A mantra for effective TV journalism might well be: Information-Identification-Fascination.
Information is the easy one because this is what journalists do: we inform. What
is not always obvious, however, is how much information is necessary to inform.
How many facts? How many experts? How much analysis? And is information the
only way to inform?
Identification means we produce for our target audience. We try to communicate
with as many people as we can and this is what separates journalists from artists.
What is new, however, is that some forms of contemporary journalism make a priority of identificationover information.
Fascination emphasizes engagement.
By emotionally attaching the viewer to the story, information is easier to understand and more importantly, easier to remember. Technically, this is achieved through the sensory experience of using sight, sound and motion. Journalistically, it is achieved through style, story structure and the role
of the TV journalist.
Tuesday, September 23, 2014
A mantra for effective TV journalism
Monday, September 08, 2014
Nur Misurari: Kami berjuang untuk Kemerdekaan
Perubahan dari pemimpin
pertempuran menjadi pemimpin politik memang memiliki arti, namun tujuannya
sama. Pada waktu perang dan damai, kami berjuang untuk kemerdekaan, keadilan, perdamaian
untuk kesejahteraan rakyat kami. kami berjuang untuk kebaikan dan menentang
kejahatan.
Demikian dikatakan Ketua
Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) Nur Misuari (54) di atas kapal
"Jihadah 1st" yang sedang melaju ke Pulau Langil dekat Zamboanga,
Filipina, 5 September 1996. Kapal kayu buatan sendiri itu dilengkapi tiga mesin
Yamaha berkekuatan 160 tenaga kuda.
Misuari yang mengenakan
tutup kepala dari anyaman bambu, baju lengan panjang warna krem dan celana
panjang warna hitam dikawal sedikitnya 10 mujahidin atau lasykar MNLF. Kapal
berukuran kira-kira 10 meter kali 3 meter itu terasa sumpek karena dipenuhi
sedikitnya 50 orang, termasuk sisa anggota grup pertama pendukung Misuari yang
terkenal disebut "top 90".
Meskipun sudah damai pengawalan
terhadap Mr Chairman demikian
pengikutnya memanggil dilakukan dengan
ketat. Kapal boat "Jihadah 2nd" yang berisi mujahidin dan juga
sebagian tentara marinir Filipina mengikuti dari belakang.
Misuari menandatangani
kesepakatan damai dengan pemerintah Filipina hari Senin (2/9) di Istana
Malacanang disaksikan Presiden Fidel Ramos. Perdamaian itu mengakhiri konflik
bersenjata hampir seperempat abad di Mindanao
dan menelan korban sedikitnya 120.000 jiwa. Dewan Filipina Selatan untuk
Perdamaian dan Pembangunan (SPCPD) akan dibentuk dan dipimpin Misuari. Sebentar
lagi Misuari akan jadi gubernur Wilayah Otonomi Muslim Mindanao (ARMM) melalui
pemilu 9 September.
Tidak terkejut
Misuari yang saat itu
bermuka segar dengan jenggot dan kumisnya yang khas, bersedia mengajak Kompas
masuk kapal khususnya untuk perjalanan nostalgia serta berbincang-bincang
secara akrab di atas kapal. Berikut petikan wawancaranya:
Bagaimana kesan Mr
Chairman setelah penandatanganan kesepakatan damai dengan pemerintah Filipina ?
Karena kami sudah
perkirakan sebelumnya bahwa kami harus mendapatkan kesepakatan ini pada
akhirnya, tidak banyak kami rasakan kejutannya. Tidak ada sama sekali perasaan
terkejut. Namun jika hal ini harus diperlakukan maka tentu disambut dengan
kegembiraan. Di beberapa tempat bahkan tampak kegembiraan yang meluap-luap
khususnya diantara anak-anak muda, kegembiraan yang biasa dialami genearsi
muda. Tetapi kami sudah memperkirakan semua itu, maka tidak dirasakan
kami sebagai kejutan.
Mengapa untuk mencapai
kesepakatan ini perlu waktu hampir 20 tahun ?
Well, ini disebabkan
diantara kami curiga terhadap niat satu sama lain. Dan perlunya perdamaian
tidak begitu kuat, tidak begitu tajam. Tak memaksa kami mengesampingkan
kecurigaan satu sama lain, khususnya di tubuh pemerintahan Filipina. Saya
khawatir hal ini akan dipandang sebagai sesuatu yang permanen dimana pemerintah
memegang kekuasaan sepenuhnya di Mindanao.
Kemudian nantinya apa yang dinginkan kami jalan sendiri. Itulah yang saya
khawatirkan. Hal itu ternyata bisa terselesaikan karena ternyata hanya
semata-mata kecurigaan. Warna dari
imajinasi.
Apakah bangsa Moro
mendapatkan semua tuntutan melalui kesepakatan?
Tentu saja kami tak
memperkirakan akan mendapatkan semua hal melalui kesepakatan karena tidak ada
kemenangan militer yang jelas di medan
laga. Jika ada kemenangan yang telak maka kami dapat memaksakan mereka atau
mereka memaksa kami, tapi hal itu tak terjadi
Mr Chairman ketika di
Istana Malacanang menyebutkan begitu banyak pemimpin dan negara yang berjasa
kepada Bangsa Moro dan memberikan ucapan terima kasih kepada mereka. Seberapa
besar jasa mereka ?
Well, saya menyebutkan
mereka karena bagaimanapun juga mereka telah
berjasa. Anda tahu dalam Islam Rasulullah mengatakan yasykurullah, man
la lasykurunnas. Seseorang tidak bersyukur kepada Allah, jika tak bersyukur
kepada yang memberi pertolongan. Sebagai manusia kita berhubungan dengan mereka
sehingga jika tak berterima kasih kepada mereka, maka Anda tak bersyukur kepada
Allah. Itu adalah suatu perasaan terima kasih meskipun saya harus berbicara
panjang lebar. Tentu saja banyak orang yang tak bisa saya sebutkan.
PM Mahathir Mohammad,
sebagai contoh, saya harus sebutkan karena Malaysia ramah menerima kami
sebagai pengungsi. OIC (Organisasi Konferensi Islam) juga banyak membantu
dengan mensahkan resolusi-resolusi. Saya juga harus menyebutkan Menlu Abdullah
Badawi, sangat menolong dalam OIC. Banyak lagi pemimpin lain, pemimpin Muslim
dari berbagai negara Muslim lainnya. Namun sungguh sulit menyebutkan setiap
orang. Saya harap memiliki kesempatan untuk menyebutkan mereka satu persatu
berdasarkan ingatan kami.
Apa sebenarnya bayangan
jangka panjang Anda terhadap bangsa Moro ?
Saya selalu menyerukan
kepada rakyat, saya katakan singkirkan semua pengalaman masa silam di belakang
Anda dan kemudian tentukan cita-cita tinggi. Dari situ tataplah mata Anda ke
masa depan. Ya, saya harus melakukan hal itu karena saya yakin jika seseorang
bercita-cita tinggi, dan ingin mencapai cita-cita itu tentu saja harus
bertindak jauh ke depan.
Rakyat selalu bijaksana
Apakah Anda sudah
mempersiapkan kepemimpinan masa depan di tubuh MNLF ?
Kepemimpinan baru akan
muncul secara alamiah, secara spontan. Kita tak perlu memelihara terus apa yang
disebut zamannya orang tua. Itu tidak perlu. Kami ingin rakyat memilih dengan
ikhlas pemimpin bagaimana yang mereka inginkan. Rakyat selalu bijaksana. Kita
tak menginginkan kebijaksanaan dari mereka yang berkuasa yang memaksakan
kehendak, ya atau tidak. Tetapi karena kejujuran rakyat, dikarenakan
kebijaksanaan rakyat.
Apakah Mr Chairman juga
sudah mempersiapkan pemimpin mendatang?
Pemimpin mendatang akan
datang pada waktunya. Kami memiliki banyak emimpin. Mungkin pemimpin generasi
mendatang, lebih berpengalaman dalam menjalankan pemerintah, kegiatan ekonomi,
kebudayaan dan berbagai cabang kehidupan. Mungkin mereka lebih siap
dibandingkan kami. Kami siap untuk perang, tidak untuk yang lain. Sebab kami tak
berharap bisa bertahan dalam perang itu.
Banyak dari saudara kami
telah meninggal. Hanya sedikit dari kami masih hidup. Saat itu berisiko
sehingga terlalu sulit memikirkan apa yang akan dilakukan. Kami siap
menyelamatkan diri karena peran ini. Mungkin perjalanan mendatang akan diambil
alih. Alhamdulillah kami bisa bertahan. Seperti saudara-saudara kami juga bisa
bertahan.
Bagaimana sebenarnya
pengalaman pendidikan Anda, sebab pernah dikatakan Anda adalah dosen di
Universitas Filipina ?
Ya saya pernah jadi mahasiswa di Universitas
Filipina, sampai saya meninggalkannya. Saya pernah di jurusan ilmu politik,
hukum, jurusan studi Asia. Saya tertarik
terhadap ideologi, filosofi, revolusi di mana pun di dunia. Saya mengajar
disana. (Misuari mengajar setelah lulus tahun 1962 kemudian mundur untuk
berjuang demi bangsa Moro sekitar tahun 1968)
Seberapa besar pengaruhnya
pengalaman akademis itu ?
Saya tak bisa mengatakan
seberapa besar pengaruh pendidikan ini tapi tak juga bisa menyangkalnya.
Mungkin lebih berpengaruh dalam soal pengalaman mereka di mana kita dapatkan
melalui suatu perjalanan intelektual. Mungkin hal itu memasuki bawah sadar saya
dan mendorong saya maju. Tapi pada umumnya sejarah kemanusiaan, studi mengenai
masyarakat sekarang dan visi mengenai masyarakat mendorong saya maju untuk
mencari kemajuan dan kemajuan baru. Dan juga mengenai rakyat kami, saya kira
itulah yang saya inginkan.
Tentang putranya
Apa yang Anda harapkan
dari putra dan putri Anda dalam perjuangan bangsa Moro ? (Misuari adalah ayah
enam anak dari dua istri) Saya tidak
mendorong mereka. Saya minta kepada mereka belajarlah lebih banyak lagi, ketika
masih muda.
Di mana mereka belajar ?
Ada
yang belajar di Cairo, Uni Emirat Arab, Islamabad, Filipina. Saya
ingin menghasilkan anak-anak yang belajar di berbagai belahan dunia. Saya ingin
memiliki perserikatan bangsa-bangsa sendiri. (ia tertawa lebar disambut
sebagian pengikutnya)
Apakah ada juga yang
belajar militer ?
Well, anak laki-laki
tertua ingin belajar di akademi militer Mesir, saya bilang untuk apa ? ia
menjawab, tidak tahu saya hanya ingin belajar di sana. Namun sekarang ia belajar syariah di
Universitas Al Azhar.
Adiknya belajar di Abu Dhabi, Emirat Arab.
Ia masih di SMA masih sulit menentukan pilihan jurusan, mungkin ia akan
mempelajari ke kedokteran. Adiknya lagi belajar di Islamabad. Ia bilang akan belajar kedokteran.
Semalam ia berseloroh dengan bilang pada saya ingin belajar bisnis. Namun
anak-anak perempuan saya, mereka tidak bicara. Hanya laki-laki yang suka
bergurau.
Bagaimana peranan
perempuan dalam masyarakat ?
Mereka dapat saya katakan
sebagai gubernur dalam rumah. Sedangkan pria gubernur dalam masyarakat. Mungkin
mereka bertemu di suatu waktu, sehingga ada dua gubernur bertemu di satu titik
pertemuan sehingga mereka bisa kerja sama untuk kepentingan lebih besar dalam
masyarakat
Apakah Anda akan tinggal
di Mindanao ? Di kota
mana Anda tinggal
nanti ?
Mungkin di Cotabato,
Zamboanga, Suth Cotabato, Jolo dan juga ungkin
Palawan. Saya belum memutuskan.
Tapi apakah Anda akan
tinggal di Mindanao dan tak kembali ke Jeddah
?
Anda tak bisa menghindari
itu, orang-orang berebut mengundang saya
untuk tinggal di tempat mereka. ***
Lebih Jauh Dengan WAN AZIZAH WAN ISMAIL
PENGANTAR REDAKSI
NAMA Wan Azizah Wan Ismail semakin berkibar
di era reformasi Malaysia,
tatkala Minggu 4 April 1999 ia
dikukuhkan sebagai Presiden Partai Keadilan Nasional. Mungkin dialah perempuan
pertama yang memimpin sebuah partai politik di Malaysia. Tampilnya Wan Azizah
mirip dengan tampilnya Corazon Aquino di Filipina dan Aung San Suu Kyi di
Myanmar. Ia memang mengaku banyak belajar dari Cory dan Suu Kyi.
Suami Wan Azizah, mantan Deputi PM Malaysia
Anwar Ibrahim (52), tanggal 14 April 1999 akan divonis maksimal 14 tahun
penjara, jika terbukti bersalah atas empat tuduhan korupsi. Pengadilan Anwar
berlangsung lebih dari lima
bulan. Setiap hari Wan Azizah mendampingi suaminya di pengadilan disertai Nurul Izzah,
sang putri sulung yang diakuinya sebagai teman seperjuangan.
Wan Azizah lahir 3 Desember 1952 di Rumah
Sakit Kandang Kerbau, Singapura. Tokoh yang biasa dipanggil Datin ini menempuh
pendidikan Sekolah Covenant Alor Star dari kelas satu sampai lima. Tahun 1970-1971 masuk College Tunku
Kursiah Seremban. Belajar di Universiti Malaya dijalaninya selama tiga bulan,
sebelum kemudian pindah ke Royal College of Surgeons, Dublin (Irlandia) dari
tahun 1972-1978, dan lulus sebagai dokter spesialis mata. Selesai studi ia
bekerja di Rumah Sakit
Besar Kuala Lumpur, lalu ke Rumah
Sakit Universitas, Petaling Jaya sampai tahun 1993.
Ia membangun rumah tangga bersama Anwar
tahun 1980 sebelum menjadi seorang tokoh di Organisasi Nasional Melayu Bersatu
(UMNO). Wan Azizah mengakui, pernikahannya dengan Anwar Ibrahim adalah
pernikahan dengan pejuang. Oleh sebab itu, sekarang ia akan melanjutkan
perjuangan suaminya menegakkan keadilan di Malaysia.
Pasangan Anwar Wan Azizah dikaruniai lima perempuan dan seorang
laki-laki. Mereka itu Nurul Izzah (18), Nurul Nuha (16), Muhammad Ihsan (13),
Nurul Imam (11), Nurul Hana (10), dan Nurul Ilham (7).
Keberanian Wan Azizah makin nyata setelah
ia dengan lantang menantang PM Mahathir Mohamad-yang pekan lalu dirawat di
rumah sakit jantung-untuk bertanding dalam pemilu mendatang di Kubang Pasu,
Kedah. Namun Mahathir yang telah berkuasa selama 18 tahun membalas dengan
mengatakan tak mungkin dikalahkan Wan Azizah.
Menariknya sosok Wan Azizah,
membuat pengamat politik Moh Sayuti Omar menulis biografinya berjudul Cinta dan
Perjuangan: Nonaku Azizah (1999).
MENGAPA keadilan menjadi tema utama
perjuangan reformasi?
Sebab kita menyaksikan dengan nyata, keadilan
telah dilanggar dengan apa yang berlaku bukan saja kepada suami saya. Tetapi
mungkin kasusnya sekarang adalah benar terhadap peristiwa dan tragedi yang
menimpa Pak Anwar. Selain itu, kalau kita ungkapkan sejarah terjadinya ISA
(Internal Security Act - UU Keamanan Dalam Negeri) atau penangkapan di bawah
ISA, itu menjadi satu alat pemerintah untuk menutup suara-suara yang menentang,
dan sekarang selalu digunakan secara sewenang-wenang. Siapa saja boleh ditahan
di bawah ISA.
Ini menyebabkan orang-orang yang menyokong
reformasi ini menuntut sebuah partai keadilan, di mana tujuan utamanya untuk
mencapai keadilan, Insya Allah sebaik mungkin, dalam sistem pemerintahan. Bukan
saja keadilan versi sistem perundangan, tetapi juga keadilan pembagian kekayaan,
keadilan dari segi bagaimana kekuasaan dilaksanakan, seperti sistem kepolisian
dan melalui keadilan di bidang media massa,
di mana keadilan itu diberikan dalam liputan kepada siapa saja asal tidak
mengganggu ketenteraman dan menghasut.
Pihak berkuasa mengatakan keadilan sudah
terwujud di Malaysia,
bagaimana pendapat Datin?
Kalau sudah terwujud, tidak akan timbul
reaksi dari massa,
dari segenap lapisan mayarakat, dari segenap kaum dan bangsa. Jadi kalau
dikatakan sudah terwujud, kita terang-terang melihat dalam sistem yang ada
sekarang-yang dikatakan keadilan terwujud-kenapa Pak Anwar dilakukan begitu,
kenapa Lim Guan Eng (tokoh Partai Aksi Demokrasi/DAP yang ditahan dengan
tuduhan menghasut) diperlakukan begitu, kenapa Irene Fernandez (aktivis perempuan
diajukan ke pengadilan dituduh memfitnah
pemerintah) diperlakukan begitu? Apakah kesalahannya? Undang-undang sepatutnya
melindungi hak seorang individu, hak seorang warga negara. Kalau itu dilanggar,
mestilah kita bangkit membawa kepada perubahan dan reformasi!
Bagaimana perjuangan reformasi itu kemudian
sampai kepada sebuah pembentukan partai?
Sebab itu merupakan suatu wadah. Mulanya
keadilan itu dituntut rekan-rekan kami yang tidak berpartai, yang tidak ingin
memasuki secara langsung sistem politik, tetapi lama kelamaan apa yang kita
utarakan secara individu, secara kelompok dan para pendukung reformasi ini,
dicoba dibentuk dalam NGO (lembaga swadaya masyarakat/ LSM) yang dinamakan
Adil, tetapi tidak diberi ruang leluasa. Kami pun tidak punya tempat dalam
partai politik. Jadi dipikirkan perlu suatu wadah politik untuk keperluan itu
dan didirikanlah sebuah partai politik.
Siapa sebenarnya yang mendukung PKN?
Kebanyakan pendukung reformasi dari semua
pihak. Dia mungkin tidak menjadi anggota partai, tetapi semangatnya menyokong
keadilan. Kita tidak mau mencuri atau mengambil anggota partai lain, tetapi
partai ini mengutamakan untuk kalangan yang tidak berpartai yang ingin
berpartai dan juga mengajak untuk bersama-sama menyumbang tenaga menegakkan
keadilan.
Salah satu tantangan PKN, yakni apa mungkin
membentuk koalisi?
Itu dikatakan membentuk kerja sama dengan
partai-partai oposisi. Itu yang paling optimal, paling ideal.
Kira-kira kerja sama dan koalisi itu ada bedanya?
Ya, sebab kadang-kadang koalisi itu adalah
suatu perjanjian yang jelas. Tetapi kalau kerja sama dengan partai, kemungkinan
kita lihat apa kehendak penyokong, itu dipertimbangkan, tetapi kerja samanya
untuk sama-sama membawa Malaysia
ini maju ke tahap yang lebih baik lagi.
Selama ini UMNO mengklaim memperjuangkan
kepentingan Melayu, sedangkan PKN partai multirasial?
Kita masih memperjuangkan kepentingan
Melayu dan kepentingan warga negara Malaysia. Mayoritas penduduk Malaysia
orang Melayu, jadi partai ini memperjuangkan juga dalam sistem demokrasinya
masyarakat yang terbanyak. Kita tidak mau lagu yang mengatakan kita sama-sama
politik perkauman, tetapi ingin memecah belah. Kita ingin menyatu, tetapi bukan
hilang identitas kita, Cina, Melayu, dan India. Itu suatu hikmah Allah yang
membuat dunia ini bermacam-macam bangsa.
Sekarang Datin telah ditunjuk sebagai
presiden partai. Bagaimana perasaan Datin, apakah kehendak sendiri atau
tuntutan?
Ini tuntutan. Sebab saya pun seorang
wanita, ibu, istri, dan dulu seorang dokter, dokter mata. Saya sudah puas
dengan pembawaan begitu, tetapi timbul masalah ini dan timbul amanah yang
diberikan oleh suami saya untuk memikul tanggung jawab. Sekarang penyokong
reformasi mengadakan kesepakatan menerima saya. Saya membawa mereka bersatu,
Insya Allah, bekerja sama dan memusatkan kekuatan perjuangan kita.
Sebagai wanita yang mungkin memimpin partai
politik pertama kali, bagaimana melihat situasi seperti ini? Apakah wanita
perlu aktif dalam politik?
Tidak. Bukan perlu aktif, tetapi ada
peranan masing-masing. Peranan dalam hidup ini, wanita dan laki-laki itu kita
terima hakikatnya. Saya menerima suami saya sebagai pejuang, tetapi pada saat
sama sekarang ini saya harus membawa partai, dalam sifat keibuan sebagai
seorang ibu yang memelihara anak-anak. Itu saya kira sifat yang baik untuk
membentuk pengaruh atau opini. Sokongan kita padukan jadi keluarga terbesar.
Setelah menjadi ketua partai, apa visi dan
cita-cita Datin tentang Malaysia?
Cita-cita saya melihat Malaysia naik
citranya. Kembalikan citra sistem perundangan yang sekarang ini. Bukan saja Pak
Anwar yang dibicarakan, tetapi sistem perundangan itu sendiri diperhatikan oleh
seluruh dunia. Jadi citra sekarang mesti dipulihkan.
Satu lagi citra berbilang kaum. Malaysia bisa
hidup harmonis. Reformasi ini tidaklah untuk mencetuskan perselisihan
antarkaum. Reformasi ini membawa kebaikan untuk semua kaum. Itu visi saya dan
akan diutarakan kepada masyarakat.
Dan bagaimana pula sistem polisi di negara
ini agar menjadikan diri mereka bersahabat dengan masyarakat umum. Sekarang ini
kita rasa kalau berbicara, perlu tengok belakang. Berbicara mesti dijaga, nanti
apa yang akan terjadi, polisi datang malam-malam. Ada iklim ketakutan, perasaan ketakutan. Dan
juga media massa
dibuat menjadi netral, yang mengutarakan dengan bijaksana, tidak menjadi
propaganda siapa pun.
Kira-kira kalau pemilu segera dilaksanakan
apa target partai?
Kita mesti serahkan kepada pemilih. Itu
memang kekuasaan pemilih. Kita hanya membujuk, memohon memilih kami, kekuasaan
di tangan pemilih. (Ketika wawancara dilakukan, Wan Azizah mengaku sudah
memiliki 7.000 anggota PKN).
Jadi kalau ada pemilu bulan depan,
misalnya, sudah siap?
Insya Allah.
SAAT wawancara berlangsung di rumah Anwar
Ibrahim, No 8 Jalan Setiamurni 1 di Bukit Damansara, Kuala Lumpur, Malaysia,
hari Kamis (8/4/1999), Wan Azizah mengenakan baju biru dengan baju motif bunga
juga warna biru. Rumahnya tampak sepi dan kini tidak lagi dijaga polisi.
Terlihat beberapa kerabatnya dan pengunjung datang ke rumahnya.
Datin selama ini dikenal istri Datuk Anwar
Ibrahim yang tidak banyak berbicara dalam masalah politik. Tiba-tiba muncul dan
vokal berbicara. Apa sebenarnya yang terjadi dalam diri Datin?
Saya kira dulu tidak merasa vokal, karena
cukup saja Bapak Anwar. Sebab itu saya menjaga anak. Tetapi keadaan ini
memaksa, memaksa saya untuk membawa kebaikan, kenapa tidak? Kita kan hidup ini sementara,
membawa kebaikan... (telepon genggam Datin berbunyi, lalu ia bercakap-cakap
sebentar.)
Jadi bagaimana tentang perubahan diri Datin
itu?
Saya kira, saya tidak berubah. Dulunya saya
tidak vokal, saya hanya tak perlu bersuara. Pak Anwar sendiri memadai untuk
bersuara, karena peranannya sebagai seorang politisi. Saya berperanan sebagai
seorang ibu dan istri dan dulu seorang dokter. Tetapi sekarang ini keadaannya,
seperti dikatakan sejumlah ulama, kita da'i di muka bumi Tuhan, menyeru kepada
kebaikan, itu saja.
Bagaimana tanggapan Datuk Anwar
ketika Datin ditunjuk sebagai presiden partai?
Saya mendapatkan izin suami dan
teman-teman. Peranan saya sebagai seorang ibu, menjaga anak-anak, membawa sifat
keibuan, perhatian, itu yang menyebabkan teman-teman bilang lebih baik memberi
saya di tempat itu, untuk membawa partai ini ke hadapan masyarakat.
Dengan kata lain Datuk Anwar memberi izin
Datin menjadi presiden partai?
Ya.
Lalu apakah Datin pernah membayangkan jadi
ketua partai yang sibuk?
Sebelum jadi ketua partai pun saya sudah sibuk, sekarang mungkin lebih
sibuk lagi. Kalaulah Pak Anwar ditakdirkan didapat tidak bersalah, Insya Allah,
datang kembali, saya akan dapat pertolongan, sebab Pak Anwar akan dijadikan
semacam penasihat. Tetapi andaikata dia tidak ada, saya terpaksa memikulnya
seorang diri. Saya akan buat sebaik mungkin untuk memastikan membawa Malaysia
ini-yang tercinta-penuh rasa hikmah dan bertanggung jawab untuk masa depan
anak-anak dan generasi akan datang. Insya Allah, saya akan bekerja sekeras
mungkin.
Ada
yang mengatakan Datin bukan politisi, sehingga tidak berpengalaman. Tetapi
ketika saya bertanya kepada Mohamad Ezam Mohamad Noor (mantan sekretaris
politik Anwar), Datin memang simbol
gerakan reformasi. Bagaimana pendapat Datin?
Saya istri seorang politikus! Saya melihat,
tetapi saya tidak campur tangan, tidak memasuki langsung, tidak punya ilmu itu.
Saya hanya sebagai pengamat. Banyak para pengamat menulis analisa
berhalaman-halaman. Walaupun tidak ada pengalaman, tetapi kalau seseorang itu
memberikan satu pandangan yang fresh, yang baru dari sudut yang lain,
kemungkinan itu adalah suatu kekuatan, Insya Allah, kita akan membawa kepada
pembaruan. Kalaulah dikatakan politik itu memberikan gambaran, mungkin, makna
yang lebih bermakna.
Apakah Datin siap menghadapi tantangan dan
kritikan sebagai presiden partai?
Apa pun orang akan kritik, Nabi Muhammad
pun tidak mendapat 100 persen dukungan, walaupun sebaik mana perjuangannya itu.
Hidup ini perjuangan. Dan Insya Allah, kita mesti mengambil risiko. Kita hanya
merancang, yang memberikannya Allah SWT.
NAMA Azizah berasal dari bahasa Arab, aziz,
yang berarti "berani". Tak heran jika Wan Azizah memang terkesan
makin berani dan kritis menyampaikan gagasan pembaruannya. Meskipun demikian,
ia tetap seorang ibu dari enam anak yang ditinggal ayahnya karena sedang
diadili. Ia merasa tetap harus bertanggung jawab membesarkan mereka.
Bagaimana respons anak-anak kepada Datin?
Anak-anak kehilangan ibu, macam itu. Tetapi
ada saudara-saudara, teman-teman yang datang menolong. Saya mencoba dengan
segala upaya untuk tidak mengabaikan tugas saya sebagai seorang ibu. Sebab saya
ibu enam orang anak yang sekarang ini tanggung jawab saya. Insya Allah
memberikan kesempatan dunia dan akhirat, sebaik mungkin dapat menjalani hidup
ini, iman dan takwa itu penting, dan juga duniawi dengan pendikan yang baik.
Ya, anak-anak melihat pekerjaan saya,
memahami saya. Mama mau pergi kemana lagi? Mama akan pergi untuk mencoba
membebaskan papa? Oke-lah Ma. Itu kata anak saya yang kecil (Nurul Ilham, yang
baru berusia tujuh tahun -Red). Tadi malam ia demam dan minta saya memegang
dahinya. Ke mana Mama hendak pergi? Saya pergi, sebab kemarin setelah
sembahyang Maghrib ada program. Dia paham. Dia mengangguk. OK mama, baik mama.
Setelah Datuk Anwar tidak ada di rumah,
siapa yang memikul biaya keluarga ini?
Saya ada sedikit punya uang pensiun dari
bekerja dulu dan teman-teman telah memberi sumbangan dalam bentuk makanan dan
sedikit pembiayaan.
Ketika Datin pergi, Nurul Izzah sering
ikut. Bagaimana pendapat Datin tentang Nurul ini?
Nurul Izzah memang merasa kasihan, karena
saya bekerja keras. Dia mencoba memberikan sokongan, moral pribadi. Teman
perbincangan di kala sunyi sendirian. Itu kekuatan Nurul Izzah. Ia macam teman
seperjuangan, ketika bapaknya tidak ada. Tetapi Nurul Izzah pun anak saya,
perlu pendidikan sebab ia masih muda. Insya Allah, sesudah enam bulan cuti
(sebagai Mahasiswa Teknik Universitas Petronas)-yang diberikan universitas-ia
akan kembali melanjutkan pendidikannya.
Setelah sekian bulan Datin di rumah, Datuk
Anwar tidak ada di rumah. Barangkali ada masa-masa sendirian, bagaimana
perasaan Datin?
Perasaan pilu itu ada, perasan sunyi,
tetapi ini adalah hidup. Hidup dengan cobaan dari Allah SWT, tekad kita, takwa
kita, dan iman kita. Saya teringat apa yang Allah SWT katakan, takakanlah kamu
diberi ganjaran tanpa diuji. Itu memberikan saya kekuatan, sejauh mana saya
dapat memegang prinsip lillahi ta'ala, amar ma'ruf nahi munkar (karena Allah,
mengarah pada kebaikan dan melarang keburukan). Saya coba, dan saya ingat,
Insya Allah ganjaran itu akan saya terima. Kalaupun tidak di dunia, di akhirat.
Sebab itu saya bertekad dan memberi saya kekuatan, yang sebelum ini saya
sendiri tidak merasa mempunyainya.
Datin sering dinilai sebagai Cory dari Malaysia.
Bagaimana melihat ini?
Saya mengambil pelajaran dari mantan
Presiden Cory. Saya menelponnya. Saya memohon nasihat, sebab saya baru. Dia
sudah melaluinya dan dia telah membuktikan memegang jabatan tertinggi di Filipina, sebab itu saya mengambil
kekuatan yang timbul dari mantan Presiden Cory dan dengan Aung San Suu Kyi yang
saya rasa mengalami kepedihan, terutama setelah tidak dapat melihat suaminya
meninggal. Itu memang saya coba. Walaupun ada contoh-contoh ini, tetapi saya
rasa situasinya berbeda sedikit dengan Malaysia. Saya berusaha membuat
sebaik mungkin dengan nasihat teman-teman.
Apa yang dapat dipelajari dari Cory dan Suu
Kyi?
Ketahanan mereka, ketabahan mereka,
kesucian nilai yang mereka pegang. Walaupun tidaklah sama dengan kita, tetapi
kesucian mereka merupakan nilai-nilai sejagat. Itu yang penting yang saya dapat
rasakan. Tantangan mereka lebih besar daripada saya. Insya Allah, saya dapat
mempertahankan apa yasng jadi prinsip dari segi iman dan takwa. ***
Subscribe to:
Posts (Atom)