Friday, August 22, 2014

The 50 Best Books for Journalism Students

Bagi yang menginginkan bacaan bermutu di dunia jurnalisme, bisa diperiksa beberapa buku yang direkomendasikan:

http://www.bestcollegesonline.com/blog/2011/11/01/the-50-best-books-for-journalism-students/

Beberapa diantaranya:

Broadcast, Media Studies and Photojournalism

  1. Sound Reporting by Jonathan Kern

    Presented by NPR, this guide outlines most of what aspirant radio broadcasters and producers need to know about running a successful, effective station or show.
  2. How the Other Half Lives by Jacob Riis

    In this quintessential photojournalism work, Jacob Riis chronicled the squelching poverty and struggles of immigrants and other marginalized peoples in 1890s America. Despite some values dissonance regarding race, How the Other Half Lives remains an extremely important historical read.
  3. Edward R. Murrow and the Birth of Broadcast Journalism by Bob Edwards

    Radio and television journalism legend Edward R. Murrow’s life, career and perpetuating legacy will undoubtedly crop up in every major’s schooling at some point. May as well get a head start or supplement the history lessons by picking up his biography.
  4. Understanding Media by Marshall McLuhan

    Penned and published at a time when the mass media as it exists today was slowly beginning to congeal, the highly influential Understanding Media dissects the complex relationship humanity shares with its news and entertainment sources.
  5. Truth Needs No Ally by Howard Chapnick

    Anything and everything related to photojournalism gets coverage here, as does the argument that a truly great image should speak for itself.
  6. News Flash by Bonnie Anderson

    If money talks, then television news is no mime. Journalist Bonnie Anderson fearlessly dismantles how bureaucracy and corporate greed severely compromise news ostensibly meant to educate the populace about current events.
  7. Manufacturing Consent by Noam Chomsky and Edward S. Herman

    Two major MIT minds comment upon contemporary propaganda, mainly showcasing the American government’s ability to manipulate the media and — in turn — those consulting it for the latest news and trends. They’re far more sociological than conspiratorial, however.
  8. On Camera by Nancy Reardon

    Aspirant television journalists, be they anchors or correspondents, should consult this guide when looking for tips about offering up the best possible interviews and stories.
  9. Hello, Everybody! by Anthony Rudel

    Before heading on air, American journalism students with a particular love of radio should delve into the medium’s fascinating history and maybe pick up some valuable lessons and insights.
  10. Tulsa by Larry Clark

    Larry Clark’s brutal, disturbing photo essay of hedonistic youth culture in Middle America simultaneously shocks and stands alone as an insightful journalistic work.

Citizen Journalism, New Media and Zines

  1. Journalism Next by Mark Briggs

    Get a grip on blogging, social media and other Internet trends the kids are into these days, and learn all about how they’re completely altering the journalism industry — and how to embrace them and ensure a comfortable, tech-savvy career after graduation.
  2. We the Media by Dan Gillmor

    Crowdsourced, citizen and grassroots reporting continues inciting change and exposing the populace to a bounty of perspectives, so intimately understanding the whos, wheres, whats, whys, and hows should be an essential skill all journalism students must possess.
  3. Notes From Underground by Stephen Duncombe

    Explore the role zines played (and, though their popularity has waned, still play) in promoting different subcultures and their passionate political, social and economic agendas.
  4. YouTube by Jean Burgess and Joshua Green

    Though about the crowdsourced mainstay in the title, what Jean Burgess and Joshua Green have to say about how technology constantly transforms society’s storytelling and sharing habits easily extends to other participatory new media phenomena.
  5. Words of Fire by Anthony Collings

    Discover some inspiring independent journalists from around the world, who used their investigative prowess to overthrow oppression despite the crushing odds. It certainly challenges many perspectives people hold about citizen and grassroots research and writing!
  6. Convergence Culture by Henry Jenkins

    Although most tout new media as far more relevant than its predecessors, this book presents a thoroughly compelling case for hybridization’s potential.
  7. Whatcha Mean, What’s a Zine? by Mark Todd and Esther Watson

    The zine culture and its limitless potential is the name of the game here, with both historical and creative insight as well as expert advice on starting one up.
  8. Blur by Bill Kovach and Tom Rosenthiel

    Despite citizen journalism’s more democratic stature, the lack of editors and accountability makes for one major drawback. Fortunately, Bill Kovach and Tom Rosenthiel are on hand to help readers and researchers parse the truth from independent and mainstream outlets alike.
  9. Here Comes Everybody by Clay Shirky

    Perfect for citizen journalists and their supporters, Here Comes Everybody offers up detailed analysis regarding the ways in which digital media facilitates a greater range of perspectives and contributions. And, of course, allow for im

Agenda Prioritas Bidang Pers

Jumat, 22 Agustus 2014

Agenda Prioritas Bidang Pers

Agus Sudibyo


Direktur Eksekutif Matriks Indonesia

Perkembangan kebebasan pers di Indonesia sesungguhnya mendapat banyak pengakuan dari dunia internasional. Indonesia dianggap berhasil melakukan transisi demokrasi dan melembagakan kebebasan pers. Pelembagaan kebebasan pers di Indonesia bahkan dijadikan model bagi negara-negara lain, seperti Malaysia, Myanmar, dan Timor Leste. Namun ada satu masalah yang membuat indeks kebebasan pers Indonesia tidak kunjung meningkat, bahkan beberapa kali menurun. Masalah tersebut adalah tingginya angka kekerasan terhadap wartawan, sebagaimana selalu mewarnai laporan akhir tahun asosiasi jurnalis dan Dewan Pers.

Pemerintah yang baru harus mengambil langkah konkret untuk mengatasi permasalahan ini. Apalagi fakta menunjukkan pelaku kekerasan terhadap wartawan umumnya adalah kalangan pemerintah dan aparat penegak hukum. Yang paling dibutuhkan dalam konteks ini adalah penegakan hukum secara tegas dan konsekuen. Para pelaku kekerasan harus diberi hukuman yang setimpal dan diberi efek jera. Harus ada penyelesaian yang jelas secara hukum ataupun politis atas kasus pembunuhan Udin, wartawan Bernas Yogyakarta. Kasus ini sudah terlalu lama mengambang. Sudah lima presiden tidak berhasil menyelesaikannya.

Para pejabat pemerintah dan penegak hukum juga harus dididik dalam hal fungsi-fungsi pers serta mekanisme penyelesaian sengketa dengan pers. Mereka perlu diajari bagaimana menyelesaikan masalah dengan media atau wartawan, bagaimana menghindari tindakan main hakim sendiri kepada wartawan, bagaimana menghadapi wartawan abal-abal, dan seterusnya. Upaya-upaya untuk melakukan kampanye media literasi di kalangan badan publik harus menjadi prioritas pemerintah.

Selanjutnya, presiden yang baru harus memilih Menteri Komunikasi dan Informasi yang menguasai persoalan dan relatif bebas kepentingan politik. Jika Menkominfo masih dipilih dengan pertimbangan bagi-bagi jabatan politis dalam koalisi partai politik pendukung pemerintahan, kinerjanya akan tetap mengecewakan. Mereka suka membuat kontroversi sendiri, gamang dalam mengambil tindakan saat situasi genting, dan sering menunjukkan gelagat kepentingan politik tertentu saat membuat keputusan atau pernyataan publik. Persoalan pers, penyiaran, serta teknologi informasi dan media sosial sangat menentukan ke depan. Karena itu, dibutuhkan menteri yang benar-benar mumpuni, profesional, dan visioner.

Untuk meningkatkan profesionalisme dan etika pers ataupun penyiaran, pemerintah juga perlu memperkuat kedudukan Dewan Pers dan Komisi Penyiaran Indonesia. Kedua lembaga ini harus menjadi "wasit" sekaligus pembuat kebijakan dalam bidang pers dan penyiaran. KPI harus dibuat semakin independen dari intervensi industri dan pemerintah. Fungsi KPI sebagai regulator bidang penyiaran harus dipulihkan. Pada sisi lain, Dewan Pers perlu diberi daya dukung administrasi, kelembagaan, dan sumber daya manusia yang memadai agar dapat meningkatkan kinerjanya sebagai lembaga pembinaan profesionalisme, etika media, serta lembaga penyelesaian sengketa pers.

Di sisi lain, TVRI dan RRI harus diselamatkan kedudukannya sebagai lembaga penyiaran publik. Berbeda dengan RRI yang kondisinya relatif baik, kondisi TVRI saat ini sangat memprihatinkan. TVRI berjalan di tempat, bahkan dalam beberapa hal mengalami kemunduran akibat konflik yang tak kunjung padam. Tarik-menarik kepentingan politik antara unsur-unsur DPR, pemerintah, dan kalangan internal TVRI bahkan belakangan semakin kusut. Masalah ini bagaimanapun harus diselesaikan. Namun penyelesaiannya jelas bukan dengan cara mengembalikan kedudukan TVRI sebagai lembaga corong pemerintah, tapi mengembalikan khitah TVRI sebagai lembaga penyiaran publik. Presiden yang baru perlu memahami persoalan itu.

Jika lima tahun ke depan dilakukan amendemen terhadap UU Pers, harus dipastikan amendemen ini memperkuat pelembagaan kebebasan pers, bukan sebaliknya. UU Pers Nomor 40 Tahun 1999 masih mengandung beberapa kekurangan sehingga gagasan amendemen menjadi relevan. Namun, fakta juga menunjukkan, belakangan ini sering terjadi amendemen sebuah undang-undang yang tujuannya baik, tapi justru berakhir dengan keburukan. Undang-undang baru hasil amendemen mengandung substansi-substansi yang bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi, perlindungan HAM, kebebasan berpendapat, atau keterbukaan informasi.

Amendemen UU Pers yang menganulir prinsip-prinsip kebebasan pers hanya akan menghadapkan pemerintah dan DPR pada hubungan yang antagonistik dengan komunitas pers nasional. Amendemen itu juga akan membuat buruk citra Indonesia di mata dunia internasional. Pemerintah yang baru harus menghindari amendemen semacam ini.