Tuesday, January 09, 2007

Antisipasi liputan musibah AdamAir

Setelah lebih dari seminggu musibah yang dialami AdamAir No.Penerbangan KI 574 jurusan Surabaya - Manado tanggal 1 Januari 2007, berbagai spekulasi muncul. Mulai dari ledakan di udara sampai dengan terkena badai mendadak.

Tragedi AdamAir ini melibatkan lebih dari 100 penunpang dan awak pesawat. Setiap perkembangan diikuti oleh media massa dengan seksama.

Baru-baru ini saya menyaksikan siaran di Televisi Al Jazeera edisi Inggris wawancara pengamat penerbangan Dudi Sudibyo mengenai bagaimana kira-kira musibah ini terjadi dan apa yang terjadi dengan dunia penerbangan tiket murah. Di London diwawancara pula seorang editor majalah Flight mengenai apakah kotak hitam masih bisa ditemukan dan diambil informasinya sekalipun pesawat tenggelam atau terbakar.

Berbagai ide dan gagasan muncul mengenai bagaimana meliput peristiwa besar seperti ini. Bagi dunia jurnalistik ini adalah salah satu tantangan besar untuk mengungkap tuntas dari segala sudut musibah AdamAir. Tentu saja dengan catatan bukan mengeksploatasi penderitaan manusia tetapi juga menjadi pelajaran bagi masyarakat dan pengelola maskapai penerbangan betapa hal-hal remeh taruhannya nyawa jika berbicara soal penerbangan.

Dudi Sudibyo melukiskan beberapa kelemahan dalam perusahaan penerbangan murah ini. Sebagai contoh adalah pelatihan pilot. Tidak jarang terjadi bahwa pilot ini tidak menjalani tes secara penuh karena mahalnya biaya pelatihan. Disisi lain dalam pemeliharaan pesawat kadang terjadi kanibalisme dimana suku cadang diganti tidak dengan yang semestinya. Sebuah baterai pesawat yang harganya Rp 100 juta semestinya diganti, malah diambil dari pesawat lain yang nongkrong. Dari nilai rupiah membeli baterai seharga Rp 100 juta untuk penerbangan murah ratusan ribu rupiah per orang mungkin akan berpikir ulang guna membelinya.

Tantangan liputan

Sejumlah tantangan dalam peliputan bagi jurnalis kreatif sangatlah luas.

Pertama, unsur drama manusia. Inilah salah satu angle yang banyak dikembangkan media di dunia mengenai tragedi manusia. Sekali lagi bukan untuk membesarkan dan memanfaatkan penderitaan orang lain namun terdapat unsur pendidikan dan simpati agar mereka yang mengalami musibah ini diberi tempat yang semestinya. Mereka tidak dibiarkan begitu saja dengan permintaan maaf dan ganti rugi seadanya. Harus ada yang bertanggung jawab jika dalam kecelakaan ini ada unsur kelalaian. Drama manusia bagi para penumpang, bagi para awak pesawat adalah salah satu aspek yang biasanya terus diperdalam sejalan dengan semakin lamanya pesawat ini ditemukan.

Kedua, laporan investigasi. Setiap media massa biasanya akan berlomba menyajikan informasi terlengkap. Namun gagasan yang baik bila pesawat ini hilang tanpa rimba diperlukan investigasi mulai dari riwayat pesawat, pemeliharaan sampai dengan operasionalisasi pesawat. Apakah mungkin pernah terjadi peristiwa kerusakan mesin atau tidak kuat menghadapi badai berat ? Laporan investigasi akan memberikan kedalaman terhadap sebuah laporan harian.

Ketiga, antisipasi penemuan pesawat. Sejalan dengan keterlibatan dunia internasional dalam pencarian pesawat yang seperti ditelan samudra ini, maka laporan lengkap sebaiknya memang sudah disiapkan. Laporan antisipasi merupakan salah satu pilar dari liputan yang komprehensif. Rangkaian fakta dan data telah disimpan dengan rapih untuk dikeluarkan ketika peristiwa baru muncul. Beberapa media besar dunia biasanya telah menyiapkan hari yang ditunggu-tunggu ini. Ketika Afghanistan jatuh, wartawan BBC John Simpson telah siap dengan laporan terbaru dari medan tempur. Demikian juga ketika Saddam Hussein jatuh, sudah ada laporan pendukung yang akan menunjang breaking news ini. AdamAir adalah peristiwa besar nasional dan regional, terlalu kecil untuk diabaikan. Disinilah kepiawaian jurnalis dan timnya menyajikan berita, feature, analisis, diskusi dan antisipasi yang akan memperkaya skala liputan.

No comments: