Friday, May 22, 2015
Anwar Ibrahim: Ini tak beda dengan Belanda
NAMA Anwar Ibrahim kembali mencuat sejak ia dipecat oleh PM Malaysia Mahathir Mohammad Rabu pekan lalu. Dia tidak hanya dipecat dari jabatan Deputi Perdana Menteri, Menteri Keuangan, Timbalan Presiden Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), tetapi bahkan dikeluarkan dari keanggotaan UMNO.
Pemecatan itu tidak membuat tokoh yang lahir di Penang, 10 Agustus 1947 itu hilang. Ia justru makin populer. Tuduhan Mahathir bahwa Anwar bermoral rendah, tidak membuat suami Dr Wan Aziza Wan Ismail dan ayah enam putra itu, menjadi kehilangan akal. Ia justru terlihat sabar, tabah, dan tetap bersemangat memperjuangkan negerinya yang juga mulai dilanda resesi. Berikut ini petikan wawancara wartawan Kompas, Asep Setiawan dengan Anwar Ibrahim di sela-sela pertemuan dengan pendukungnya yang terus menerus mengalir ke rumahnya untuk menangkap semangat reformasi hari Rabu (9/9).
Mengapa Anda melancarkan gerakan reformasi di Malaysia?
Saya memang mendukung reformasi dari dulu. Bahkan saat merebak reformasi di Indonesia saya juga dengan positif mendukung, sebab saya kira inilah kesempatan untuk kita menghormati suara rakyat dan negara kita ini juga harus lebih maju dari sudut kebebasan, demokrasi, serta keadilan.
Apa inti gagasan reformasi yang Anda bawa?
Sementara pemerintah dan UMNO mampu meneruskan khidmat, tetapi penyesuaian dan pembaruan itu dituntut oleh rakyat. Kasus pribadi saya ini sekadar memberi penjelasan atau bukti bahwa kerakusan kekuasaan masih ada. Mereka gunakan saluran mahkamah untuk menuntut cara-cara dan muslihat yang cukup kotor dari sudut politik.
Begitu juga tentang kekayaan, distribusi kekayaan. Saya menuntut supaya ekonomi tidak beredar hanya di beberapa kelompok. Saya tidak mengatakan ada ciri persamaan dengan Indonesia. Saya kira tidak separah dan sekentara seperti Indonesia, tapi masalahnya adalah sepatutnya kalau kita peka melihat perkembangan. Kami harus cepat-cepat perbaiki, melalui penyesuaian. Ini yang saya tuntut supaya tidak menimbulkan kemarahan di kalangan rakyat.
Kalau sekarang rakyat sudah datang, tanpa diundang, sudah ribuan atas inisiatif sendiri, mesti ada sebabnya mengapa mereka tertekan dan meledak. Yang datang ke sini tua dan muda, serta berasal dari kalangan miskin. Misalnya sopir taksi.
Apa makna reformasi bagi rakyat Malaysia?
Saya kira tidak ada keadilan, tidak ada jaminan keadilan. Saya terharu karena tampak rasa kasih mereka kepada saya. Saya juga merasa mendapat rangsangan cukup kuat dari Azizah (istrinya) dan anak-anak. Mereka menganggap saya mewakili dan sebagai simbol perjuangan mereka. Saya tidak menyangka seperti itu. Tidak ada rasa takut dari berbagai kaum. Walaupun mayoritas yang datang Melayu, tapi ada juga keturunan Cina dan India.
Apa tujuan yang Anda harapkan?
Di sini Anda lihat koran dan TV dikungkung begitu rupa. Saya sukar sekali mendapatkan informasi yang berbeda. Bahkan di Indonesia dalam keadaan dulu, jauh terbuka. Apa yang berlaku, banyak orang di sekitar Johor menonton berita TVRI dan TV Singapura.
Tidak ada keterbukaan?
Sama sekali tidak ada. Seperti Anda lihat sendiri.
Sejauh mana pengaruh gerakan reformasi Indonesia terhadap Anda?
Saya melihat positif, dari awal dan beberapa bulan sebelum pertukaran pemimpin, saya berkunjung ke Indonesia berulang kali. Saya mendapat kesan bahwa tidak ada pilihan. Saya sejak awal mendesak untuk ada penyesuaian yang baik sehingga tidak menunggu orang menuntut dengan kasar. Tapi karena itu saya disingkirkan.
Apa tuntutan rakyat itu?
Melihat perkembangan yang jauh, mereka juga mau perubahan dari segi keadilan, kebebasan, cara mengurus ekonomi yang memberikan faedah atau bermanfaat untuk golongan berpendapatan rendah dan tidak dimonopoli segelintir kecil, serta ada reformasi budaya yang menyeluruh, keterbukaan.
Kalau di Indonesia formasi itu pada akhirnya berarti Pak Harto harus mundur, bagaimana dengan di Malaysia?
Kalau dari tuntutan anak-anak tiap malam jelas (massa yang hadir dalam ceramah Anwar Selasa malam misalnya, dengan semangat menuntut PM Mahathir mundur). Tapi saya melakukan pendekatan yang lebih berhati-hati, supaya ada kesediaan dari pemerintah sendiri. Tetapi pandangan pemimpin tertinggi itu ternyata jauh berbeda dengan kalangan di bawah itu.
Bagaimana pendapat Anda dengan kebijakan ekonomi terakhir? Apakah akan membawa kebaikan?
Sebagai rakyat saya menginginkan berhasil, sebab kalau gagal lebih merumitkan ekonomi. Tapi sebagai seorang yang pernah terlibat dalam urusan ekonomi, saya menghadapi sedikit kesukaran karena terpancar dari sikap yang agak tertutup dan menyalahkan orang lain. Jadi kesalahan itu tidak hanya dari orang lain?
Ya. Saya mewakili pandangan bahwa kesalahan itu bukan hanya ada di sistem internasional, sistem keuangan antarbangsa, tapi juga sistem di dalam negeri.
Bagaimana pesan Anda bagi Indonesia?
Saya sungguh terharu. Secara pribadi dari dulu saya dibesarkan dalam iklim cukup akrab dengan teman-teman di Indonesia. Kini teman-teman itu mencoba memahami saya. Tahu fitnah yang dilemparkan sebagai suatu konspirasi politik karena mau menggagalkan usaha reformasi. Saya cukup berutang budi dan terharu dengan amal yang ditunjukkan dan dukungannya, khususnya kepada Presiden (BJ Habibie) secara pribadi, kepada menteri-menterinya, mahasiswanya, serta koran-korannya yang liputannya luar biasa.
Apakah benar seperti yang dikemukakan dalam Majalah Time, Presiden BJ Habibie pernah meminta Anda untuk menjaga jarak dari PM Mahathir Mohamad?
Pak Habibie ngomong kepada saya itu sebagai abang kepada adik. Dia bicara pengalamannya dan mengatakan saya harus berhati-hati. Harus sabar, harus juga mengendalikan diri dengan bijak supaya jangan nanti dibebani dengan segala permasalahan.
Bagaimana tuduhan Anda tidak bermoral?
Ya, persis seperti itu. Tuduhan bahwa saya akan menjatuhkan pemerintah, agen negara asing, pengkhianat negara. Ini seperti tuduhan Belanda kepada pejuang kemerdekaan Indonesia dulu. Saya bayangkan negara merdeka begini boleh menuduh karena saya semata-mata dilihat sebagai tokoh yang ada wibawa yang boleh mencabar (menantang) kedudukan Pak Mahathir. Itu saja. Dosa saya itu saja. Kalau salah laku seks, apa buktinya? Sampai sekarang nggak ada.
***
ANWAR kembali sibuk menghadapi para pendukungnya, terutama kaum muda Malaysia. Mereka begitu antusias menyambut, memeluk, dan bersalaman serta bertukar pikiran di rumahnya yang dijadikan tempat peluncuran gerakan reformasi Malaysia.
Anwar mengukuhkan simbol reformasi politik, ekonomi, sosial dan budaya di Malaysia itu dengan slogan "Kami sokong reformasi". ***
KOMPAS, Kamis, 10-09-1998. Hal. 12. Foto: 1
PUSAT INFORMASI KOMPAS
Palmerah Selatan 26-28
JAKARTA 10270
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment