menghasut) diperlakukan begitu, kenapa Irene Fernandez (aktivis perempuan
diajukan ke pengadilan dituduh memfitnah
pemerintah) diperlakukan begitu? Apakah kesalahannya? Undang-undang sepatutnya
melindungi hak seorang individu, hak seorang warga negara. Kalau itu dilanggar,
mestilah kita bangkit membawa kepada perubahan dan reformasi!
Bagaimana perjuangan reformasi itu kemudian
sampai kepada sebuah pembentukan partai?
Sebab itu merupakan suatu wadah. Mulanya
keadilan itu dituntut rekan-rekan kami yang tidak berpartai, yang tidak ingin
memasuki secara langsung sistem politik, tetapi lama kelamaan apa yang kita
utarakan secara individu, secara kelompok dan para pendukung reformasi ini,
dicoba dibentuk dalam NGO (lembaga swadaya masyarakat/ LSM) yang dinamakan
Adil, tetapi tidak diberi ruang leluasa. Kami pun tidak punya tempat dalam
partai politik. Jadi dipikirkan perlu suatu wadah politik untuk keperluan itu
dan didirikanlah sebuah partai politik.
Siapa sebenarnya yang mendukung PKN?
Kebanyakan pendukung reformasi dari semua
pihak. Dia mungkin tidak menjadi anggota partai, tetapi semangatnya menyokong
keadilan. Kita tidak mau mencuri atau mengambil anggota partai lain, tetapi
partai ini mengutamakan untuk kalangan yang tidak berpartai yang ingin
berpartai dan juga mengajak untuk bersama-sama menyumbang tenaga menegakkan
keadilan.
Salah satu tantangan PKN, yakni apa mungkin
membentuk koalisi?
Itu dikatakan membentuk kerja sama dengan
partai-partai oposisi. Itu yang paling optimal, paling ideal.
Kira-kira kerja sama dan koalisi itu ada bedanya?
Ya, sebab kadang-kadang koalisi itu adalah
suatu perjanjian yang jelas. Tetapi kalau kerja sama dengan partai, kemungkinan
kita lihat apa kehendak penyokong, itu dipertimbangkan, tetapi kerja samanya
untuk sama-sama membawa Malaysia
ini maju ke tahap yang lebih baik lagi.
Selama ini UMNO mengklaim memperjuangkan
kepentingan Melayu, sedangkan PKN partai multirasial?
Kita masih memperjuangkan kepentingan
Melayu dan kepentingan warga negara Malaysia. Mayoritas penduduk Malaysia
orang Melayu, jadi partai ini memperjuangkan juga dalam sistem demokrasinya
masyarakat yang terbanyak. Kita tidak mau lagu yang mengatakan kita sama-sama
politik perkauman, tetapi ingin memecah belah. Kita ingin menyatu, tetapi bukan
hilang identitas kita, Cina, Melayu, dan India. Itu suatu hikmah Allah yang
membuat dunia ini bermacam-macam bangsa.
Sekarang Datin telah ditunjuk sebagai
presiden partai. Bagaimana perasaan Datin, apakah kehendak sendiri atau
tuntutan?
Ini tuntutan. Sebab saya pun seorang
wanita, ibu, istri, dan dulu seorang dokter, dokter mata. Saya sudah puas
dengan pembawaan begitu, tetapi timbul masalah ini dan timbul amanah yang
diberikan oleh suami saya untuk memikul tanggung jawab. Sekarang penyokong
reformasi mengadakan kesepakatan menerima saya. Saya membawa mereka bersatu,
Insya Allah, bekerja sama dan memusatkan kekuatan perjuangan kita.
Sebagai wanita yang mungkin memimpin partai
politik pertama kali, bagaimana melihat situasi seperti ini? Apakah wanita
perlu aktif dalam politik?
Tidak. Bukan perlu aktif, tetapi ada
peranan masing-masing. Peranan dalam hidup ini, wanita dan laki-laki itu kita
terima hakikatnya. Saya menerima suami saya sebagai pejuang, tetapi pada saat
sama sekarang ini saya harus membawa partai, dalam sifat keibuan sebagai
seorang ibu yang memelihara anak-anak. Itu saya kira sifat yang baik untuk
membentuk pengaruh atau opini. Sokongan kita padukan jadi keluarga terbesar.
Setelah menjadi ketua partai, apa visi dan
cita-cita Datin tentang Malaysia?
Cita-cita saya melihat Malaysia naik
citranya. Kembalikan citra sistem perundangan yang sekarang ini. Bukan saja Pak
Anwar yang dibicarakan, tetapi sistem perundangan itu sendiri diperhatikan oleh
seluruh dunia. Jadi citra sekarang mesti dipulihkan.
Satu lagi citra berbilang kaum. Malaysia bisa
hidup harmonis. Reformasi ini tidaklah untuk mencetuskan perselisihan
antarkaum. Reformasi ini membawa kebaikan untuk semua kaum. Itu visi saya dan
akan diutarakan kepada masyarakat.
Dan bagaimana pula sistem polisi di negara
ini agar menjadikan diri mereka bersahabat dengan masyarakat umum. Sekarang ini
kita rasa kalau berbicara, perlu tengok belakang. Berbicara mesti dijaga, nanti
apa yang akan terjadi, polisi datang malam-malam. Ada iklim ketakutan, perasaan ketakutan. Dan
juga media massa
dibuat menjadi netral, yang mengutarakan dengan bijaksana, tidak menjadi
propaganda siapa pun.
Kira-kira kalau pemilu segera dilaksanakan
apa target partai?
Kita mesti serahkan kepada pemilih. Itu
memang kekuasaan pemilih. Kita hanya membujuk, memohon memilih kami, kekuasaan
di tangan pemilih. (Ketika wawancara dilakukan, Wan Azizah mengaku sudah
memiliki 7.000 anggota PKN).
Jadi kalau ada pemilu bulan depan,
misalnya, sudah siap?
Insya Allah.
SAAT wawancara berlangsung di rumah Anwar
Ibrahim, No 8 Jalan Setiamurni 1 di Bukit Damansara, Kuala Lumpur, Malaysia,
hari Kamis (8/4/1999), Wan Azizah mengenakan baju biru dengan baju motif bunga
juga warna biru. Rumahnya tampak sepi dan kini tidak lagi dijaga polisi.
Terlihat beberapa kerabatnya dan pengunjung datang ke rumahnya.
Datin selama ini dikenal istri Datuk Anwar
Ibrahim yang tidak banyak berbicara dalam masalah politik. Tiba-tiba muncul dan
vokal berbicara. Apa sebenarnya yang terjadi dalam diri Datin?
Saya kira dulu tidak merasa vokal, karena
cukup saja Bapak Anwar. Sebab itu saya menjaga anak. Tetapi keadaan ini
memaksa, memaksa saya untuk membawa kebaikan, kenapa tidak? Kita kan hidup ini sementara,
membawa kebaikan... (telepon genggam Datin berbunyi, lalu ia bercakap-cakap
sebentar.)
Jadi bagaimana tentang perubahan diri Datin
itu?
Saya kira, saya tidak berubah. Dulunya saya
tidak vokal, saya hanya tak perlu bersuara. Pak Anwar sendiri memadai untuk
bersuara, karena peranannya sebagai seorang politisi. Saya berperanan sebagai
seorang ibu dan istri dan dulu seorang dokter. Tetapi sekarang ini keadaannya,
seperti dikatakan sejumlah ulama, kita da'i di muka bumi Tuhan, menyeru kepada
kebaikan, itu saja.
Bagaimana tanggapan Datuk Anwar
ketika Datin ditunjuk sebagai presiden partai?
Saya mendapatkan izin suami dan
teman-teman. Peranan saya sebagai seorang ibu, menjaga anak-anak, membawa sifat
keibuan, perhatian, itu yang menyebabkan teman-teman bilang lebih baik memberi
saya di tempat itu, untuk membawa partai ini ke hadapan masyarakat.
Dengan kata lain Datuk Anwar memberi izin
Datin menjadi presiden partai?
Ya.
Lalu apakah Datin pernah membayangkan jadi
ketua partai yang sibuk?
Sebelum jadi ketua partai pun saya sudah sibuk, sekarang mungkin lebih
sibuk lagi. Kalaulah Pak Anwar ditakdirkan didapat tidak bersalah, Insya Allah,
datang kembali, saya akan dapat pertolongan, sebab Pak Anwar akan dijadikan
semacam penasihat. Tetapi andaikata dia tidak ada, saya terpaksa memikulnya
seorang diri. Saya akan buat sebaik mungkin untuk memastikan membawa Malaysia
ini-yang tercinta-penuh rasa hikmah dan bertanggung jawab untuk masa depan
anak-anak dan generasi akan datang. Insya Allah, saya akan bekerja sekeras
mungkin.
Ada
yang mengatakan Datin bukan politisi, sehingga tidak berpengalaman. Tetapi
ketika saya bertanya kepada Mohamad Ezam Mohamad Noor (mantan sekretaris
politik Anwar), Datin memang simbol
gerakan reformasi. Bagaimana pendapat Datin?
Saya istri seorang politikus! Saya melihat,
tetapi saya tidak campur tangan, tidak memasuki langsung, tidak punya ilmu itu.
Saya hanya sebagai pengamat. Banyak para pengamat menulis analisa
berhalaman-halaman. Walaupun tidak ada pengalaman, tetapi kalau seseorang itu
memberikan satu pandangan yang fresh, yang baru dari sudut yang lain,
kemungkinan itu adalah suatu kekuatan, Insya Allah, kita akan membawa kepada
pembaruan. Kalaulah dikatakan politik itu memberikan gambaran, mungkin, makna
yang lebih bermakna.
Apakah Datin siap menghadapi tantangan dan
kritikan sebagai presiden partai?
Apa pun orang akan kritik, Nabi Muhammad
pun tidak mendapat 100 persen dukungan, walaupun sebaik mana perjuangannya itu.
Hidup ini perjuangan. Dan Insya Allah, kita mesti mengambil risiko. Kita hanya
merancang, yang memberikannya Allah SWT.
NAMA Azizah berasal dari bahasa Arab, aziz,
yang berarti "berani". Tak heran jika Wan Azizah memang terkesan
makin berani dan kritis menyampaikan gagasan pembaruannya. Meskipun demikian,
ia tetap seorang ibu dari enam anak yang ditinggal ayahnya karena sedang
diadili. Ia merasa tetap harus bertanggung jawab membesarkan mereka.
Bagaimana respons anak-anak kepada Datin?
Anak-anak kehilangan ibu, macam itu. Tetapi
ada saudara-saudara, teman-teman yang datang menolong. Saya mencoba dengan
segala upaya untuk tidak mengabaikan tugas saya sebagai seorang ibu. Sebab saya
ibu enam orang anak yang sekarang ini tanggung jawab saya. Insya Allah
memberikan kesempatan dunia dan akhirat, sebaik mungkin dapat menjalani hidup
ini, iman dan takwa itu penting, dan juga duniawi dengan pendikan yang baik.
Ya, anak-anak melihat pekerjaan saya,
memahami saya. Mama mau pergi kemana lagi? Mama akan pergi untuk mencoba
membebaskan papa? Oke-lah Ma. Itu kata anak saya yang kecil (Nurul Ilham, yang
baru berusia tujuh tahun -Red). Tadi malam ia demam dan minta saya memegang
dahinya. Ke mana Mama hendak pergi? Saya pergi, sebab kemarin setelah
sembahyang Maghrib ada program. Dia paham. Dia mengangguk. OK mama, baik mama.
Setelah Datuk Anwar tidak ada di rumah,
siapa yang memikul biaya keluarga ini?
Saya ada sedikit punya uang pensiun dari
bekerja dulu dan teman-teman telah memberi sumbangan dalam bentuk makanan dan
sedikit pembiayaan.
Ketika Datin pergi, Nurul Izzah sering
ikut. Bagaimana pendapat Datin tentang Nurul ini?
Nurul Izzah memang merasa kasihan, karena
saya bekerja keras. Dia mencoba memberikan sokongan, moral pribadi. Teman
perbincangan di kala sunyi sendirian. Itu kekuatan Nurul Izzah. Ia macam teman
seperjuangan, ketika bapaknya tidak ada. Tetapi Nurul Izzah pun anak saya,
perlu pendidikan sebab ia masih muda. Insya Allah, sesudah enam bulan cuti
(sebagai Mahasiswa Teknik Universitas Petronas)-yang diberikan universitas-ia
akan kembali melanjutkan pendidikannya.
Setelah sekian bulan Datin di rumah, Datuk
Anwar tidak ada di rumah. Barangkali ada masa-masa sendirian, bagaimana
perasaan Datin?
Perasaan pilu itu ada, perasan sunyi,
tetapi ini adalah hidup. Hidup dengan cobaan dari Allah SWT, tekad kita, takwa
kita, dan iman kita. Saya teringat apa yang Allah SWT katakan, takakanlah kamu
diberi ganjaran tanpa diuji. Itu memberikan saya kekuatan, sejauh mana saya
dapat memegang prinsip lillahi ta'ala, amar ma'ruf nahi munkar (karena Allah,
mengarah pada kebaikan dan melarang keburukan). Saya coba, dan saya ingat,
Insya Allah ganjaran itu akan saya terima. Kalaupun tidak di dunia, di akhirat.
Sebab itu saya bertekad dan memberi saya kekuatan, yang sebelum ini saya
sendiri tidak merasa mempunyainya.
Datin sering dinilai sebagai Cory dari Malaysia.
Bagaimana melihat ini?
Saya mengambil pelajaran dari mantan
Presiden Cory. Saya menelponnya. Saya memohon nasihat, sebab saya baru. Dia
sudah melaluinya dan dia telah membuktikan memegang jabatan tertinggi di Filipina, sebab itu saya mengambil
kekuatan yang timbul dari mantan Presiden Cory dan dengan Aung San Suu Kyi yang
saya rasa mengalami kepedihan, terutama setelah tidak dapat melihat suaminya
meninggal. Itu memang saya coba. Walaupun ada contoh-contoh ini, tetapi saya
rasa situasinya berbeda sedikit dengan Malaysia. Saya berusaha membuat
sebaik mungkin dengan nasihat teman-teman.
Apa yang dapat dipelajari dari Cory dan Suu
Kyi?
Ketahanan mereka, ketabahan mereka,
kesucian nilai yang mereka pegang. Walaupun tidaklah sama dengan kita, tetapi
kesucian mereka merupakan nilai-nilai sejagat. Itu yang penting yang saya dapat
rasakan. Tantangan mereka lebih besar daripada saya. Insya Allah, saya dapat
mempertahankan apa yasng jadi prinsip dari segi iman dan takwa. ***
No comments:
Post a Comment