Friday, May 22, 2015

Nur Misurari: Kami berjuang untuk Kemerdekaan

  

    Perubahan dari pemimpin pertempuran menjadi pemimpin politik memang memiliki arti, namun tujuannya sama. Pada waktu perang dan damai, kami berjuang untuk kemerdekaan, keadilan, perdamaian untuk kesejahteraan rakyat kami. kami berjuang untuk kebaikan dan menentang kejahatan.

    Demikian dikatakan Ketua Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) Nur Misuari (54) di atas kapal "Jihadah 1st" yang sedang melaju ke Pulau Langil dekat Zamboanga, Filipina, 5 September 1996. Kapal kayu buatan sendiri itu dilengkapi tiga mesin Yamaha berkekuatan 160 tenaga kuda.

    Misuari yang mengenakan tutup kepala dari anyaman bambu, baju lengan panjang warna krem dan celana panjang warna hitam dikawal sedikitnya 10 mujahidin atau lasykar MNLF. Kapal berukuran kira-kira 10 meter kali 3 meter itu terasa sumpek karena dipenuhi sedikitnya 50 orang, termasuk sisa anggota grup pertama pendukung Misuari yang terkenal disebut "top 90".

    Meskipun sudah damai pengawalan terhadap Mr Chairman  demikian pengikutnya memanggil  dilakukan dengan ketat. Kapal boat "Jihadah 2nd" yang berisi mujahidin dan juga sebagian tentara marinir Filipina mengikuti dari belakang.

    Misuari menandatangani kesepakatan damai dengan pemerintah Filipina hari Senin (2/9) di Istana Malacanang disaksikan Presiden Fidel Ramos. Perdamaian itu mengakhiri konflik bersenjata hampir seperempat abad di Mindanao dan menelan korban sedikitnya 120.000 jiwa. Dewan Filipina Selatan untuk Perdamaian dan Pembangunan (SPCPD) akan dibentuk dan dipimpin Misuari. Sebentar lagi Misuari akan jadi gubernur Wilayah Otonomi Muslim Mindanao (ARMM) melalui pemilu 9 September.
   
Tidak terkejut
    Misuari yang saat itu bermuka segar dengan jenggot dan kumisnya yang khas, bersedia mengajak Kompas masuk kapal khususnya untuk perjalanan nostalgia serta berbincang-bincang secara akrab di atas kapal. Berikut petikan wawancaranya:

    Bagaimana kesan Mr Chairman setelah penandatanganan kesepakatan damai dengan pemerintah Filipina ?

    Karena kami sudah perkirakan sebelumnya bahwa kami harus mendapatkan kesepakatan ini pada akhirnya, tidak banyak kami rasakan kejutannya. Tidak ada sama sekali perasaan terkejut. Namun jika hal ini harus diperlakukan maka tentu disambut dengan kegembiraan. Di beberapa tempat bahkan tampak kegembiraan yang meluap-luap khususnya diantara anak-anak muda, kegembiraan yang biasa dialami genearsi muda. Tetapi kami sudah memperkirakan semua itu, maka tidak dirasakan
kami sebagai kejutan.

    Mengapa untuk mencapai kesepakatan ini perlu waktu hampir 20 tahun ?

    Well, ini disebabkan diantara kami curiga terhadap niat satu sama lain. Dan perlunya perdamaian tidak begitu kuat, tidak begitu tajam. Tak memaksa kami mengesampingkan kecurigaan satu sama lain, khususnya di tubuh pemerintahan Filipina. Saya khawatir hal ini akan dipandang sebagai sesuatu yang permanen dimana pemerintah memegang kekuasaan sepenuhnya di Mindanao. Kemudian nantinya apa yang dinginkan kami jalan sendiri. Itulah yang saya khawatirkan. Hal itu ternyata bisa terselesaikan karena ternyata hanya semata-mata kecurigaan. Warna dari
imajinasi.

    Apakah bangsa Moro mendapatkan semua tuntutan melalui kesepakatan? 

    Tentu saja kami tak memperkirakan akan mendapatkan semua hal melalui kesepakatan karena tidak ada kemenangan militer yang jelas di medan laga. Jika ada kemenangan yang telak maka kami dapat memaksakan mereka atau mereka memaksa kami, tapi hal itu tak terjadi

    Mr Chairman ketika di Istana Malacanang menyebutkan begitu banyak pemimpin dan negara yang berjasa kepada Bangsa Moro dan memberikan ucapan terima kasih kepada mereka. Seberapa besar jasa mereka ?

    Well, saya menyebutkan mereka karena bagaimanapun juga mereka telah  berjasa. Anda tahu dalam Islam Rasulullah mengatakan yasykurullah, man la lasykurunnas. Seseorang tidak bersyukur kepada Allah, jika tak bersyukur kepada yang memberi pertolongan. Sebagai manusia kita berhubungan dengan mereka sehingga jika tak berterima kasih kepada mereka, maka Anda tak bersyukur kepada Allah. Itu adalah suatu perasaan terima kasih meskipun saya harus berbicara panjang lebar. Tentu saja banyak orang yang tak bisa saya sebutkan.

    PM Mahathir Mohammad, sebagai contoh, saya harus sebutkan karena Malaysia ramah menerima kami sebagai pengungsi. OIC (Organisasi Konferensi Islam) juga banyak membantu dengan mensahkan resolusi-resolusi. Saya juga harus menyebutkan Menlu Abdullah Badawi, sangat menolong dalam OIC. Banyak lagi pemimpin lain, pemimpin Muslim dari berbagai negara Muslim lainnya. Namun sungguh sulit menyebutkan setiap orang. Saya harap memiliki kesempatan untuk menyebutkan mereka satu persatu berdasarkan ingatan kami.

    Apa sebenarnya bayangan jangka panjang Anda terhadap bangsa Moro ?

    Saya selalu menyerukan kepada rakyat, saya katakan singkirkan semua pengalaman masa silam di belakang Anda dan kemudian tentukan cita-cita tinggi. Dari situ tataplah mata Anda ke masa depan. Ya, saya harus melakukan hal itu karena saya yakin jika seseorang bercita-cita tinggi, dan ingin mencapai cita-cita itu tentu saja harus bertindak jauh ke depan.
   
Rakyat selalu bijaksana

    Apakah Anda sudah mempersiapkan kepemimpinan masa depan di tubuh MNLF ?

    Kepemimpinan baru akan muncul secara alamiah, secara spontan. Kita tak perlu memelihara terus apa yang disebut zamannya orang tua. Itu tidak perlu. Kami ingin rakyat memilih dengan ikhlas pemimpin bagaimana yang mereka inginkan. Rakyat selalu bijaksana. Kita tak menginginkan kebijaksanaan dari mereka yang berkuasa yang memaksakan kehendak, ya atau tidak. Tetapi karena kejujuran rakyat, dikarenakan kebijaksanaan rakyat.

    Apakah Mr Chairman juga sudah mempersiapkan pemimpin mendatang?
    Pemimpin mendatang akan datang pada waktunya. Kami memiliki banyak emimpin. Mungkin pemimpin generasi mendatang, lebih berpengalaman dalam menjalankan pemerintah, kegiatan ekonomi, kebudayaan dan berbagai cabang kehidupan. Mungkin mereka lebih siap dibandingkan kami. Kami siap untuk perang, tidak untuk yang lain. Sebab kami tak berharap bisa bertahan dalam perang itu.

    Banyak dari saudara kami telah meninggal. Hanya sedikit dari kami masih hidup. Saat itu berisiko sehingga terlalu sulit memikirkan apa yang akan dilakukan. Kami siap menyelamatkan diri karena peran ini. Mungkin perjalanan mendatang akan diambil alih. Alhamdulillah kami bisa bertahan. Seperti saudara-saudara kami juga bisa bertahan.

    Bagaimana sebenarnya pengalaman pendidikan Anda, sebab pernah dikatakan Anda adalah dosen di Universitas Filipina ?

    Ya saya pernah jadi mahasiswa di Universitas Filipina, sampai saya meninggalkannya. Saya pernah di jurusan ilmu politik, hukum, jurusan studi Asia. Saya tertarik terhadap ideologi, filosofi, revolusi di mana pun di dunia. Saya mengajar disana. (Misuari mengajar setelah lulus tahun 1962 kemudian mundur untuk berjuang demi bangsa Moro sekitar tahun 1968)

    Seberapa besar pengaruhnya pengalaman akademis itu ?
    Saya tak bisa mengatakan seberapa besar pengaruh pendidikan ini tapi tak juga bisa menyangkalnya. Mungkin lebih berpengaruh dalam soal pengalaman mereka di mana kita dapatkan melalui suatu perjalanan intelektual. Mungkin hal itu memasuki bawah sadar saya dan mendorong saya maju. Tapi pada umumnya sejarah kemanusiaan, studi mengenai masyarakat sekarang dan visi mengenai masyarakat mendorong saya maju untuk mencari kemajuan dan kemajuan baru. Dan juga mengenai rakyat kami, saya kira itulah yang saya inginkan.
   
Tentang putranya
    Apa yang Anda harapkan dari putra dan putri Anda dalam perjuangan bangsa Moro ? (Misuari adalah ayah enam anak dari dua istri)     Saya tidak mendorong mereka. Saya minta kepada mereka belajarlah lebih banyak lagi, ketika masih muda.

    Di mana mereka belajar ?
    Ada yang belajar di Cairo, Uni Emirat Arab, Islamabad, Filipina. Saya ingin menghasilkan anak-anak yang belajar di berbagai belahan dunia. Saya ingin memiliki perserikatan bangsa-bangsa sendiri. (ia tertawa lebar disambut sebagian pengikutnya)

    Apakah ada juga yang belajar militer ?

    Well, anak laki-laki tertua ingin belajar di akademi militer Mesir, saya bilang untuk apa ? ia menjawab, tidak tahu saya hanya ingin belajar di sana. Namun sekarang ia belajar syariah di Universitas Al Azhar.
    Adiknya belajar di Abu Dhabi, Emirat Arab. Ia masih di SMA masih sulit menentukan pilihan jurusan, mungkin ia akan mempelajari ke kedokteran. Adiknya lagi belajar di Islamabad. Ia bilang akan belajar kedokteran. Semalam ia berseloroh dengan bilang pada saya ingin belajar bisnis. Namun anak-anak perempuan saya, mereka tidak bicara. Hanya laki-laki yang suka bergurau.

    Bagaimana peranan perempuan dalam masyarakat ?
    Mereka dapat saya katakan sebagai gubernur dalam rumah. Sedangkan pria gubernur dalam masyarakat. Mungkin mereka bertemu di suatu waktu, sehingga ada dua gubernur bertemu di satu titik pertemuan sehingga mereka bisa kerja sama untuk kepentingan lebih besar dalam masyarakat

    Apakah Anda akan tinggal di Mindanao ? Di kota mana Anda tinggal
nanti ?

    Mungkin di Cotabato, Zamboanga, Suth Cotabato, Jolo dan juga  ungkin Palawan. Saya belum memutuskan.

    Tapi apakah Anda akan tinggal di Mindanao dan tak kembali ke Jeddah ?

    Anda tak bisa menghindari itu, orang-orang berebut mengundang saya
untuk tinggal di tempat mereka. ***

No comments: